Hikmah Keengganan Iblis Sujud kepada Adam
Allah Ta’ala berfirman mengenai keengganan iblis untuk sujud kepada adam,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqoroh: 34).
Ibnu katsir dalam tafsir aisiru tafasir menyingkap ayat diatas dengan 4 hikmah.
Allah memuliakan manusia dari pada makhluk yang lain. hal ini tampak ketika Allah memerintahkan penduduk langit untuk sujud kepada adam sebagai suatu perintah dan memuliakan ciptaan-Nya. Dalam firman lainnya Dia berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Al-Isra’: 70).
Salah satu Indikator Allah memuliakan mereka karena adanya akal yang mampu membedakan antara yang hak dan bathil. Namun jika memang memiliki akal tapi tak bisa untuk membedakan kebenaran dan keburukan, yang kemudian terjerumus kepada lembah kemaksiatan, maka Allah akan menghinakan mereka, meski pada dasarnya mereka dimuliakan dari ciptaan makhluk lainnya.
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. (QS. At-Tin: 4-6).
Waspada terhadap hasad dan sombong (istikbar).
Hasad ini sangat berbahaya bagi perkembangan islam. Ia menjadi tembok penghalang yang tersembunyi tapi mampu menghambat perkembangan islam dan menghancurkan. Makanya Rosulullahsallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“waspadalah kalian dari hasad, karena ia menghapus kebaikan sebagaimana api membakar kayu”. (HR. Abu Daud dan imam Baihaqi).
Negeri Indonesia yang memiliki kuantitas muslim terbanyak, tetapi dalam menjalankan syari’atnya pada daerah tertentu tak bebas di amalkan. Disitulah ada beberapa orang yang tidak suka terhadap kaum muslimin yang mengamalkan islamnya, sehingga dihalang-halangi dalam menegakkannya.
Sama-sama Negara arab, memiliki saudara yang terhubung melalui iman, tapi justru tak menggubris saudara mereka yang sedang mengalami konflik, yaitu arab Saudi terhadap negeri suriah yang tertindas. Maka, dampak dari hasad itu terlihat jelas, ia akan menghalangi muslim lainnya dan seolah-olah melupakan saudara yang terhubung keimanan untuk membantu walaupun dengan harta saja.
Inilah amalan iblis yang mewarisi bani adam. Ketika iblis melihat banyak keutamaan yang terdapat pada ciptaan-Nya yang sempurna ini, ia hasad kepada manusia dan protes kepada Allah disaat Dia memerintahkan untuk sujud kepada Adam. Kenapa makhluk yang sudah lama diciptakan harus sujud kepada makhluk baru. Kenapa yunior harus sujud kepada junior?
“Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’raf: 12).
Akhirnya ketika Allah mengeluarkannya dari syurga, sifat tersebut menjadi sebuah janji dan diikrarkan menggoda anak adam agar melenceng dari jalan yang benar.
“Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”. (QS. Al-Hijr: 39).
Adanya syetan yang berbentuk manusia yang selalu menghalangi manusia dari jalan-Nya, mereka tidak rela jika kaum muslimin tetap pada jalan yang lurus.
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran”. (QS. Al-Baqoroh: 109).
Sifat selanjutnya yang dimiliki iblis adalah sombong. Sifat ini memiliki ciri yang sangat jelas, yaitu meremehkan manusia dan menolak kebenaran.
الكبر بطر الحق وغمط الناس
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”. Bahkan dengan sifat ini, akan menghalangi manusia dari jannah-Nya, meski hanya sebesar biji sawi.
إنّ الله لا يدخل الجنة مَنّ كان في قلبه مثقال ذرّة من كبر
“sesungguhnya sekali-kali Allah tidak akan memasukkan seseorang kedalam syurga selama ada dalam hatinya sebesar biji sawi dari kesmbongan”. (( shahih muslim)).
Manusia yang mewarisi sifat ini adalah orang-orang yahudi. Dimana mereka mengetahui kebenaran dari kitab-kitab terdahulu. Bahkan mereka tahu siapa yang membawa kebenaran itu melebihi pengetahuan mereka terhadap keturunan mereka sendiri. Tapi karena sifat ini, mereka terhalang dari hidayah Allah tersebut.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”. (QS. Al-Baqoroh: 146).
Mengingatkan bahwa musuh abadi sampai hari kiamat adalah iblis. Ia memerintahkan kepada bala tentaranya untuk menggoda manusia dari jalan yang benar.
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (QS. Al-A’rof: 17).
Agar waspada kepada maksiat, karena ia bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Meski pada dasarnya sipelaku tidak masuk kepada kufur, tapi perbuatan tersebut adalah menjadi jalan menuju kekufuran.
Dari sinilah seharusnya kaum muslimin berhati-hati terhadap sebagian kaum muslimin yang melakukan tindak kekufuran. Karena tidak semua pelakunya dianggap kufur atau kafir setelah melakukannya. Sikap ghulluw dalam memvonis pelaku dosa besar inilah kaum khowarij menjadi sesat. Mereka berlebihan dalam menyikapi pelaku maksiat.
Pendapat mereka yaitu telah sesat dan masuk neraka jika telah melakukan dosa besar. Dan juga tidak seperti murji’ah dalam menyikapi maksiat. Mereka terlalu longgar dalam menyikapinya. “pendapat mereka selama ada iman didalam hati, seberapapun besarnya dosa tidak akan terpengaruh”.
Maka sikap yang baik adalah sebagaimana ahlu sunnah wal jama’ah menyikapinya. Tidak berlebihan dan tidak terlalu longgar.
Semoga Allah mudahkan kita untuk menjauhi segala godaan yang dihembuskan oleh syetan baik yang berbentuk jin maupun manusia hingga ajal tiba. Amin
Wallahu a’lam bisyowab
Komentar
Posting Komentar