Mampukah Manusia Menjawab Pertanyaan Alam Kubur?
Semua manusia akan mengalami kematian, dimana manusia akan melewati pertanyaan alam kubur sebagai pintu pertama menuju ke akhirat. Bagaimana manusia bisa menjawab pertanyaan yang diajukan malaikat? Apakah kita bisa menjawab pertnyaan yang saat ini dianggap sangat mudah mengatakannya?
Ketika mayat diantarkan ke alam kubur, maka seorang bilal membacakan talqin (al-adzkar) atau suatu peringatan yang berlaku kepada Ahlussunnah Wal Jama'ah. Semua makhluk yang memiliki ruh pastinya akan merasakan mati, dan ketika manusia telah mati maka Allah menjanjikan berupa balasan setimpal sesuai amal perbuatan ketika menjalani hidup di dunia. Siapapun manusia itu, pejabat, pemimpin, milioner, jutawan, hingga rakyat kecil, akan menerima balasan buruk berupa siksa neraka. Sebaliknya, mereka yang berbuat baik akan menerima balasan kenikmatan delapan lapis surga seperti yang dijanjikan-Nya.
Bahwa surga yang dijanjikan Allah benar-benar nyata dan neraka sebagai tempat penyiksaan juga benar adanya. Alam kematian benar-benar akan menghampiri setiap makhluk bernyawa, alam kubur sebuah alam kedua setelah manusia menjalani hidup di dunia dan benar adanya, seperti halnya manusia yang sedang menjalani kehidupan saat ini.
Akan ada malaikat Munkar dan Nakir yang akan mempertanyakan tentang keimanan setiap manusia, kemudian akan menyusul hisab, mizan, hari berbangkit (bangkit dari kubur), telaga, pengadilan akhirat, penerimaan syafa'at, shirthol mustaqim, berkumpulnya manusia di Padang Mahsyar, dan kesempatan bagi orang-orang mukmin untuk menyaksikan Maha Agung Allah dengan segala sifat-Nya.
Ketika bilal berkata "Saudara mayit, mulai hari ini engkau bermukim di alam barzah dan semua ini merupakan kenyataan yang disebutkan dalam firman-Nya"
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (Al-A'raf, 7:25)
"Dan sebentar lagi engkau akan menerima kedatangan Malaikat Munkar dan Nakir yang memberi pertanyaan secara garis besar sebagai berikut:"
Siapakah Tuhanmu? Jawablah "Allah tuhanku"
Siapakah Nabimu? Jawablah "Muhammad nabiku"
Siapakah imammu? Jawablah "Al Quran imamku"
Kemana Kiblatmu? Jawablah "Ka'bah kiblatku"
Apa agamamu? Jawablah "Islam agamaku"
Dan siapa Saudaramu? Jawablah "Mukmin Mukminat saudaraku"
Jika kita mendengar apa yang diucapkan dan diajarkan oleh sang bilal di atas tepi kubur, maka enam pertanyaan itu tentu sangat mudah terjawab. tetapi pemikiran ini berlaku ketika manusia masih hidup di dunia, tidak begitu mudah mengucapkannya ketika berada di alam kubur. Secara garis besar, kedua malaikat akan mempertanyakan seluruh amal buruk dan baik di hari berbangkit, disaat Yaumil Mahsyar sudah dibuka dan setelah hari berbangkit serta kitab amalan telah diberikan kepada setiap manusia.
Sebenarnya, nasehat dan ajaran yang disampaikan oleh bilal diatas tepi kubur sudah tidak memiliki arti apapun bagi mayat, semua itu hanya untuk orang-orang yang mengantarkan mayat ke alam kubur sehingga menjadi pelajaran bagi setiap orang yang mendengarkan. Jika suatu hari nanti, orang-orang yang mengantarkan mayat mendapat giliran masuk ke alam kubur, apakah mereka juga bisa menjawabnya? Tidak semudah yang diajarkan, tetapi ilmu dan amal semasa hidup yang akan menjawab semua pertanyaan tersebut.
Apabila seseorang semasa hidup memiliki ilmu pengetahuan tentang tauhid, tentang ke-nabi-an dan tanggung jawab terhadap umat, kebenaran beriman kepada Al Quran dengan segala hukum yang berlaku, mendirikan shalat, akidah agama yang benar-benar islam, dan tidak pernah berbantah-bantah sesama muslim dan muslimat dan tidak pula saling mengumpat atau pun mencaci, fitnah antar sesama, tidak terpecah belah dalam ajaran islam, maka semua pertanyaan alam kubur yang diajukan malaikat Munkar dan Nakir akan sangat mudah terjawab.
Menjawab Pertanyaan Alam Kubur: Marrobbuka (Siapakah Tuhanmu?)
Maka, apakah para ulama yang menggunakan topeng agama, menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah yang ditukar dengan harga sedikit demi jabatan dan kedudukan, dan bila ada umat yang ingin berjalan lurus dihalangi, tidak sesekali mereka mampu menjawab pertanyaan alam kubur walaupun ribuan kali menjelang kematian sudah sangat fasih menghafal jawaban itu. Jika beriman kepada Allah dan percaya adanya hari kemudian serta ingin menjawab seluruh pertanyaan alam kubur yang diajukan kedua malaikat untuk melewati siksa alam barzah, maka dengar dan perhatikan apa yang diperintahkan dan yang dilarang Allah.
Marrobbuka (Siapakah Tuhanmu), jika bertanya kepada seorang anak maka mereka pun sanggup menjawab "Allah Tuhanku", tetapi tidak semudah itu atau semudah menjawab ketika masih hidup di dunia. Jika manusia tidak bisa mengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan (ma'rifah) kepada Allah yang lebih dekat dari urat nadi, Dia berada dimana kamu berada,... maka manusia itu tidak akan mungkin bisa menjawab "Allahu Rabbi".
Siapakah Nabimu?
Tidak sah syahadat tauhid (Laa ilaaha illallah) dengan tidak menyebut syahadat rasul (Muhammaddarrasuulullah) sesuai dengan firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (An-Nisa' 4:59)
Siapapun yang masih hidup di dunia tidak mengikuti empat sifat nabi Muhammad yaitu Shiddiq (benar), Amanah (kepercayaan), Tabligh (menyampaikan), dan Fathonah (bijaksana), sekurang-kurangnya mengikuti fardhu A'in, maka jangan berharap dapat menjawab pertanyaan "Siapakah Nabimu?". Bagi orang-orang yang mengikuti empat sifat rasulullah, maka mereka akan menjawab "Muhammaddarasuulullah"
Siapakah Imammu?
Di dalam Al Quran begitu banyak materi hukum untuk menjalani hidup di dunia dalam menuju kehidupan akhirat, demikian pula pada sunnah rasul. Apakah setiap orang mampu melaksanakan hukum yang disebutkan dalam Quran? Jika mereka mampu melaksanakan segala larangan dan perintah, maka pertanyaan kedua malaikat "Siapakah imammu?" ketika berada di alam kubur akan sangat mudah dijawab "Al Quran imamku".
... Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (Al-Ma'idah 5:44)
... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (Al-Ma'idah 5:45)
... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik (Al-Ma'idah 5:47)
Kemana Kiblatmu?
Apa yang dimaksud 'lalai' dalam surat Al Ma'un bukan karena tidak shalat atau melewatkan dan menangguhkan waktu yang telah ditentukan. Lalai dalam arti bahwa manusia yang shalat lima waktu hanya menjaga syariat fiqih yaitu syarat rukun, sah dan batal, tetapi didalamnya tidak diikut sertakan hakikat tauhid apalagi makrifat. Syariat fiqih disebut sebagai kesempurnaan iman yaitu Billisani, sedangkan tashawuf berupa menjaga hati tetapi kepada Allah dalam shalat.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (Al-Ma'un 107:4-5)
Dan bahwa isi bacaan yang dibawa dalam shalat merupakan dialog antara seorang hamba dengan pencipta-Nya, maka tarikat tashawuf merupakan kesempurnaan iman yang disebut Biqalbi. Mereka yang menjaga shalat dengan tidak lalai, maka pertanyaan alam kubur dari kedua malaikat "Kemana Kiblatmu?" akan mudah terjawab "Kiblatku ke Ka'batullah".
Apa Agamamu?
Jika seorang manusia beragama dan menganut Islam, maka carilah sumber ilmu yang berasal dari Islam dan merujuk kepada Kitabullah Al Quranul Karim. Apabila merek mencari sumber lain akan menjauh dari sumber yang asli dan membawa salah paham, menurut konsep wahyu illahi dalam firman Allah:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum 30:30)
Agama bukan sekedar kepercayaan dan keyakinan mendalam yang berimbas pada keimanan, tetapi suatu pengakuan bahwa manusia tercipta dari zat Allah. Kembali kepada keberadaan manusia disisi zat Allah yang tidak bersekutu dan tidak pula terpisah, hal ini sebagai pengembalian kepada aga yang lurus.
Dalam menuntut agama islam, seseorang wajib secara keseluruhan menuntut ilmu syariat fiqih tentang halal haram, dan yang paling utama adalah ilmu tauhid sebagai Awaluddin Ma'rifatullah (awal agama mengenal Allah). Ketika kedua malaikat memberi pertanyaan alam kubur "Apa Agamamu?" maka dengan mudah manusia itu menjawab "Agamaku Islam".
Menjawab Pertanyaan Alam Kubur: Siapakah Saudaramu?
Dalam garis besar ahlus sunnah waljama'ah, mereka yang dapat meluruskan syariat fiqih dengan hakikat tauhid melalui jalan tarikat tashawuf menuju ma'rifat hikmah kepada Allah, sebagaimana meluruskan antara Af'al-Nya dengan sifat Allah, melalui Asma-Nya menuju zat-Nya yang Maha Lathif. Maka Ahlus Sunnah Wal Jama'ah akan selamat dari siksa alam kubur dan siksa neraka, karena Rasulullah mengatakan bahwa perpecahan dalam tubuh Islam di akhir zaman akan terbagi menjadi 73 firqah.
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Al-Hujarat 49:10)
Persaudaraan didalam islam adlah sesama muslim, tidak memandang suku agama dan ras, dengan syarat bahwa mereka mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah serta mengikuti segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya, inilah saudara yang hakiki. Siapapun manusia itu ketika berhadapan dengan kedua malaikat Munkar dan Nakir yang memberi pertanyaan alam kubur "Siapakah Saudaramu?" maka dengan mudah mereka menjawab "Saudaraku kaum muslimin muslimat dan mukminin mukminat".
Image Islamic funeral via Wikipedia
Komentar
Posting Komentar