Zulkarnain, Penguasa Timur dan Barat
Kisah penguasa pemberani ini mengemuka ketika kaum musyrikin Makkah meminta bantuan Yahudi Khaibar untuk mencari kelemahan Nabi Muhammad.
Yahudi Khaibar kemudian mengirim Nard dan Uqbah Ibn Abu Muit kepada rabi Yahudi di Madinah. Untuk membuktikan kenabian, rabi itu mengajukan tiga pertanyaan kepada Muhammad.
Pertanyaan tersebut adalah tentang beberapa anak muda di zaman dahulu yang ceritanya amat pelik dan menakjubkan, tentang seorang lelaki pengembara hebat yang telah sampai ke timur dan barat, dan sebuah pertanyaan tentang roh.
Nabi meminta waktu untuk menjawab pertanyaan mereka. Saat itulah, Allah menurunkan wahyu melalui surah al-Kahfi ayat 83 hingga 98. “Dan mereka bertanya kepadamu mengenai Zulkarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepada kamu sedikit tentang perihalnya’.”
Ibnu Jarir ath-Thabari mengisahkan dalam kitab tafsirnya bahwa Zulkarnain adalah seorang laki-laki Romawi, anak tunggal dari orang paling miskin di kotanya.
Namun, dalam pergaulan sehari-hari ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.
Hal ini juga dikisahkan Imam al-Qurtubi. Dia menceritakan bahwa sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Zulkarnain berakhlak mulia dan menjadi hamba yang saleh sehingga Allah telah memberikannya kekuasaan untuk memerintah di bumi.
“Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada di segala penjuru bumi, terbagi dalam beberapa golongan.”
Zulkarnain menjadi raja yang wilayah kekuasaannya membentang luas, menyatukan Dunia Barat dan Timur.
Dia melakukan banyak penjelajahan ke berbagai penjuru Bumi dan Allah memberinya hak untuk menghukum kaum yang ingkar terhadap Allah di setiap tempat yang dikunjunginya.
Dia juga membangun sebuah dinding pemisah yang sangat tinggi terbuat dari besi dan tembaga. Dinding itu dibangun di sebuah lembah atas permintaan sebuah kaum untuk menghindarkan diri dari kejahatan kaum Ya’juj dan Ma’juj atau Gog Magog.
Zulkarnain menolak bayaran yang ditawarkan kaum tertindas tersebut. “Kekuasaan dan kekayaan yang Tuhanku jadikan aku menguasainya, lebih baik dari bayaran kamu. Oleh karena itu, bantulah aku dengan tenaga kamu beramai-ramai, aku akan bangun antara kamu dan mereka sebuah tembok penutup yang kukuh.”
Selain bantuan tenaga, Zulkarnain juga meminta kaum tersebut membawa besi dan tembaga sebagai bahan baku pembuatan tembok tersebut. “Tiuplah dengan alat-alat kamu sehingga apabila ia merah menyala seperti api, bawalah tembaga cair supaya aku tuangkan atasnya,” ujarnya.
Namun, Zulkarnain mengingatkan bahwa tembok itu hanya bersifat sementara. Suatu saat kaum Ya’juj dan Ma’juj bakal mampu melewatinya ketika tembok itu runtuh.
“Ini ialah suatu rahmat dari Tuhanku. Apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur dan adalah janji Tuhanku itu benar,” kata Zulkarnain.
Hingga kini, belum ada temuan arkeologis yang menunjukkan di mana tepatnya lokasi tembok itu dibangun. Namun, beberapa mufasir kontemporer berpendapat lokasi tembok itu berada di Ngarai Daria yang terletak di perbatasan Rusia dan Georgia.
Antara Zulkarnain dan Aleksander Agung
Banyak orang yang mengira bahwa Zulkarnain dan Aleksander Agung adalah sosok yang sama. Karena itulah bisa muncul nama Iskandar di depan nama Zulkarnain.
Mereka berdua sama-sama dikisahkan memiliki kekuasaan yang membentang dari barat ke timur. Aleksander dari Makedonia berhasil menguasai wilayah Mesir, Persia, sampai India.
Namun, sejumlah sejarawan menolak pendapat tersebut. Para ahli tafsir Alquran menyatakan, Aleksander yang hidup pada abad ketiga SM itu tidak diberitakan pernah membangun dinding besar.
Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir Alquran, Ibnu Katsir, dalam kitabnya “Al-Bidayah wan Nihayah”, juga menjelaskan, kedua orang itu adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2.000 tahun.
Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan bahwa nama Zulkarnain dalam Alquran merupakan sebuah gelar, bukan nama orang yang artinya ‘yang mempunyai dua tanduk’. Tanduk dalam hal ini adalah kekuasaan, bukan tanduk dalam arti fisik.
Sementara, nama Aleksander adalah nama yang disandang sejak lahir oleh raja Makedonia itu. Sifat mereka pun berbeda.
Zulkarnain dikenal sebagai raja saleh yang selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Ia diberi kewenangan oleh Tuhan untuk menghukum raja dari negeri yang dikunjunginya atau malah memberikan jabatan tertentu kepadanya. Sedangkan, Aleksander Agung adalah seorang politeis, penyembah dewa-dewi.
Bila Zulkarnain dikenal sebagai tokoh berwatak tegas, Aleksander dikisahkan sebagai pribadi yang lebih banyak dipengaruhi oleh ibunya. Sosok Aleksander juga digambarkan sebagai biseksual.
Aleksander diisukan menyukai teman laki-lakinya yang bernama Hepasthion. Ia wafat tak lama sesudah teman tercintanya itu meninggal karena sakit sepulang dari India.
Sumber : Republika
Yahudi Khaibar kemudian mengirim Nard dan Uqbah Ibn Abu Muit kepada rabi Yahudi di Madinah. Untuk membuktikan kenabian, rabi itu mengajukan tiga pertanyaan kepada Muhammad.
Pertanyaan tersebut adalah tentang beberapa anak muda di zaman dahulu yang ceritanya amat pelik dan menakjubkan, tentang seorang lelaki pengembara hebat yang telah sampai ke timur dan barat, dan sebuah pertanyaan tentang roh.
Nabi meminta waktu untuk menjawab pertanyaan mereka. Saat itulah, Allah menurunkan wahyu melalui surah al-Kahfi ayat 83 hingga 98. “Dan mereka bertanya kepadamu mengenai Zulkarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepada kamu sedikit tentang perihalnya’.”
Ibnu Jarir ath-Thabari mengisahkan dalam kitab tafsirnya bahwa Zulkarnain adalah seorang laki-laki Romawi, anak tunggal dari orang paling miskin di kotanya.
Namun, dalam pergaulan sehari-hari ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.
Hal ini juga dikisahkan Imam al-Qurtubi. Dia menceritakan bahwa sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Zulkarnain berakhlak mulia dan menjadi hamba yang saleh sehingga Allah telah memberikannya kekuasaan untuk memerintah di bumi.
“Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada di segala penjuru bumi, terbagi dalam beberapa golongan.”
Zulkarnain menjadi raja yang wilayah kekuasaannya membentang luas, menyatukan Dunia Barat dan Timur.
Dia melakukan banyak penjelajahan ke berbagai penjuru Bumi dan Allah memberinya hak untuk menghukum kaum yang ingkar terhadap Allah di setiap tempat yang dikunjunginya.
Dia juga membangun sebuah dinding pemisah yang sangat tinggi terbuat dari besi dan tembaga. Dinding itu dibangun di sebuah lembah atas permintaan sebuah kaum untuk menghindarkan diri dari kejahatan kaum Ya’juj dan Ma’juj atau Gog Magog.
Zulkarnain menolak bayaran yang ditawarkan kaum tertindas tersebut. “Kekuasaan dan kekayaan yang Tuhanku jadikan aku menguasainya, lebih baik dari bayaran kamu. Oleh karena itu, bantulah aku dengan tenaga kamu beramai-ramai, aku akan bangun antara kamu dan mereka sebuah tembok penutup yang kukuh.”
Selain bantuan tenaga, Zulkarnain juga meminta kaum tersebut membawa besi dan tembaga sebagai bahan baku pembuatan tembok tersebut. “Tiuplah dengan alat-alat kamu sehingga apabila ia merah menyala seperti api, bawalah tembaga cair supaya aku tuangkan atasnya,” ujarnya.
Namun, Zulkarnain mengingatkan bahwa tembok itu hanya bersifat sementara. Suatu saat kaum Ya’juj dan Ma’juj bakal mampu melewatinya ketika tembok itu runtuh.
“Ini ialah suatu rahmat dari Tuhanku. Apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur dan adalah janji Tuhanku itu benar,” kata Zulkarnain.
Hingga kini, belum ada temuan arkeologis yang menunjukkan di mana tepatnya lokasi tembok itu dibangun. Namun, beberapa mufasir kontemporer berpendapat lokasi tembok itu berada di Ngarai Daria yang terletak di perbatasan Rusia dan Georgia.
Antara Zulkarnain dan Aleksander Agung
Banyak orang yang mengira bahwa Zulkarnain dan Aleksander Agung adalah sosok yang sama. Karena itulah bisa muncul nama Iskandar di depan nama Zulkarnain.
Mereka berdua sama-sama dikisahkan memiliki kekuasaan yang membentang dari barat ke timur. Aleksander dari Makedonia berhasil menguasai wilayah Mesir, Persia, sampai India.
Namun, sejumlah sejarawan menolak pendapat tersebut. Para ahli tafsir Alquran menyatakan, Aleksander yang hidup pada abad ketiga SM itu tidak diberitakan pernah membangun dinding besar.
Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir Alquran, Ibnu Katsir, dalam kitabnya “Al-Bidayah wan Nihayah”, juga menjelaskan, kedua orang itu adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2.000 tahun.
Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan bahwa nama Zulkarnain dalam Alquran merupakan sebuah gelar, bukan nama orang yang artinya ‘yang mempunyai dua tanduk’. Tanduk dalam hal ini adalah kekuasaan, bukan tanduk dalam arti fisik.
Sementara, nama Aleksander adalah nama yang disandang sejak lahir oleh raja Makedonia itu. Sifat mereka pun berbeda.
Zulkarnain dikenal sebagai raja saleh yang selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Ia diberi kewenangan oleh Tuhan untuk menghukum raja dari negeri yang dikunjunginya atau malah memberikan jabatan tertentu kepadanya. Sedangkan, Aleksander Agung adalah seorang politeis, penyembah dewa-dewi.
Bila Zulkarnain dikenal sebagai tokoh berwatak tegas, Aleksander dikisahkan sebagai pribadi yang lebih banyak dipengaruhi oleh ibunya. Sosok Aleksander juga digambarkan sebagai biseksual.
Aleksander diisukan menyukai teman laki-lakinya yang bernama Hepasthion. Ia wafat tak lama sesudah teman tercintanya itu meninggal karena sakit sepulang dari India.
Sumber : Republika
Komentar
Posting Komentar