Berbuka Puasa dengan Cara Rasulullah SAW

“Acara televisi apa yang paling digemari dan ditunggu-tunggu pemirsa di bulan Ramadhan?,” tanya rekan saya sambil senyum-senyum.
“Sinetron,” jawab saya.
“Salah!”
“Lawak atau komedi situasi.”
“Bukan!”
“Hmmm....” jawab saya sambil (pura-pura) berpikir keras.
“Buruan. Masak gitu aja ga bisa?” ujarnya lagi. “Nyerah?” tukasnya lagi.
“Iya, deh, nyerah,” kata saya pasrah.
“Azan maghrib...!” tukasnya sambil terbahak-bahak.
Berbuka Puasa dengan Cara Rasulullah SAW
Dialog singkat di atas, walau secara guyon, menunjukkan fakta yang ada, bahwa. saat berbuka puasa memang waktu yang ditunggu-tunggu. Buat mereka yang puasa, bertalu-talunya suara beduk dan azan yang berkumandang benar-benar bisa jadi penyejuk jiwa.

Kegembiraan yang memenuhi dada shoimin (orang yang berpuasa) adalah suatu fitrah. Manusiawi. Bahkan Rasulullah SAW sudah menyebutkan soal ini dalam haditsnya:

Orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan. Pertama, ketika berbuka. Kedua,ketika dia bertemu dengan Tuhannya. Dia gembira dengan pahala puasanya (HR. Bukhari & Muslim)

Para ulama menjelaskan gembira pertama saat ‘berbuka’ itu sebagai berbuka puasa saat maghrib tiba. Sebagian lain mengartikan ‘berbuka’ yang dimasud adalah saat Idul Fitri. Tapi, seperti disebutka di awal tulisan ini, siapa pun yang berpuasa, tentu akan merasa gembira saat waktu maghrib tiba.

Pertanyaannya kini, bagaimanakah berbuka puasa yang disunnahkan Rasulullah SAW? Sebagai pengikut sekaligus pengagum Nabi, sudah semestinya bila kita senantiasa berupaya meneladani ajaran yang dicontohkannya.

Berikut ini, beberapa sunnah Nabi dalam berbuka puasa;

1. Menyegerakan berbuka.
Rasulullah sangat menganjurkan agar kita segera berbuka puasa. Tidak pada tempatnya kita menunda-nunda berbuka, apalagi jika niatnya hanya karena merasa masih kuat. Lebih keliru lagi kalau beranggapan, makin lama berbuka makin tinggi nilai pahalanya.

Dari Sahl bin Sa’ad ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda, yang artinya:

“Manusia (umat Islam) selalu dalam keadaan baik selama ia menta’jilkan (menyegerakan) berbuka.“(HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits Qudsi yang disampaikan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah saw bersabda,

Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Hamba yang paling Aku cintai adalah yang paling sepat berbuka.”(HR. At-Tirmidzi)

2. Berdoa sebelum berbuka
Berdoa memiliki banyak hikmah sekaligus manfaat. Dengan berdoa, minimal ada dua hal penting yang tersirat di sana. Pertama, pengakuan atas kelemahan dan kekurangan diri. Kedua, pengakuan adanya zat lain di luar dirinya yang lebih kuat dan hebat, sehingga layak dijadikan sandaran.

Zat yang Maha Hebat dan Maha Sempurna yag layak dan pantas dijadikan sandaran dan tempat bergantung itu adalah Allah SWT. alangkah bodohnya jika kita menukar Allah sebagai Ilah yang dipatuhi dan sekaligus tempat bergantung dengan zat lain. Karena pada hakekatnya selain Allah, adalah lemah dan tidak berdaya. Laa haula walaa quwaata illah billah, tidak ada daya dan kekuatan apa pun, kecuali dengan kehendak Allah.

Dalam konteks berbuka puasa, Rasulullah juga memerintahkan agar kita mendahuluinya dengan membaca doa. Betapa dahsyatnya orang yang berpuasa, hingga Allah menyejajarkan kualitas doanya dengan pemimpin yang adil. Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Ada 3 doa yang tidak tertolak: pertama, doa pemimpin yg adil. Kedua, doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka. Ketiga, doa orang yang terzholimi.” (HR. At-Tirmidzi&Ibnu Majah).

Pada titik ini, menjadi tepat bila dikatakan bahwa Ramadhan adalah bulan berdoa. Paling tidak, sinyal ini secara tersirat disampaikan Allah dalam QS Al Baqoroh:186, yang artinya:

"Dan Jika ada hambaKu yang bertanya tentang Aku, maka katakanlah, sesungguhnya Aku sangat dekat. Aku mengabulkan permohonan dari orang yang berdoa, apabila dia berdoa kepadaKu. Makahendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

3. Berdoa dengan doa yang dibaca Rasul
Islam mengajarkan agar kita memulai perbuatan baik dengan berdoa. Begitu pula dengan berbuka puasa. Ada sejumlah doa yang biasa dibaca Nabi SAW saat berbuka puasa. Antara lain seperti keterangan yang dibawa Abdullah bin ‘Amr al ‘Ash, bahwa Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya bagi orang berpuasa, pada waktu berbuka tersedia do’a yang makbul, diantaranya dengan membaca: Allahumma inni as-aluka birohmatikallati wasi’at kulla syain antaghfirli. Yang artinya, “Ya Allah, aku memohon ampun kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu.”(HR. Ibnu Majah)

Ada juga doa lainnya yang dibaca Rasul seperti diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bila telah berbuka puasa, beliau membaca: dzahabadzhomma’ wabtallatil ‘uruqu watsabatal ajru insyaa Allah, yang artinya

“Telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat, dan pahala telah tetap. Insyaa Allah.”(HR. Abu DawuddanAn-Nasa’i).

Sedangkan bila hidangan berbuka puasa berasal dari orang lain, disunnahkan kita berdoa kepadanya seperti yang biasa dibaca Rasulullah, yaitu:

Afthoro ‘indakum shooimuuna wa akala tho’aamakumul abroru washollat ‘alaikumul malaaikat.Yang artinya, “Telah berbuka di tempatmu orang-orang yang berpuasa, makananmu telah dikonsumsi oleh orang-orang yang bertaqwa, dan malaikat telah memanjaatkan do’a untukmu.”(HR. Abu Dawud)

4. Berbuka dengan kurma
Kurma memiliki banyak sekali keistimewaan. Para ahli gizi di abad modern menemukan amat banyak manfaat yang terkandung dalam buah kurma. Barangkali ini pula yang menjelaskan mengapa Rasulullah bersabda;

Dari Anas bin Malik ia berkata, “Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air”. (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Pada hadits yang lain, juga ada penjelasan dari Sulaiman bin ‘Amir ad-Dhobbiy RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila salah seorang dari kamu berbuka, maka berbukalah dengan kurma. Jika tidak menemukan, berbukalah dengan air, karena sesungguhnya air itu pembersih.”(HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, danIbnu Majah)

5. Tidak berlebihan
Islam mengingatkan buruknya orang yang mengikuti hawa nafsunya. Begitu juga dalam hal makan dan minum. Allah memerintahkan kita untuk makan dan minum secara wajar, jangan berlebihan seperti dalam firmannya:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al-A’raf: 31)

Berlebih-lebihan memang tidak baik. Termasuk di dalamnya adalah berlebihan dalam makan dan minum. Adalah ironis, bila kita (yang di Indonesia) mampu menahan makan dan minum sekitar 14 jam, tiba-tiba tidak bisa mengendalikan diri dan jadi berlebih-lebihan ketika waktu maghrib tiba. Bukankah selama 14 jam sebelumnya kita berhasil mengendalikan hawa nafsu? Bukankah salah satu inti berpuasa adalah pengendalian hawa nafsu?

Rasulullah SAW juga mengajarkan umatnya untuk tidak memenuhi hawa-nafsunya terhadap makanan yang dikonsumsinya. Berlebihan dalam makan dan minum adalah perbuatan buruk. Begitu pun saat menghadapi waktu berbuka puasa karena beliau saw bersabda:

“Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi isinya oleh manusia, kecuali perutnya. Karena sebenarnya cukup baginya beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Kalaupun ia ingin makan, hendaknya ia atur dengan cara sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”(HR. Ahmad, an-Nasa’i dan At-Tirmidzi).

6. Memberi makan orang yang berpuasa.
Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan. Saat Ramadhan kedermawanan Rasul semakin menjadi-jadi. Salah satu yang sangat dianjurkan Rasulullah adalah memberi makan/hidangan bagi orang berpuasa saat berbuka. Amal ini memiliki hikmah yang dahsyat, sebagaimana disabdakan Nabi:

“Barang siapa memberi makan seorang yang berpuasa, dia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa yang diberinya makan itu.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Wallaahu a'lam.

Edy Mulyadi, Ketua Mejelis Tabligh & Dakwah Korps Muballigh Jakarta (KMJ) /(Inilah)

Komentar

Postingan Populer