Utang Revolusi Amerika Pada Islam dan Kopi
Revolusi Amerika berhutang budi pada nilai-nilai Islam. Lebih jauh Amerika bahkan berutang pada kebiasaan orang Islam minum kopi.
Sejarah mengakui bahwa Revolusi Amerika banyak diinspirasi oleh para pemikir Eropa yang dikenal sebagai kaum tercerahkan (TheEnlightenment). Enlightenment seringkali dinisbatkan kepada para pemikir terkemuka Eropa yang menyadari kebebasan dan hak-hak asasi manusia, dan tidak membuta akan otoritas monarki dan gereja semata.
Banyak diantara kalangan ini justru orang-orang Inggris, negeri asal para kolonis yang mendominasi Amerika di awal-awal kedatangan bangsa Eropa, dan ‘menjajah’ Amerika untuk sementara waktu. Mereka adalah para intelektual seperti John Locke, Isac Newton, selain para pemikir Prancis seperti Montesquieu dan Ren Descartes.
Pengaruh John Locke sangat terasa pada naskah the Declaration of Independence, sebuah dokumen penting yang ditulis pendiri Amerika, Thomas Jefferson. Itulah dokumen penting yang ditandatangani para pendiri AS pada 4 Juli 1776 di Philadelphia, dan memutus Amerika dari rantai penindasan Inggris, sekaligus menetapkan berdirinya Amerika Serikat.
Dalam bukunya,‘An Essay Concerning Human Understanding’,Locke percaya sejatinya manusia itu bersih, naik. Masyarakatlah kemudian yang ‘mengotori’nya menjadi menyimpang. Tetapi jangan lupa, ilham John Locke yang secara resmi diakui memengaruhi pemikiran para pendiri AS itu datang dari Ibnu Tufail. Dalam ‘Hayy Ibn Yaqhan’, yang beredar sekitar tahun 1.100-an, Tufail menulis pikiran yang kemudian diangkat Locke menjadi teori tabula rasa.
Tabula rasa (dari bahasa latin berarti ‘kertas kosong’) percaya bahwa manusialahir tanpa isi mental bawaan. Ia hanya ‘kertas kosong’ dan seluruh pengetahuannya diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi indranya terhadap dunia di luar dirinya. Karena itu, teori ini juga berkaitan dengan kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi dari karakternya, meski identitas dasarnya sebagai manusia tidak bisa ditukar.
Bandingkan ide itu dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah,”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi…”
Locke lebih jauh juga bicara tentang kontrak social (sebagaimana kemudian ditulis pemikir Prancis Jean Jacques Rosseau dalam ‘Du Contrat Social’), tentang hubungan timbal balik negara dan warganya yang didasarkan atas hak dan kewajiban kedua pihak.
Bila ditelusuri, ide kontrak sosial itu ternyata bermula dari konsepsi Ibnu Khaldun yang ditulisnya dalam ‘Muqaddimah’pada 1377. Ibnu Khaldun menulis bahwa pemerintahan yang baik bermula dari niat baik untuk membela dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Lihatlah petikan selaras diDeclaration of Independence,” governments are instituted among Men, deriving their just powers from theconsent of the governed.”
Montesquieu, yang sering dinisbahkan kepada teori pemisahan kedaulatan yang diadopsi AS, juga mendasarkan pemikirannya pada seorang pemikir politik Islam. Dalam buku ‘Al-Ahkam Al-Sultaniyyah’yang ditulis di awal-awal tahun 1000, Imam al-Mawardi sudah bicara tentang pemisahan kekuasaan tersebut. Meski saat itu terkendala pemerintahan monarki, kebebasan intelektual Al-Mawardi mampu berkata lantang tentang pemisahan untuk mencegah adanya kekuasaan yang mengarah kepada despotisme itu.
Tentu saja masih banyak hal yang bisa dikupas, yang bahkan sampai melibatkan ilmuwan yang terkesan jauh dari politik, seperti Isac Newton, dan lain-lain. Sebagaimana sejarah mencatat, para Enlightenment itu di kemudian hari mengembangkan konsep-konsep ilmu alam untuk mendukung konsep-konsep kemanusiaan, seperti hak asasi, konsep pemerintahan dan sistem ekonomi.
Melihat fakta itu, wajar bila mengemuka pikiran bahwa tanpa dukungan kaumEnlightenment, para Kolonis Amerika tak pernah memiliki dasar-dasar nilai yang mereka perlukan untuk menggulirkan revolusi. Dus lebih jauh, tanpa menggali ide-ide para pemikir Islam yang kadang terkubur, paraEnlightenment pun tak akan pernah mendapatkan pencerahan yang cukup untuk mengubah dunia.
Tetapi jangan lupa, Revolusi Amerika juga punya utang kepada kopi. Tepatnya, kebiasaan minum kopi. Itu karena gaya hidup para Enlightenment pun banyak terpengaruh gaya hidup muslim, terutama dalam hal kecanduan minum kopi agar kuat melek dan membaca di malam hari. [dsy/Inilah]
Komentar
Posting Komentar