Tiga Penyesalan Para Pemimpin

Keberadaan pemimpin jelas amat dibutuhkan bagi setiap orang dalam berbagai kelompok dan bidan. Dalam sepakbola ada kapten kesebelasan, di perusahaan ada direktur bahkan presiden direktur, dalam sholat berjamaah ada yang namanya imam dan dalam suatu Negara presiden atau perdana mentri atau ada juga yang menyebutnya dengan raja. 

Dibutuhkannya pemimpin menunjukan betapa strategis jabatan kepemimpinan itu. Jabatan kepemimpinan yang diemban seseorang bisa mebawa kebaikan tapi juga bisa membawa keburukan , tidak hanya bagi orang yang dipimpinnya tapi juga untuk dirinya sendiri, bahkan tidak hanya keburukan di dunia ini saja tapi juga bisa sampai ke akhirat nanti. Namun ia bukan lah sesuatu yang harus diperebutkan.Kepemimpinan yang akan membawa seseorang pada keburukan dan penyesalan dalam kehidupan dunia dan akhirat disebabkan tiga faktor.
 
Pertama, kekejaman dalam memimpin. 
Kepemimpinan yang dijalankan dengan berlaku kejam atau zalim kepada orang yang di pimpin merupakan sesuatu yang membawa malapetaka bagi sang pemimpin dan orang yang dipimpinnya, tidak hanya kejam dari tindakan fisik tapi juga kebijakan dan ketentuan yang dikeluarkannya sehingga rakyat tidak berdaya dihadapan sang pemimpin meskipun pemimpin itu melakukan kesalahan, karenanya pemimpin yang berlaku kejam kepada rakyat yang di pimpinnya merupakan sejelek-jeleknya pemimpin, Rasullah saw bersabda :
Sesungguhnya sejelek-jeleknya peminpin adalah pemimpin yang kejam. Karena itu berhati-hatilah agar kamu tidak tidak termasuk golongan itu(HR. Muslim dari Ubaidilah bin Zaid)

Dalam kehidupan ini banyak kita dapati pemimpin yang kejam dalam membuat kebijakan yang membuat masyarakat yang sudah susah menjadi bertambah susah, karenanya pemimpin yang kejam mengalami penyesalan yang amat dalam, jangan kan ke akhirat nanti, di dunia ini saja ia sudah menyesal Karena tidak bisa memberi manfaat dari kepimpinan yang diembannya, bahkan mendatangkan mudharat dan iapun tercatat dalam sejarah negri sebagai pemimpin yang buruk.
Kaum Muslimin yang berbahagia
Kedua, jabatan kepemimpinan yang mengakibatkan penyesalan bagi sang pemimpin adalah bila dalam memimpin ia membodohi rakyat yang dipimpinnya. 

Pemimpin yang baik adalah yang berusaha mencerdaskan rakyatnya karenanya ia memajukan pendidikan, menjelaskan secara terbuka segala kebijakan yang diambil dan masyarakatpun di dorong untuk mempelajari dan mengkritisi segala kebijakan itu. 

Gagasan cerdas dari rakyat tidak hanya didengar tapi juga diterapkan seperti yang dilakukan Rasulullah saw yang melaksanakan pendapat Salman Al Farisi yang mengusulkan penggalian parit dalam siasat perang yang kemudian perang itu disebut dengan perang khandak, begitu juga dengan Khalifah Umar bin Khattab yang mencabut kembali kebijakan dan peraturannya yang dakui salah setelah dikritik oleh seorang wanita tua tentang mahar yang tidak boleh mahal.

Manakala pemimpin membodohi rakyatnya dan ia suka bila rakyatnya tidak pintar, maka jangan harap bisa masuk kedalam surga karena pemimpin semacam itu termasuk yang diharamkan masuk surga, Rasulullah saw bersabda :
"Tiada seorang hambapun yang Allah diserahi memimpin rakyat, mati pada hari ia mati dalam keadaan membodohi rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga atasnya" (Bukhari dan Muslim).

Ketiga, yang merupakan kepemimpinan yang mengakibatkan penyesalan bagi seseorang yang menjabat sebagai pemimpin adalah bila ia berdusta atau berbohong dalam masa kepemimpinannya. 

Dalam rangka membodohi rakyat dan menyimpan agenda-agenda busuk, tidak sedikit pemimpin yang melakukan penipuan atau berlaku dusta, bahkan tidak segan-segan melakukan kezaliman terhadap orang yang tidak sependapat dengannya atau sekedar mengkritisi. 

Terhadap pemimpin yang demikian kita tidak dibolehkan untuk membantu kezaliman yang dilakukannya dan membenarkan kedustaan dan kebohongan yang disampaikannya, bila kita tidak bersikap demikian terhadap sang pemimpin, maka ancamannya tidak mendapatkan pengakuan sebagai ummat nabi Muhammad saw. 

Bila orang yang membantu pemimpin yang zalim dan membenarkan kebohongannya saja sudah tidak diakui sebagai umat nabi Muhammad saw, apalagi pemimpin yang demikian, Rasulullah saw bersabda :
"Kelak akan muncul pemimpin-pemimpin yang berselimutkan api neraka, mereka berdusta dan berbuat zalim. Barangsiapa membantu mereka tentang kezalimannya dan membenarkan kedustaan mereka, maka dia bukan termasuk golonganku dan akupun bukan golongannya, dan dia tidak akan minum dari telaganya "(HR. Ahmad dari Said Al Khudri)

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Karena kepemimpinan merupakan amanah dan konsekuensi dunia akhirat yang akan dihadapkan kepada sang pemimpin, maka paling tidak ada dua sikap kita terhadap jabatan kepemimpinan yang harus kita tunjukkan. 

Pertama, tidak ambisius untuk mendapatkan jabatan kepemimpinan, Karena itu seorang muslim jangan sampai meminta jabatan kepemimpinan, apalagi bila berbagai upaya termasuk upaya yang tidak baik dilakukan untuk mendapatkan jabatan itu seperti menyogok, menjelek-jelekan orang lain dan sebagainya. 
Meminta jabatan seperti itu akan membuat beban kepemimpinan dengan sebaik-baiknya, rasulullah saw bersabda :"Janganlah kamu meminta jabatan dalam pemerintahan. Karena jika kamu diberi jabatan Karena permintaanmu , maka bebanmu sungguh berat. Tetapi jika kamu diberi jabatan tanpa kamu minta, maka kamu akan dibantu oleh orang banyak" (HR. Muslim dari Abdurrahman bin samurah ra)

Kedua, memperoleh jabatan dengan cara yang baik dan benar sehingga tidak menghalalkan segala cara untuk memperolehnya dan sesudah memperoleh jabatan, digunakan jabatan dengan baik dan benar untuk menegakkan kebaikan dan kebenaran, begitulah yang telah ditunjukkan oleh para khalifah yang cemerlang seperti Abu Bakar Ash Shiddik, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Azis dan sebagainya. 

Penggunaan jabatan untuk kebaikan dan kebenaran membuat seorang pejabat selalu dikenang dalam kebaikan dan dijadikan sebagai rujukan untuk menjadi peminpin yang baik. 

Namun bila tidak, maka jabatan membuat seseorang menjadi hina dihadapan manusia dan menjadi penyesalan yang amat dalam, bahkan kehinaan dan penyesalan itu sudah dirasakan sejak masih didunia ini, apalagi dalam kehidupan diakhirat nanti, Rasulullah saw bersabda :"Abu Dzar ra berkata: saya bertanya, ya rasulullah mengapa engkau tidak meberiku jabatan?maka rasulullah menepukan tangnnya pada pundakku, lalu beliau bersabda: Hai Abu Dzar, sungguh kamu ini lemah, sedangkan jabatan adalah amanah, dan jabatan itu akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang memperolehnya dengan benar dan melaksanakan kewajibannya dalam jabatannya "(HR. Muslim)

Dn, Rujukan : 40 Khutbah Jumat, oleh Ustadz Ahmad Yani
Eramuslim

Komentar

Postingan Populer