S Daniel Abraham Tentang Masa Depan Israel

SDA (S. Daniel Abraham) kelahiran Long Beach, New York, pada tahun 1924. Dia adalah taipan Yahudi, salah seorang terkaya di antara 400 miliarder Amerika Serikat dengan total kekayaan menurut majalah Forbessebesar US$1,7 miliar. Dia adalah pendiri Pusat Perdamaian Timur Tengah di Washington, D.C. SDA bersahabat dengan banyak pemimpin Arab dan pemimpin Israel. Salah satu bukunya Peace is Possible sangat menekankan perlunya terciptanya perdamaian antara Palestina dan Israel dengan dua syarat: kembalikan wilayah Arab yang dirampas dalam Perang 1967 dan pihak Arab harus menjamin keamanan Israel.

Sekalipun pandangannya bertolak belakang dengan Gilad Atzmon misalnya yang ingin mengusir Zionisme ke planet lain, jika dunia mau aman dan damai, kritiknya cukup keras kepada pemimpin Israel yang berdegil karena anti perdamaian. Dalam usianya 90 tahun SDA tetap saja bersuara lantang agar Israel dan Arab berdamai. Tulisnya: “Israel lebih memerlukan lahirnya negara Palestina tinimbang rakyat Palestina.” Jika Israel tetap saja kepala batu, kelahiran negara Palestina hanyalah masalah waktu. “Jumlah mereka akan terus bertambah, dan persis itulah sebabnya mengapa negara Yahudi tidak akan langgeng tanpa sebutir pelor pun yang harus ditembakkan,” tulis SDA.

Awal Januari 2013, SDA meramalkan bahwa “Tanpa persetujuan damai, hari depan sudah jelas: Rakyat Palestina akan melampaui jumlah orang Yahudi sehingga Israel akan dipaksa memberi hak suara kepada mereka; UU pertama untuk diloloskan dalam sebuah parlemen dengan mayoritas Palestina adalah mengubah nama negeri itu dari Israel menjadi Palestina, dan UU kedua adalah sebuah ‘Law of Return’ rakyat Palestina.” UU kedua ini akan membuka pintu selebar-lebarnya bagi diaspora Palestina untuk pulang kampung. SDA sedang membayangkan Israel sebagai negara akan ditelan sejarah, karena faktor demografis.

Dalam pandangan SDA, pembengkakan demografis Palestina tidak dapat dibendung. Oleh sebab itu solusi ‘dua negara’ adalah jalan terbaik bagi Israel. “Jika Israel tidak mencapai sebuah penyelesaian dua negara dengan rakyat Palestina --lebih baik cepat tinimbang lambat--negara Yahudi seperti yang kita kenal eksistensinya akan menghilang.” Sebagai seorang Yahudi, SDA tidak ingin menyaksikan hilangnya Israel dari peta dunia. Sayang SDA belum mampu melihat secara tajam akan watak Zionisme yang tidak bisa berdamai dengan kemanusiaan, sebagaimana penegasan Gilad Atzmon, mantan anggota angkatan udara Israel itu. Tetapi peringatan keras SDA terhadap pemimpin Israel semestinya diperhatikan. Jika tidak demikian, negara Zionis ini akan semakin terkucil, sebagaimana negara-negara Eropa telah memberi isyarat untuk itu.

Dalam siaran persnya bulan April 2013 yang memuji sikap Liga Arab yang mau berdamai dengan Israel atas dasar garis batas pra Perang 1967, SDA menulis: “Selama lebih dari dua dasa warsa menjalankan diplomasi pribadi di kawasan itu, saya telah mendengar dari banyak pemimpin Arab dalam pertemuan-pertemuan privat bahwa mereka akan mendukung sebuah perjanjian damai akhir yang sekaligus mencakup pertukaran tanah yang telah disetujui….Ini jelas sebuah langkah positif di mana para pemimpin ini menyatakan posisi ini untuk publik.”

Dalam artikel tertanggal 19 Jan. 2014 di harian Israel, Haaretz, bertalian dengan missi perdamaian menlu Amerika John Kerry yang penuh rintangan dari pihak Israel, SDA menulis: Jika missi Kerry gagal, Israel akan keliru karena menganggap bahwa Amerika otomatis memveto setiap keputusan yang dibawa ke Dewan Keamanan PBB. Teristimewa jika keputusan-keputusan itu lebih kurang berkaitan dengan persepsi Washington tentang solusi konflik Israel-Palestina. Israel akan tahu bahwa kesabaran Amerika terhadap teman-teman yang mohon bantuannya sementara pada waktu yang sama mengabaikan kepentingannya lebih singkat tinimbang sebelumnya. Dan bukan rahasia lagi bahwa Amerika Serikat percaya bahwa berlanjutnya konflik Israel-Palestina berarti mencederai kepentingan keamanan nasional Amerika.

Hati Israel akan tetap membatu dan menutup telinga untuk mendengar saran dari sesama Yahudi? Inilah risikonya, menurut SDA: “Isolation will grow. Friends will become few.” (Akan semakin terkucil. Teman pun akan semakin sedikit). Maka tidak mustahil Zionisme memang harus pindah ke planet lain, ‘kan?


Komentar

Postingan Populer