Syekh Ahmad Deedat
Syekh Ahmad Deedat (lahir 1 juli 1018 meninggal 8 Agustus 2005 pada umur 87 tahun) berpulang ke Rahmatullah dalam usia 87 tahun. Semasa hidupunya, Ahmad Deedat terkenal sebagai seorang juru dakwah dan kristolog dunia yang disegani kalangan Kristen.
Seperti dikutip situs Arabnews.com, menantu pria Deedat, Essam Ahmed Mudeer mengatakan, dunia telah kehilangan juru dakwah tersohor yang telah berjuang untuk Islam selama lebih 60 tahun.
Seperti diketahui, pria bernama lengkap Ahmed Hoosen Deedat ini tak pernah mengenyam pendidikan formal. Meski demikian, kiprahnya dalam dakwah, khususnya dalam bidang Kristologi sangat disegani di seluruh dunia. Deedat telah menerbitkan sekitar 22 buku penting dan telah dicetak hingga 20 juta kopi.
Karya-karya Deedat seperti, The Choice-Between Islam and Christianity, Is the Bible God's Word?, Al Qur'an the Miracle of Miracles, What the Bible says about Muhammad?, dan Crucifixion or Cruci-Fiction? begitu dikenal dan diakui di seluruh dunia.Karena itulah Deedat pernah memperoleh penghargaan dari King Faishal Award --semacam hadiah Nobel dari Pemerintah Saudi Arabia-- pada tahun 1986 atas karya-karyanya itu. Dia menetap di Afrika Selatan membantu masyarakat Muslim di sana, termasuk sejumlah misionaris yang ingin memeluk Islam. Tokoh kharismatik ini terlahir di distrik Surat, India, tahun 1918.
Ayahnya yang berprofesi sebagai penjahit, kemudian beremigrasi ke Afrika Selatan tak lama setelah kelahirannya. Tahun 1927, Deedat berangkat ke Afsel menyusul ayahnya. Di sana dia pun memulai perjuangan hidupnya. Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, Deedat harus bekerja demi biaya sekolah saat usianya baru 16 tahun.
Tahun 1936, dia bekerja di sebuah toko dekat sebuah sekolah Kristen di Natal South Coast. Karena jaraknya yang tak terlalu jauh, dia kerap mendengar ungkapan-ungkapan yang bernada merendahkan Islam. Hal inilah pada akhirnya mendorong Deedat untuk bertekad mempertahankan agamanya dari propaganda-propaganda yang menyesatkan.
Secara kebetulan, Syekh Deedat lantas menemukan sebuah buku berjudul Izharul Haq: Kebenaran yang Terungkap. Buku tersebut memaparkan tentang keberhasilan umat Muslim di India menangkal misionaris di bawah kekuasaan Inggris.
Salah satu metode yang ditekankan pada buku tadi adalah mempertahankan pendapat dalam debat, dan itu sangat berkesan pada diri Deedat. Tak lama, Deedat pun membeli sebuah Injil, mempelajarinya dan mulai berdiskusi panjang lebar dengan seorang misionaris yang dikenalnya. Setelah itu, dia mengundang misionaris lain dan pendeta untuk bergabung dalam sesi debat itu.
Kesuksesannya pada kegiatan diskusi dan debat kemudian membawa Deedat masuk pada bidang dakwah. Sejarah mencatat, dia telah banyak menyelamatkan akidah saudara-saudara Muslim, khususnya di benua Afrika yang telah banyak mengalami serangan Kristenisasi dari para misioaris.
Kefasihannya mempertahankan keyakinan Islam dan bukti-bukti keraguan agama Kristen telah diakui kalangan Kristen seluruh dunia. "Beliau adalah tokoh besar dan perjuangan dia untuk mendakwahkan Islam akan terus dikenang selamanya, " ujar Abu Ammar, mantan mahasiswa di Boston yang pernah mengikuti studi tentang kekristenan tahun 1993 pada Deedat.
Deedat mengalami penurunan kesehatan setelah stroke menyerangnya sejak tahun 1996 usai memberikan seminar di Australia. Sejak itu dia tergolek lemah dan mengalami kelumpuhan. Kesehatannya yang buruk ini membuat ia sempat berkali-kali diisukan telah meninggal dunia.
Deedat masih berstatus sebagai pemimpin Propagation Centre International (IPCI), sebuah lembaga yang masih dipegangnya hingga meninggal. Baginya, berdebat sebagai satu-satunya jalan membuktikan kebenaran Islam. Melalui perdebatannya dengan kalangan pendeta itulah, hingga hari ini, sudah ribuan orang menjadi Muslim.
Pengetahuan dan wawasannya yang sangat luas tentang Injil dan gayanya yang menarik dalam menjelaskan pemikirannya, membuat Deedat begitu disegani tak hanya oleh umat Muslim tetapi juga kalangan Kristen.
Bahkan, mereka kerap berkomunikasi dengan Deedat untuk lebih mengeksplorasi pemikiran-pemikirannya terutama mengenai Injil dan misi yang dibawa oleh Nabi Isa AS. Deedat telah tiada, namun ia telah meninggalkan warisan ilmu kepada murid-murid atas dakwahnya yang kini telah menyebar di seluruh dunia.
Semoga amal-amalnya diterima di sisi Allah SWT.
(Republika/arabnews/eramuslim )
Seperti dikutip situs Arabnews.com, menantu pria Deedat, Essam Ahmed Mudeer mengatakan, dunia telah kehilangan juru dakwah tersohor yang telah berjuang untuk Islam selama lebih 60 tahun.
Seperti diketahui, pria bernama lengkap Ahmed Hoosen Deedat ini tak pernah mengenyam pendidikan formal. Meski demikian, kiprahnya dalam dakwah, khususnya dalam bidang Kristologi sangat disegani di seluruh dunia. Deedat telah menerbitkan sekitar 22 buku penting dan telah dicetak hingga 20 juta kopi.
Karya-karya Deedat seperti, The Choice-Between Islam and Christianity, Is the Bible God's Word?, Al Qur'an the Miracle of Miracles, What the Bible says about Muhammad?, dan Crucifixion or Cruci-Fiction? begitu dikenal dan diakui di seluruh dunia.Karena itulah Deedat pernah memperoleh penghargaan dari King Faishal Award --semacam hadiah Nobel dari Pemerintah Saudi Arabia-- pada tahun 1986 atas karya-karyanya itu. Dia menetap di Afrika Selatan membantu masyarakat Muslim di sana, termasuk sejumlah misionaris yang ingin memeluk Islam. Tokoh kharismatik ini terlahir di distrik Surat, India, tahun 1918.
Ayahnya yang berprofesi sebagai penjahit, kemudian beremigrasi ke Afrika Selatan tak lama setelah kelahirannya. Tahun 1927, Deedat berangkat ke Afsel menyusul ayahnya. Di sana dia pun memulai perjuangan hidupnya. Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, Deedat harus bekerja demi biaya sekolah saat usianya baru 16 tahun.
Tahun 1936, dia bekerja di sebuah toko dekat sebuah sekolah Kristen di Natal South Coast. Karena jaraknya yang tak terlalu jauh, dia kerap mendengar ungkapan-ungkapan yang bernada merendahkan Islam. Hal inilah pada akhirnya mendorong Deedat untuk bertekad mempertahankan agamanya dari propaganda-propaganda yang menyesatkan.
Secara kebetulan, Syekh Deedat lantas menemukan sebuah buku berjudul Izharul Haq: Kebenaran yang Terungkap. Buku tersebut memaparkan tentang keberhasilan umat Muslim di India menangkal misionaris di bawah kekuasaan Inggris.
Salah satu metode yang ditekankan pada buku tadi adalah mempertahankan pendapat dalam debat, dan itu sangat berkesan pada diri Deedat. Tak lama, Deedat pun membeli sebuah Injil, mempelajarinya dan mulai berdiskusi panjang lebar dengan seorang misionaris yang dikenalnya. Setelah itu, dia mengundang misionaris lain dan pendeta untuk bergabung dalam sesi debat itu.
Kesuksesannya pada kegiatan diskusi dan debat kemudian membawa Deedat masuk pada bidang dakwah. Sejarah mencatat, dia telah banyak menyelamatkan akidah saudara-saudara Muslim, khususnya di benua Afrika yang telah banyak mengalami serangan Kristenisasi dari para misioaris.
Kefasihannya mempertahankan keyakinan Islam dan bukti-bukti keraguan agama Kristen telah diakui kalangan Kristen seluruh dunia. "Beliau adalah tokoh besar dan perjuangan dia untuk mendakwahkan Islam akan terus dikenang selamanya, " ujar Abu Ammar, mantan mahasiswa di Boston yang pernah mengikuti studi tentang kekristenan tahun 1993 pada Deedat.
Deedat mengalami penurunan kesehatan setelah stroke menyerangnya sejak tahun 1996 usai memberikan seminar di Australia. Sejak itu dia tergolek lemah dan mengalami kelumpuhan. Kesehatannya yang buruk ini membuat ia sempat berkali-kali diisukan telah meninggal dunia.
Deedat masih berstatus sebagai pemimpin Propagation Centre International (IPCI), sebuah lembaga yang masih dipegangnya hingga meninggal. Baginya, berdebat sebagai satu-satunya jalan membuktikan kebenaran Islam. Melalui perdebatannya dengan kalangan pendeta itulah, hingga hari ini, sudah ribuan orang menjadi Muslim.
Pengetahuan dan wawasannya yang sangat luas tentang Injil dan gayanya yang menarik dalam menjelaskan pemikirannya, membuat Deedat begitu disegani tak hanya oleh umat Muslim tetapi juga kalangan Kristen.
Bahkan, mereka kerap berkomunikasi dengan Deedat untuk lebih mengeksplorasi pemikiran-pemikirannya terutama mengenai Injil dan misi yang dibawa oleh Nabi Isa AS. Deedat telah tiada, namun ia telah meninggalkan warisan ilmu kepada murid-murid atas dakwahnya yang kini telah menyebar di seluruh dunia.
Semoga amal-amalnya diterima di sisi Allah SWT.
(Republika/arabnews/eramuslim )
Komentar
Posting Komentar