MAKHLUK itu bernama WAKTU
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan (MAKHLUK yang bernama) manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. 95:4).
Sahabat Semesta yang Bijak, hari ini tidak sedikit orang yang menempatkan ciptaan Allah yang bernama “waktu” dalam posisi yang kurang tepat. Ya tentu saja waktu adalah ciptaan Allah atau Makhluk yang telah didesain oleh Allah Sang Kholik. Dan posisi manusia sebagai ciptaan terbaik-Nya tak layak untuk tunduk kepada waktu. Manusia hanya layak tunduk dan bersujud kepada Allah saja.
Nah, karena sikap manusia yang kurang pas terhadap sang waktu inilah maka alih-alih hidupnya bisa mengatur waktu tapi justru hidupnya sibuk diatur oleh sang waktu. Bahkan bukan sekedar diatur, tapi banyak pula yang karena lelahnya akhirnya ia merelakan hidupnya untuk bersandar penuh kepada sang waktu, dan lalu secara bawah sadar ia pun telah menuhankan sang waktu yang ada. Padahal Allah sudah tegaskan dalam Quran Al’ashr, “Demi WAKTU. Sesungguhnya manusia dalam keadaan yang merRUGI. Kecuali manusia yang berIMAN dan berAMAL SHOLEH dan SALING MENASEHATI dalam KEBENARAN sera KESABARAN.”
Ternyata manusia yang terlena dengan WAKTU atau yang hidup mengandalkan keberadaan WAKTU adalah manusia yang merugi. Sebab sejatinya WAKTU adalah makhluk sebagaimana manusia adalah makhluk. Dan sekali lagi perlu diingat bahwa derajat manusia sebagai makhluk lebih tinggi dibandingkan derajat sang waktu. Sehingga, WAKTU itu dihadirkan untuk melayani manusia agar manusia bisa berIMAN, berAMAL SHOLEH dan berTAUSHIYAH dalam hal menegakkan KEBENARAN dan KESABARAN.
Namun demikian, apakah yang terjadi hari ini? Banyak orang yang lupa memosisikan waktu sebagai makhluk, justru sebagian manusia telah memosisikan waktu sebagai TUHAN. Perhatikanlah beberapa kalimat berikut yang secara tidak langsung si pengucapnya sedang menuhankan waktu atau sedang meminta tolong kepada sang waktu.
- Biarkanlah WAKTU yang menyelesaikannya semua ini... (Seharusnya ALLAH lah yang akan menyelesaikan semua masalah...)
- Seandainya waktu bisa diulang, pasti saya akan lakukan yang terbaik dalam hidup ini (walaupun waktu bisa diulang, selama ia masih terikat dan tergantung kepada sang waktu maka sikapnya tetaplah sama, sehingga sulit untuk memercayai pernyataan orang yang mengatakan statement seperti itu).
- Seiring waktu berlalu, maka saya akan lupakan dan maafkan masalah ini. (Kenapa menunggu seiringnya waktu? Maafkanlah sekarang juga, bukankah Allah tidak suka kepada orang yang hobi menunda-nunda amal kebaikan?)
- Besok saya pasti akan main ke rumahmu. (Katakanlah : insya Allah besok saya pasti akan main ke rumahmu).
- Lima tahun lagi saya pasti akan menjadi pimpinan di perusahaan ini (Bersabarlah dan bersadarlah, tidak perlu menunggu lima tahun lagi untuk melakukan yang terbaik untuk perusahaan Anda).
- Seminar tentang “Manajemen Waktu” (Seharusnya bukan waktu yang dimanajemeni, tapi diri kita lah yang perlu dimanajemeni, sehingga akan lebih baik jika ditulis “Seminar Manajemen diri dalam menyikapi sang waktu”)
- Wah sudah jam satu siang, waktunya untuk makan.... (Makanlah karena Allah sebab hadirnya tanda lapar dariNya, jangan sekedar makan hanya karena sudah jam satu siang).
- Saya tidak akan pernah melupakan kejadian waktu itu... (Lho, jangan ikatkan diri Anda dengan masa lalu yang tidak enak; ikatkanlah diri Anda hanya kepada ALLAH SWT, pasti hidup Anda akan enak).
- Saya belum ada uang, maklum tanggal tua... (Keadaan uang / rizki kita harusnya bergantung pada kehendak Allah, Rizki Allah itu tak terduga, maka janganlah kita menduga-duganya dengan proses gajian bulanan).
- Dan lain sebagainya
Sahabat Semesta yang bijak, orang-orang yang jiwanya merdeka maka ia tak kan terikat dengan waktu masa lalunya dan juga waktu masa di di depannya. Ia hanya terikat kepada Allah saja dengan washilah mengikatkan dirinya kepada IMAN, AMAL SHOLEH, dan SALING MENASEHATI. Bahkan ia pun tidak terikat dengan waktu SEKARANG-nya. Baginya waktu adalah fasilitas dari ALLAH agar ia bisa berIMAN, berAMAL, dan ber-TAUSHIYAH dengan lebih sempurna. Maka orang-orang yang beriman tidak akan menyia-nyiakan fasilitas ini hanya untuk sibuk mencari dunia.
Marilah kita posisikan sang waktu dengan lebih baik. Waktu tidak berjalan di depan Anda dan tidak juga berjalan di belakang Anda, tapi ia berjalan seiring seirama dengan Anda. Waktu adalah Sahabat bagi kehidupan Anda, ia bukan pemimpin dan ia bukan pula anak buah Anda. Anda tidak perlu mengatur waktu, sebab sebaik apapun Anda mengatur waktu maka waktu tetaplah seperti itu, digerakkan oleh ALLAH sepenuhnya. Anda hanya perlu bersinergi dengan keteraturan yang telah Allah buatkan untuk Anda. Karena waktu adalah seiring seirama, maka Anda lebih layak jika menjadikan sang waktu sebagai seorang sahabat yang setia menemani Anda. Sahabat yang mengingatkan keimanan dan amal sholeh Anda, sahabat yang mengingatkan saatnya Sholat bagi Anda, sahabat yang mengingatkan saatnya Shoum bagi Anda.
Sahabat Semesta yang bijak, fasilitas waktu yang diberikanNya kepada kita memang bisa dimanfaatkan untuk dua hal, pertama KEBAIKAN dan kedua KEBURUKAN. Maka orang-orang yang dikatakan merugi adalah orang-orang yang memanfaatkan waktu untuk berbuat KEBURUKAN. Dan orang yang lebih merugi lagi ialah orang yang menyangka telah memanfaatkan sang waktu untuk berbuat KEBAIKAN tapi sebenarnya ia sedang dipandang berbuat KEBURUKAN oleh ALLAH SWT.
Semoga Allah memperjalankan kita di atas Shiroothol MustaqimNya dalam iringan waktu yang diberkahiNya. Terimakasih ya Allah atas nikmat waktu ini. Terimakasih wahai sang waktu yang telah berkenan melayaniku untuk bisa beribadah kepada Allah di Waktu pagi, siang, petang, bahkan malam. Allah-lah yang telah menciptakanmu dan menciptakanku. Mari kita bersahabat karena Allah dan untuk menyembah Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar