Perang Irak-Iran

Apa itu Perang Irak-Iran?

Perang Irak-Iran (Iran-Iraq war) adalah perang yang berlangsung pada tahun 1980-1988 antara Irak melawan Iran. Awalnya Irak / Iraq melakukan penyerbuan ke wilayah Iran, namun kemudian Irak berhasil dipukul mundur & sesudahnya, Iran berbalik menyerbu wilayah Irak sebelum keduanya sepakat untuk berhenti berperang atas mediasi PBB. Baik Irak maupun Iran sama-sama mengklaim kemenangan dalam salah satu konflik modern paling berdarah di Timur Tengah ini.

Kapan perang Irak-Iran berlangsung?
22 September 1980 – 20 Agustus 1988

Siapa saja yang terlibat dalam perang Irak-Iran?
Irak versus Iran

Di mana perang Irak-Iran berlangsung
- Irak
- Iran
- Teluk Persia

Mengapa perang Irak-Iran bisa terjadi?

1. Sengketa Atas Shatt al-Arab & Khuzestan

Shatt al-Arab adalah sungai sepanjang 200 km yang terbentuk dari pertemuan Sungai Efrat & Tigris di kota Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir dari sungai yang mengarah ke Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan Irak & Iran. Sungai tersebut utamanya penting bagi Irak karena bisa digunakan sebagai jalur akses langsung oleh negara tersebut untuk menuju laut.

Karena letaknya yang berada di perbatasan & posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak & Iran. Sebelum perang antara keduanya meletus, sungai tersebut menjadi milik kedua negara sejak tahun 1975 di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai berdasarkan Persetujuan Aljier (Algier Accord).

Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak & wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Lebih lanjut, stasiun TV milik Irak bahkan memasukkan Khuzestan sebagai wilayah Irak & menyerukan warga Arab di sana untuk memberontak melawan Iran.

2. Munculnya Revolusi Islam di Iran

Tahun 1979, terjadi revolusi sosial politik di Iran di mana rezim kerajaan Pahlevi yang dianggap sebagai rezim boneka AS tumbang & digantikan oleh sistem republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai tokoh utamanya. Pasca revolusi tersebut, muncul kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab & Muslim Sunni bahwa revolusi tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran terbesar terutama datang dari Irak yang kebetulan memang bertetangga dengan Iran & memiliki populasi Syiah berjumlah besar wilayahnya.

Irak di bawah kendali Saddam Hussein & Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain ingin mencegah tersebarnya Revolusi Islam ke daerah sekitarnya, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran & menambah sumber minyak Irak.

3. Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat Irak

Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana Menteri Irak, Tariq Aziz. Irak kemudian menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut & mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut kalau ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa tersebut selanjutnya semakin memanaskan hubungan kedua negara hingga akhirnya pada bulan September 1980, Irak melancarkan serangannya ke Iran.

Berapa jumlah korban tewas akibat perang Irak-Iran?

- Irak : 300 ribu
- Iran : 500 ribu - 1 juta

Komentar

Postingan Populer