Wahai Umat Islam, Bangkitlah!

Air mata mengalir dari jiwa yang merintih. Nurani tercabik, terkoyak tersayat pedih, menyaksikan keadaan umat yang seakan kehilangan kesadaran perjuangan untuk meneruskan warisan suci ini—risalatul nabawiyyah yang mengibarkan panji–panji cinta rahmatan lil alamin. Umat bagaikan berada di negeri yang asing.

Semangat berjamaah, dimaksudkan untuk mengutamakan cinta kasih penuh persaudaraan di tengah-tengah perbedaan. Tanpa semangat itu, demokrasi akan menjadi anarki, dan mazhab menjadi tuhan. Orang-orang kuat akan menjadi serigala yang siap memangsa orang lemah dan dilemahkan.Naiklah ke puncak-puncak peradaban masa lalu. Ambil dan reguklah hikmahnya, niscaya akan kita dapati betapa jauhnya kita dari jalan nubuwwah (kenabian). Kita adalah umat raksasa yang berjalan dalam kegelapan kehilangan pemandunya.

Umat kehilangan tangan dan tak mampu lagi mengubah peradaban manusia. Bahkan kehilangan keberanian untuk menampakkan kemuliaan akhlak. Karena masing-masing diantara kita telah memadamkan pelita jiwa persaudaraan, membuang semen perekat yang akan merakit bangunan kemuliaan akhlak.

Saat ini, umat Islam bagaikan terlena dalam gemuruh ornamental atau hiasan duniawi yang diimpor dari pusat-pusat pergerakan non-Muslim. Sumber daya alam yang melimpah telah digadaikan. Karena kebodohan dan etos kerja yang lemah. Jiwa kita dirasuki khayalan-khayalan yang menjerumuskan pada kenikmatan yang sesaat.

Persis seperti yang diuntai sebuah peribahasa. “Naharuka ya maghrus sahwun wa ghoflatun wa lailuka naumun warroda laka lazim.” (Siang hari kamu lupa bekerja dan lalai, wahai orang yang tertipu. Sedangkan malam hari kamu lelap tertidur merenda mimpi merajut khayal—sungguh celaka tak terelakkan).

Perutmu kenyang, sedangkan tepat di sekitar rumah istanamu ada sepenggal hati yang merintih kelaparan. Bibirmu bergetar menghapalkan ayat dan nilai persaudaraan, padahal jiwamu penuh dengan egoisme dan permusuhan.

Kalau saja umat Islam terjaga dari tidurnya, niscaya mereka memahami makna akidah sebagai keberpihakan penuh (kaffah). Mulai dari niat, bersikap dan bersiasat haruslah berpihak pada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman, "Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai... "(QS. Ali Imran: 103).

Qum fa andzir, bangunlah dari mimpimu! Berhentilah berkeluh kesah mencaci maki kegelapan. Lebih baik engkau menyalakan pelita yang mungkin berguna bagi mereka yang mencari pengharapan. Tebarkan iman dengan cinta, ubahlah dunia dengan prestasi. Jadikan hidupmu penuh arti. Dan bila sudah punya arti, bolehlah bersiap untuk mati. Dan bila datang hari perjumpaan, basahkan bibirmu mengucap puji Ilahi Rabbi; Laa ilaha illallah!

Ustadz Toto Tasmara
Republika

Komentar

Postingan Populer