Apa Itu Depravasi Stigma; Terorisme Terselubung?

ORANG-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah petunjuk datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penlong bagimu. (Al Baqarah ayat 120).

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. (Shaad ayat 4)

Dan (orang-orang durhaka) berkata: “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina). Apakah kami dahulu menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena mata kami tidak melihat mereka?”
(Shaad ayat 62-63)

Allah subhaanahu wa ta’ala telah menjelaskan berbagai perangai dan sifat-sifat buruk musuh-musuh Islam dalam Al Qur’an. Mereka adalah orang-orang yang dikunci mati penglihatan, pendengaran, serta hati mereka oleh Allah sehingga seterang apapun kebenaran tampak di hadapan mereka, mereka tidak akan bergeming dari kesesatan mereka bahkan semakin sesat. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghalangi perkembangan Islam, dan salah satu caranya adalah dengan mempropagandakan stigma-stigma peyoratif terhadap para pejuang Islam.
Anda pasti sering mendengar istilah Islam teroris (Islamic terrorism), Islam radikal (Radical Islam), Islam garis keras (Hard-liner Moslem), ekstrimisme Islam, dan lain sebagainya. Propaganda itu begitu rapi dan massiv mereka sebarkan melalui berbagai corong-corong mainstream seperti mass media, buku-buku, kurikulum pendidikan, dsb. Hal itu akhirnya mengakibatkan terbentuknya opini negatif terhadap usaha-usaha pemurnian dan kebangkitan Islam. Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri kerap mendapat julukan-julukan seperti itu ketika berhadapan dengan orang-orang yang sudah “tercuci otaknya” oleh propaganda-propaganda kaum kafir dan munafik tadi.

Mulai dari Islam garis keras, wahhabi, hingga teroris sampai Taliban pernah dialamatkan ke saya. Mereka beranggapan negara Islam adalah negaranya teroris, negaranya pemberontak, negara yang terbelakang, tanpa menelaah terlebih dahulu apa itu negara Islam dan bagaimana implementasinya serta kegemilangan pencapaiannya dalam sejarah. Saya yakin kalau saja mereka mau belajar dengan niat yang bersih dan ikhlas pastilah mereka akan menyadari bahwa untuk masuk Islam secara kaaffah adalah dengan cara menerapkan Islam secara total dan legal yang mana hal tersebut hanya dapat diwujudkan dalam bingkai sebuah negara (daulah), dan dengan itulah Allah akan menurunkan rahmat dan barakahnya kepada seluruh alam.

Semoga Allah memberi hidayah dan taufiknya kepada kita semua. Bagi siapapun yang ingin ikut andil dalam memperjuangkan Islam di tengah zaman yang edan ini, dimana distorsi terhadap kebenaran begitu menghegemoni, persiapkanlah diri anda untuk menghadapi berbagai penentangan dan penstigmaan. Jangankan kita yang tidak memiliki reputasi, Rasulullah Muhammad saja yang pada awalnya dijuluki sebagai Al Amin oleh kaum Quraisy mendadak dijuluki sebagai “penyair gila” dan “tukang sihir” ketika beliau mengemban risalah Islam yang mulia ini. Itulah ujian dalam berIslam. Jadi bersabarlah, karena Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

Itulah kira-kira gambaran stigmatisasi yang saat ini begitu marak dialamatkan kepada aktivis pergerakan Islam. Mereka berusaha membuat makar terhadap agama ini, padahal makar mereka sama sekali tidak akan merubah skenario Allah dan justru mempermulus jalannya skenario tersebut. Mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya Allah lah sebaik-baik pembuat makar.

Kalau seandainya masyarakat kita kritis, seharusnya mereka sadar bahwa pemberian stigma-stigma seperti itu juga dapat digolongkan ke dalam tindakan terorisme. Saat ini masyarakat cenderung terbawa definisi terorisme yang bias dan penuh kontradiksi yang dijajakan corong-corong propaganda kaum kafir, terutamanya mass media. Mereka berusaha menggiring opini masyarakat dengan anggapan bahwa tindakan terorisme adalah tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ideologi negara dan biasanya dilakukan oleh orang-orang Islam, atas nama Islam, dengan tujuan mendirikan negara Islam.

Begitu distorted dan cenderung sepihak. Pemberian stigma peyoratif seperti itu, dapat digolongkan ke dalam tindakan teror karena dapat mengintimidasi pergerakan orang-orang yang ingin melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sesuai dengan keyakinannya. Bagaimana tidak? Kalau saja ada pembicaraan tentang jihad di masjid oleh sebuah jama’ah pastilah akan langsung dicap sebagai perkumpulan yang terkait dengan terorisme, padahal jihad adalah sebuah amalan yang sangat dicintai Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman. Begitu juga dengan wacana negara Islam yang dikriminalisasi.

Hal itu tentu akan menyebabkan terjadinya distorsi opini terhadap syariat Islam. Maka di sinilah perlunya ummat Islam memahami ilmu terminologi. Seandainya mereka fair terhadap istilah terorisme dan ekstrimisme, seharusnya deklarasi permusuhan antara Indonesia-Malaysia yang digaungkan sekelompok anak muda itu adalah juga ekstrimisme (national extremism) dan terorisme. Atau tawuran antar supporter sepak bola yang kerap terjadi dalam pertandingan sepak bola di Indonesia. Seharusnya itu juga disebut ekstrimisme, yaitu ekstrimisme golongan. Tapi begitu timpang stigma yang digunakan terhadap aktivis Islam dan aktivis yang tidak terkait dengan Islam. Hal inilah yang harus kita bongkar agar masyarakat tidak lagi terjebak pada distorsi kebenaran.

Jadi yang perlu ditekankan adalah, Terorisme verbal merupakan salah satu cara yang digunakan musuh-musuh Islam untuk menjauhkan ummat Islam dari agamanya. Mungkin saat ini terorisme verbal itu berhasil mengelabui pikiran sebagian ummat Muslim, tapi yakinlah terhadap hal ini: seberapapun terstruktur dan sistematisnya makar yang dilakukan musuh-musuh Islam dari golongan Kafir dan Munafik, tidak akan pernah mereka temui zaman dimana kebenaran itu hilang secara total dari ummat Muhammad.

Karena akan selalu ada sekelompok orang yang akan terus menyuarakan kebenaran dan mereka tidak bersedih atas celaan orang-orang yang suka mencela, sebagaimana dikabarkan Rasulullah, “Akan selalu ada sekelompok dari umatku yang berpegang teguh kepada kebenaran DAN MEREKA DIMENANGKAN. Orang yang menentang mereka tidak akan memudharatkan mereka hingga datang urusan (kemenangan) dari Allah” (HR Muslim).

Wahai pembaca yang dirahmati Allah, berusahalah untuk menjadi orang-orang yang berpegang teguh kepada kebenaran, karena sungguh Allah akan memenangkan agama ini cepat atau lambat, meskipun orang-orang Kafir tidak menyukainya. Sadar dan bangkitlah wahai pemuda, sungguh melalui tangan kalianlah umat ini akan mendapat pertolongan dari Allah sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya yang mulia.

Memang berat jalan ini sebagaimana digambarkan Asy Syahid Syaikh Abdullah ‘Azzam, “Wahai saudara-saudaraku. Jalan dakwah itu dikelilingi oleh “makaruh” (hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh, diusir dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam perhitungannya. Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah yagn terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini… “.
 Tapi jangan takut dan bersabarlah saudaraku, karena sesungguhnya pertolongan Allah adalah dekat sebagaimana firmanNya 

“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “(QS Al Baqarah 214).



Barakallaahu fie kum. KEEP REVOLT!
Oleh: Genta Suchinda Evanuar (goresan-pena-perlawanan.blogspot.com)

Komentar

Postingan Populer