Yahudi Siap Balkanisasi Indonesia



Dr. Ichsanuddin Noorsy (Pengamat Ekonomi)

Perselisihan antara Grup Bakrie yang dipimpin Aburizal Bakrie sebagai pemilik mayoritas saham perusahaan tambang batubara PT Bumi Resources melawan pengusaha Yahudi asal Inggris, Nathaniel Rothschild, sebagai pemilik mayoritas saham perusahaan Bumi Plc, menunjukkan sesungguhnya hubungan dagang antara Indonesia dengan kaum Yahudi sudah sedemikian mengkhawatirkannya. Bahkan hubungan dagang tersebut bisa dimanfaatkan kaum Yahudi terutama Zionis Israel untuk melakukan operasi intelijen di Indonesia sebagai negara dengan mayoritas umat Islam terbesar di dunia. Hubungah bisnis antara Aburizal Bakrie dengan Nathaniel retak setelah pengusaha Yahudi yang memiliki saham 29,18 persen di PT Bumi Resources yang sahamnya didominasi Bakrie Brothers, mencurigai PT Bumi Resources telah melakukan manipulasi aset dan keuangan sehingga merugikan dirinya. Sebagai balasannya, Grup Bakrie yang juga memiliki saham 23,80 persen di Bumi Plc yang didominasi Nathaniel, bertekad akan menarik seluruh sahamnya dari Bumi Plc Karena tidak terima, maka pengusaha Yahudi itu melaporkannya ke Pengadilan Inggris dan sekarang kasusnya sedang disidangkan disana.

Berikut ini wawancara Suara Islam dengan pengamat ekonomi, Dr Ichsanuddin Noorsy, seputar hubungan dagang antara Indonesia dengan kaum Yahudi khususnya Zionis Israel dan bagaimana dampaknya bagi masa depan negara kepulauan terbesar di dunia yang letaknya sangat strategis tersebut, apakah nantinya bisa membahayakan eksistensi NKRI. Sebab hubungan dagang hanya digunakan sebagai kedok kaum Zionis Israel untuk melakukan operasi intelijen dan Indonesia akan dipecah-belah (Balkanisasi) sehingga terjadilah disintegrasi bangsa.

Meski tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi, tetapi tampaknya hubungan dagang Indonesia-Israel berjalan lancar. Bagaimana komentar Anda ?


Dalam kebijakan ekonomi Indonesia yang mengikatkan diri dengan ekonomi global, yang dalam bahasa Mafia Berkeley adalah terintegrasinya perekonomian Indonesia dengan ekonomi internasional, maka transaksi ekonomi terselubung merupakan bagian utuh dari pelaksanaan prinsip ekonomi terbuka. Banyak operasi intelijen Israel turun ke Indonesia dalam kemasan perdagangan. Bahkan dengan keterbukaan informasi dan penerapan prinsip Good Corporate Governance, perdagangan Indonesia-Israel sukar dihindari. Beberapa pejabat politik dan pebisnis Indonesia bahkan terbiasa berdialog dengan Dubes Israel untuk Singapura di Singapura. Situasi seperti ini menunjukkan, politisi, birokrat dan pebisnis Indonesia memahami soal hubungan diplomatik tapi lain lagi dalam kebijakannya.

Mengapa Israel memandang penting hubungannya dengan Indonesia ?


Sejak dijajah hingga hari ini, Indonesia dilihat dalam tiga hal. Yakni sumberdaya alam melimpah yang pantas dieksploitasi, pasar yang menjanjikan dan upah buruh murah. Bagi Israel ada yang lebih penting lagi, berdagang dan berhubungan dengan Indonesia sama dengan memberi pesan kepada dunia bahwa negeri yang penduduknya mayoritas muslim berhasil ditaklukkannya, sebagaimana pernyataan Jimmy Carter setelah Pemilu 2004 saat demokrasi liberal menang di negeri yang penduduknya beragama Islam.

Berhubungan dagang dan politik dengan Indonesia melalui mental terjajah pada kebanyakan akademisi, politisi, birokrat, aparat serta LSM sangatlah menjanjikan keuntungan menggiurkan. Dalam praktek, bukan hanya keuntungan material yang didapat, Israel juga memperoleh manfaat bahwa sistem nilainya tegak dan dilaksanakan di Indonesia. Lihatlah bagaimana membahananya sistem nilai materialisme dan individualisme serta tidak konsistennya umat Islam atas ajaran Al Qur’an dan Al Hadist. Perhatikan pula, betapa renyahnya hasil politik adu domba dan pecah belah dalam lingkup sekularisme, individualisme, pluralisme, dan liberalisme. Yang menyedihkan, kegagalan sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem sosial serta sistem hukum dinikmati oleh masyarakat luas atas nama kebutuhan, kemudahan, dan kecepatan seperti dominannya penggunaan jalan raya dengan sistem dan kehendak pribadi.

PM Israel Yitzhak Rabin pernah berkunjung ke Indonesia dan bertemu Presiden Soeharto di rumahnya Jalan Cendana, Jakarta (15/10/1993). Apalah itu menjadi awal dimulainya hubungan Indonesia-Israel ?


Yahudi masuk ke Indonesia di penghujung abad 19 melalui eksplorasi dan bisnis minyak yang bekerja sama dengan Pemerintah Hindia Belanda. Di era Indonesia mempertahankan kemerdekaan, Yahudi menyelusup melalui berbagai kebijakan dan perjanjian internasional. Karena Yahudi memegang kunci bisnis di dunia, maka Indonesia juga harus ditaklukkannya melalui bisnis minyak, keuangan, militer dan media massa. Empat hal ini digunakan secara sinergi, alternatif atau kumulatif, tergantung pada situasi, kondisi dan strategi yang hendak dicapai. Di era Orde Baru, Yahudi masuk melalui bisnis pertambangan emas dengan menentukan bahwa investasinya terjamin, Indonesia tunduk pada kehendak investor (dengan istilah iklim investasi yang kondusif), dan keuntungan bisa dibawa berapa saja dan kapan saja serta cukup dengan royalti sekadarnya 1,5 persen.

Sejak Indonesia menerima pinjaman luar negeri, sejak saat itulah cengkeraman Yahudi menguat. Maka saat Indonesia bersedia membangun kerjasama militer, keuangan, dan pendidikan, Indonesia sudah masuk dalam perangkap alam pikir Yahudi. Di era reformasi, hal itu dilakukan melalui Letter of Intent yang dipaksakan IMF. Untuk selanjutnya hingga hari ini, Yahudi tidak memiliki hubungan diplomatik, tapi secara substansi, nilai-nilai yang digagas Yahudi melembaga di Indonesia. Perhatikan berbagai UU yang menerapkan prinsip hak asasi manusia secara absolut dan mekanisme perdagangan bebas serta kebebasan berinventasi. Semua itu menunjukkan keberhasilan Yahudi.

Apakah hubungan militer Indonesia-Israel sudah terjalin lama ?

Sejak LB Moerdani menjadi petinggi militer Indonesia, hubungan kemiliteran Indionesia-Israel terjalin dengan baik. Tetapi saat Indonesia mengirim tentara terbaiknya untuk belajar di West Point, maka sejak itu hubungan militer Indonesia-Israel terjalin. Mereka bisa datang ke Indonesia atas nama ahli (experties) perminyakan, keuangan, konsultan, bahkan sebagai akademisi. Padahal di balik kehadiran itu, mereka mempunyai misi tersendiri, termasuk misi militer.

Mengapa KADIN begitu bersemangat untuk menjalin hubungan dagang dengan Israel ?


KADIN menyadari bahwa penentu WTO, OECD, Bank Dunia, IMF, BIS, APEC, Bilderberger, Trilateral Commission, Council for Foreign Relationship adalah Yahudi. Selain itu, kebanyakan petinggi KADIN sudah menerapkan prinsip bisnis Yahudi: serakah. Jadi persoalannya hanya pada persoalan kulit warna dan kebangsaan saja.

Pengusaha pribumi nasional Nirwan D Bakrie juga berhubungan bisnis dengan pengusaha Yahudi Inggris, Rothschild. Mengapa hubungan keduanya sekarang menjadi retak ?

Hubungan mereka retak karena Bumi Plc -- yang sahamnya didominasi oleh Nathaniel Rothschild dan mempunyai saham 29 persen di Bumi Resources yang sahamnya didominasi Bakrie Brothers— mencurigai Bumi Resources telah melakukan manipulasi aset dan keuangan. Padahal Laporan Keuangan Bumi Resources telah diaudit. Menurut Nath, panggilan akrab Yahudi yang dekat dengan lingkungan kerajaan Inggris ini, berdasarkan whistleblower, Bumi Res telah melakukan manipulasi sehingga merugikan. Di sisi lain Bumi Res memang mengalami kerugian operasi. Karena tudingan ini, Ari Hudaya yang duduk dijajaran eksekutif Bumi Plc mengundurkan diri. Ari tentu saja tersinggung dengan tudingan itu karena Ari Hudaya menjabat Presiden Direktur Bumi Resources. Semua sister company Bumi Res menolak tudingan Bumi Plc bahkan melakukan perlawanan. Otoritas Bursa kemudian menulis surat dengan mengajukan lima pertanyaan. Bagi saya, keretakan itu bersumber karena keserakahan masing-masing pihak.

Apakah ini berarti pertarungan antara pengusaha pribumi vs pengusaha Yahudi ?


Ini pertarungan kaum neoliberal, antara neoliberal nasional dan neoliberal internasional. Di balik pertarungan ini terdapat niat Nath menguasai Bumi Res. Jika Bumi Res dikuasai Bumi Plc., maka semua konsesi pertambangan batu bara dan saham-saham di pertambangan emas akan dikuasai Bumi Plc. Ini yang disebut hostile take over, yakni dengan berperang atas tuntutan penjualan saham pada harga tertentu dan pergantian direksi sehingga tujuan pengambil alih perusahaan tercapai. Model ini sama seperti AS menuding Irak (Saddam Hussein) mempunyai senjata pemusnah massal berdasarkan laporan intelijennya. Faktanya tudingan tidak terbukti tetapi Saddam dijatuhi hukuman mati dan sumberdaya minyak Irak beralih ke perusahaan minyak AS. Joseph E Stiglitz menyebutnya sebagai perang USD 3 Triliun namun yang menikmati perusahaan-perusahaan yang dekat dengan penguasa.

Bagaimana dampaknya terhadap Aburizal Bakrie (Ical) jika sampai kalah dalam sengketa melawan Rothschild di Pengadilan Inggris
?

Dampaknya semua konsesi yang dimiliki oleh sister company Bumi Res akan menjadi milik Nath. Bahkan bersamaan dengan tudingan manipulasi aset dan keuangan itu, reputasi dan kredibilitas Ical sudah digerogoti. Artinya, peluang Ical maju Capres pada Pemilu 2014 sudah diganggu oleh isu manipulasi itu. Ini yang disebut dengan The Shock Doctrine oleh Naomi Klein, atau Silent Take Over oleh Noreena Hertz, atau Hiden Agenda-nya Joseph E Stiglitz. Jika Bumi Res kalah melawan Bumi Plc., maka seluruh pertambangan Indonesia beralih ke tangan asing.

Ical sebagai pemilik perusahaan batubara Bumi Plc dan Bumi Resource, apakah kedua perusahaan itu bisa dikuasai Rothschild ?

Bumi Plc kini tetap dikuasai Nathaniel Rotschild. Jika paksaan Nath pada Bumi Res agar Bakrie Brothers menjual kepemilikan sahamnya di Bumi Res kepada Bumi Plc., maka Nath akan menguasai Kaltim Prima Coal (KPC), Arutmin, Berau, dan beberapa konsesi pertambangan batu bara lain. Padahal Bumi Res adalah salah satu pemegang konsesi batu baru terbesar di Indonesia. Dengan demikian dapat dipastikan Nath akan menjadi penguasa batu bara di Indonesia kalau Nirwan dan kawan-kawan kalah menghadapi modus operandi “senjata pemusnah massal Irak”.

Ditengarai Ical memiliki banyak hutang. Bagaimana jika gagal merestrukturisasi hutang-hutangnya, apakah bisa bangkrut ?

Nathaniel Rotschild memang pernah bertanya tentang penempatan dana Bumi Res di sejumlah pihak yang terafiliasi, yakni Recapital, Bukit Mutiara, dan Chateau, senilai kurang lebih US$ 867 juta. Nath menghendaki penempatan dana investasi itu dicairkan untuk mengurangi beban utang Bumi Res. Menurut media di Jakarta, utang rupiah 10 perusahaan grup Bakrie hingga kuartal I-2012 mencapai Rp 21,4 triliun dengan utang jatuh tempo pada tahun ini sebesar Rp 7,1 triliun. Sementara utang dalam dollar AS mencapai US$5,7 miliar dan jatuh tempo tahun ini sebesar US$ 275 juta. Menurut laporan keuangan kuartal I-2012, ada tiga perusahaan Bakrie dengan utang terbesar, yakni Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) dengan total utang Rp 8,6 triliun dan total jatuh tempo 2012 Rp 2,3 triliun. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tercatat berutang US$ 3,69 miliar dengan total jatuh tempo pada 2012 US$ 62 juta. PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) berutang US$ 295 juta dengan total jatuh tempo US$ 12 juta.

Pertanyaannya, bagaimana Bakrie bisa membuat utang seperti itu ? Tentu saja para kreditor melihat aset Bakrie, dalam hal ini konsesi batu bara dan saham pada perusahaan pertambangan emas Freeport dan Newmount Nusa Tenggara. Dalam bahasa yang lain, utang jangka panjang Bakrie bisa diselesaikan dengan penjualan aset. Lalu bagaimana dengan penyelesaian utang jangka pendek di tengah harga batu bara sedang merosot dan musim hujan segera tiba sehingga mengganggu produksi ? Direksi Bumi Res menjawab, “kami akan meningkatkan produksi dan memenuhi komitmen kontrak.”

Jika Ical sampai bangkrut, bagaimana dampaknya dengan pencalonannya sebagai Capres 2014 dari Partai Golkar ?


Entah dengan maksud menggerus reputasi dan kredibilitas Ical atau tidak, keputusan Bumi Plc., untuk melakukan investigasi atas manipulasi aset dan keuangan memberi dampak negatif terhadap Ical. Memang kelompok usaha Bakrie sendiri mempunyai kelemahan, antara lain: (1) gagal membangun kebanggaan korporasi pada jajaran staf dan karyawannya sebagai bukti korporasi gagal membangun corporate dignity, (2) korporasi bergerak dengan basis matematis akuntansi sehingga memberi pesan dan kesan sebagai mesin pencipta keuntungan dan akumulasi modal bagi pertumbuhan usaha kelompok Bakrie, (3) pertumbuhan usaha hingga mencapai skala ekonomi yang besar tidak diikuti dengan perbaikan sistem yang berkelanjutan, (4) Gaji yang marjinal di kalangan karyawan menengah bawah tidak sejalan dengan meroketnya aset perusahaan dan debt equity ratio, (5) Ical sendiri memberi kesan angkuh, terutama saat ia menjadi Menko Perekonomian yang menyatakan, “jangan membeli gas jika tidak mampu.” (6) akumulasi kelemahan-kelemahan itu berwujud menjadi kegagalan perusahaan membangun keyakinan bahwa kelompok usaha Bakrie adalah aset ekonomi nasional, (7) dalam posisi Ical sebagai Ketua Umum Partai Golkar, acapkali terkesan kurang mampu mendengar dan malah mempertegas konflik peranan dan sayangnya konflik peranan ini gagal diselesaikan oleh unit usaha Bakrie yang lain, walaupun sebenarnya hal itu mampu dilaksanakan.

Pengusaha Yahudi AS, George Soros berhasil mengguncang ekonomi Asia sehingga Indonesia terkena dampak badai krisis ekonomi (1998). Menurut prediksi anda, apakah itu akan diulanginya lagi tahun 2013 ?

Krisis di Indonesia, seperti analisis saya sejak SBY berkuasa, bermula karena penerapan kebijakan neoliberal yang makin mendalam. Sementara penelitian yang dilakukan di empat negara membuktikan, kebijakan neoliberal akan berdampak pada konflik sosial dan melahirkan ketimpangan sturktural yang mendalam. Dalam situasi seperti itu, situasi 2013 akan berbeda dengan kondisi 1997/1998. Menurut penilaian Bank Dunia dan IMF, Indonesia dipandang sukses menjalankan liberalisasi sektor keuangan dengan hasil memuaskan. Jika Indonesia kembali dipukul, maka hal itu tidak menguntungkan pemodal internasional disebabkan AS, Uni Eropa dan sejumlah negara industri belum pulih ekonominya, bahkan melambat.

Jika 2013 terjadi ketegangan sosial, hal itu disebabkan ketimpangan yang makin lebar dan mendalam, sebagaimana Joseph E Stiglitz melukiskan kedalaman dan lebarnya ketimpangan ekonomi di AS. Inilah yang saya sebut bahwa menerapkan dan konsisten dengan prinsip-prinsip neoliberal sama dengan menyulut sumbu keresahan sosial ekonomi dan politik. Persoalannya kapan keresahan itu akan meledak, tergantung pada kepekaan sosial ekonomi dan politik para petinggi negeri ini.

Bank Dunia menyadari hal ini sehingga memberi pinjaman kepada Indonesia untuk Program Keluarga Harapan dan berbagai program lain untuk mengurangi kemiskinan. Bayangkan hasilnya dengan merujuk anjuran dan desakan Bank Dunia sendiri. Yakni Indonesia akan makin dalam terperangkap ke jurang neoliberal, terpenjara pada kemiskinan martabat, dan selalu mengidap penyakit kekerasan simbolik (symbolic torture) seperti dibuktikan pada gagalnya sistem pendidikan nasional. Indonesia akan kembali “dipukul” oleh Yahudi dan kawan-kawannya jika petinggi Indonesia mulai menunjukkan harkat martabatnya. Dan merujuk pada sejumlah perjanjian internasional dan bilateral yang dibuat di era SBY, maka pada 2014 nanti yang akan menang kembali kelompok neoliberal.

Bagaimana bahayanya jika pengusaha Yahudi dengan dukungan politik dari Israel dan AS, sampai berhasil menguasai politik dan ekonomi Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia ?

Indonesia akan di-Semenanjung Balkan-kan (disintegrasi) atau diskenariokan seperti negara boneka. Merdeka secara politik, tapi terjajah secara ekonomi dan sosial. Inilah yang saya sebut sebagai beramanat tapi berhianat, berpangkat tapi tidak terhormat, menjabat tapi tidak bermartabat.

(Abdul Halim)

Komentar

Postingan Populer