"Kiat-kiat agar terhindar dari maksiat

Assalamu'alaikum wr.wb 

Mungkin kita tidak akan pernah menemukan satu pun di antara makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dinamakan ‘manusia’ termasuk kita luput dari melakukan maksiat. Tidak sedikit di antara mereka yg hidupnya penuh dg maksiat, bahkan ada yang melakukannya setiap saat bak sebuah nikmat (wal ‘iyadzu billah).

Kendati demikian,bukan berarti kita lantas bebas&semaunya berbuat maksiat,seharusnya kita takut terhadap siksa Allah Subhanahu Wa Ta’ala  yang pedihnya teramat sangat lagi maha dahsyat. Sudah sepatutnya kita sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang terus-menerus  diberikan nikmat untuk selalu berusaha ta’at dan berupaya semaksimal mungkin mencari kiat-kiat agar terhindar dari segala maksiat yang merupakan tipu muslihat para setan yg terlaknat.Di antara kiat2 agar kita terhindar dari maksiat adalah sbb: Kiat Pertama: Hendaklah seorang hamba mengetahui bahwa maksiat itu adalah perbuatan tercela, buruk dan hina.
Dan faktor/ kiat ini tentu membawa seorang yang berakal untuk meninggalkan kemaksiatan yang diharamkan Allah Azza Wa Jalla, meskipun tidak disertai dengan ancaman akan siksa Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kiat kedua: Memiliki rasa malu terhadap Allah Azza Wa Jalla.
Sesungguhnya seorang hamba ketika mengetahui bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa melihatnya&mengetahui kedudukanNYa atas dirinya, dan bahwasanya dirinya selalu diawasi dan (ucapannya selalu) didengar olehNya, maka tentu dia akan merasa malu kepadaNya untuk memperlihatkan atau melakukan perbuatan yang mengundang kemurkaanNya.

Kiat ketiga: Memelihara nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan semua kebaikan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadamu.
Sungguhnya tdk diragukan lagi bahwa dosa2 mrpkan sbab yg dpt mnghilangkan nikmat Allah SWT. Mka tdklah seorang hamba melakukan prbuatan dosa melainkan hilang nikmat Allah SWT darinya sebanyak atau sebesar dosa yang dikerjakan & jika dia bertaubat dan kembali kepada Allah SWT maka kembalilah nikmat tsb/yg semisalnya kepadanya&jika dia mengulangi kembali/terus2 melakukan dosa,maka nikmat pun tidak kembali kpdnya.

Maka dosa2 itu pun senantiasa mnghilangkan nikmat demi nkmat smpai smuanya lenyap&tak trsisa. Sebagaimana yg difirmankan Allah SWT artinya “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yg ada pada diri mereka sendiri.”(QS. ar-Ra’d: 11).

Dan nikmat yang paling agung adalah nikmat iman, sedang dosa berzina, mencuri, minum khamer,  dan mengambil hak/ harta orang lain dapat menghilangkan dan melenyapkannya. Sebagian salaf berkata,

“Aku pernah melakukan dosa, dan aku pun diharamkan (terhalang) untuk melakukan shalat sunnah di waktu malam.” Dan yang lainnya berkata, “Aku pernah melakukan dosa, maka aku pun diharamkan (sulit) untuk memahami al-Qur`an.”  ” perkataan yg senada dg ini“Jika engkau mndapatkan kenikmatan,mka peliharalah ia,krn sesungguhnya kemaksiatan mnghilangkan kenikmatan.”
Kesimplannya ssungguhnya kemaksiatan adlh api yg mmbakar knikmatan sprti api yg mmakan kayu.Na’udzu billah dri khilangan nikmat & ampunanNya

Kiat keempat: Takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan adzabNya. Sesungguhnya hal ini hanyalah bagi orang yang beriman terhadap janji dan ancaman Allah SWT&beriman denganNya, kitabNya, dan RasulNya.

Dan kiat/ faktor ini menjadi kuat dg ilmu&keyakinan dan menjadi lemah dengan lemahnya keduanya. Allah SWT berfirman, artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. al-Faathir: 28).
Dan sebagian salaf berkata,“Cukuplah dg ilmu, membuat (seseorang) takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan cukuplah  dengan kebodohan, membuat (seseorang) lalai mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”

Kiat kelima: Mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dan inilah adalah kiat/ faktor yang paling kuat untuk melatih sabar untuk tidak menentang dan mendurhakaiNya. Karena sesungguhnya orang yang mencintai pasti patuh dan taat kepada siapa yang dicintainya.

Kiat keenam: Menjaga kehormatan diri, kesuciannya, keutamaannya, semangatnya, dan wibawanya, dari melakukan kemaksiatan.

Kiat ketujuh: Mengetahui dengan benar akan dampak buruk kemaksiatan, dan bahaya yang ditimbulkan olehnya. Seperti: berupa wajah yang hitam, membuat hati menjadi gelap, sempit, gelisah, sedih dan sakit, menyesakkan dada merusaknya, dan lemahnya hati untuk melawan musuhnya. Karena sesungguhnya dosa mematikan hati. Dan seorang hamba, apabila berbuat dosa, maka diletakkan titik hitam di dalam hatinya, jika dia bertaubat darinya, maka bersinarlah hatinya&apabila berbuat dosa yang lain, diletakkan kembali titik/ noda hitam lainnya, dan terus menerus (titik hitam itu menodai hatinya, pen.) sampai hatinya menjadi sombong, maka itulah hati yang telah tertutup. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS. al-Muthaffifin: 14).

Kesimpulannya adalah bahwa dampak-dampak buruk maksiat lebih banyak dari apa yang diketahui oleh seorang  hamba, dan dampak-dampak baik ketaatan lebih banyak dari apa yang diketahui olehnya. Maka kebaikan dunia dan akhirat adalah dg bersungguh2 dlm mentaati Allah SWT, sedangkan keburukan dunia&akhirat adalah dg bersungguh-sungguh dlm bermaksiat kepadaNya.

Dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Siapakah org yg mentaatiku,lalu dia menjadi sngsara dg mentaatiku? Siapakah org yg mendurhakaiku, lalu dia menjadi bahagia dg mendurhakaiku?”

Kiat kedelapan: Pendek angan-angan dan mengetahui betapa cepatnya perpindahannya.
Dan sesungguhnya dia bagaikan seorang musafir yang masuk ke dalam suatu kampung sedangkan dia bertekad bulat untuk keluar darinya atau bagaikan seorang penunggang yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya, karena dia mengetahui bahwa singgahnya hanya sesaat sdgkan kpergiannya begitu cepat, sehingga mndorongnya utk mennggalkan sesuatu yg memberatkan bebannya,membahyakan dan tidak bermanfaat baginya. Serta dia pun berkeinginan untuk pindah ke tempat yang lebih baik baginya.

Maka tidak ada yg lebih bermanfaat bagi seorang hamba dari pendeknya angan2 dan tidak ada yang lebih mudharat baginya dari “At-Taswif” (menunda-nunda/ucapan, ‘saya akan begini …..saya akan begitu.…’) dan panjang angan-angan.

Kiat kesembilan: Menjauhi (sikap) berlebihan dalam makan, minum, berpakaian, tidur dan berinteraksi dengan manusia. Sesungguhnya kekuatan yang mendorong untuk berbuat maksiat adalah tumbuh dari hal-hal yang berlebihan tersebut. Sesungguhnya ia menuntut adanya perubahan, mempersempit yang halal dan membawanya kepada yang haram.

Dan sesuatu yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah di waktu dia menganggur dan waktu kosongnya. Sesungguhnya jiwa, janganlah berada dalam keadaan kosong, bahkan jika ia tidak disibukkan dengan sesuatu yang bermanfaat baginya, maka ia pasti akan disibukkan dengan sesuatu yang membahayakannya.

Kiat kesepuluh: Inti dari kiat-kiat ini semua adalah tertancapnya pohon iman di dalam hati.
Kesabaran seorang hamba untuk tidak melakukan maksiat sesungguhnya terletak pada besarnya kadar kekuatan imannya. Setiap kali imannya bertambah kuat, maka semakin sempurnalah kesabarannya.
Sedangkan jika imannya lemah, maka lemahlah kesabaran tersebut.

Dan Allah SWT menentukan siapa yang dikehendakiNya (untuk diberi) rahmatNya, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempunyai karunia yang besar.   Alhamdulillah, semoga bermanfaat dan semoga kita jauh dri perbuatan kemaksiatan, Amin ya rabbal alamin
 

Komentar

Postingan Populer