Inspirasi Ziarah: Perjanjian, Jodoh dan Pasukan Allah SWT

Saat menunaikan ibadah umrah dan haji, jamaah seringkali berziarah ke tempat-tempat bersejarah. Di kota Makkah ada sederet situs bersejarah, seperti Gua Tsur, Gua Hira, Jabal Rahmah, masjid Hudaibiyah dan sebagainya. Sementara di Madinah ada Jabal Uhud, Masjid Khandak, Pemakaman Baqi, Pabrik Alquran dan sebagainya. 

Perjalanan ini membawa banyak ibrah atau pelajaran yang sangat menginspirasi. Seperti salahsatunya ketika peristiwa Gua tsur, kita seringkali berpikir untuk mengalahkan gajah harus dengan binatang yang lebih besar lagi. Padahal lihatlah ketika Allah Swt mengajarkan kita bahwa kehendak-Nya seringkali tidak terjangkau oleh akal kita. 

Allah tidak menurunkan pasukan malaikat, atau menghujani batu api kepada kafir Quraisy ketika mengejar Rasulullah saw dan sahabatnya Abu Bakar ra. Namun saat mereka tersudut bersembunyi dalam gua, Allah SWT menurunkan pasukannya berupa burung merpati dan laba-laba yang kemudian membuat sarang di depan mulut gua. Dan itulah yang mengecoh para kafir Quraisy yang bernafsu membunuh Rasul saw. 

Karena itu pula di Arab Saudi, burung merpati samasekali tidak diganggu, bahkan diberi makan di jalan-jalan, di halaman Masjidil Haram. Itulah salahsatu bentuk ungkapan terima kasih. 

Kembali ke peristiwa tersebut. Ya, seringkali keimanan kita terganggu oleh akal pikiran kita yang dangkal. Seringkali untuk menghadapi berbagai persoalan, kita meminta Allah mengijabah doa kita seperti yang kita inginkan. 

Kita secara tidak sadar terjebak kesombongan seakan kita yang paling tahu padahal Allah0lah yang lebih mengetahui. Perlulah kita berupaya bersungguh-sungguh, namun proses setelahnya adalah berserah diri pada Alloh SWT. Sebagaimana yang diajarkan Alloh dlm surah Alam Nasyroh. 

Peristiwa gua tsur tsb diabadikan dalam Quran surah At-Taubah [9] ayat 40, Allah berfirman:

”Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Alquran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Belum lagi ibrah dari peristiwa perjanjian Hudaibiyah yang mengharukan. Secara akal tidak terjangkau oleh kaum muslimin bahkan sahabat Umar bin khattab ra, ketika seakan-akan kaum muslimin direndahkan karena Rasul saw menyetujui tuntutan-tuntutan kafir Quraisy di dalam perjanjian tersebut yang sangat merugikan kaum muslimin. 

Sebagian dari mereka dilanda kebingungan, termasuk Umar bin Khattab. Lalu, buru-buru Umar bin Khattab mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Bukankah Anda Rasulullah?” 

Setelah diiyakan oleh Rasul, kemudian Umar mendatangi sahabat terdekat Rasul, Abu Bakar ash-siddiq, kemudian ia bertanya, “Bukankah Muhammad itu Rasulullah?”
Tanpa banyak basa-basi Abu Bakar mengangguk.

“Bukankah kita pihak yang berada dalam kebenaran dan musuh berada di pihak yang salah?”

Abu Bakar kembali mengangguk.

“Lantas mengapa kita begitu lemah mempertahankan kehormatan ajaran Allah?”

Abu Bakar memahami apa yang Umar resahkan dan menjawab, “Beliau adalah Rasulullah dan beliau tidak akan menentang-Nya. Allah akan memberikan kemenangan.” 

Subhanallah, itulah salahsatu bagian kesedihan ketika Allah SWT menguji kaum muslimin untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, walaupun di luar jangkauan akal mereka. Namun kembali "Hasbunalloh wa ni'mal wakil", cukuplah Allah sebagai penolongmu. Dan di luar akal pikiran Allah membalikkan keadaan, dan memang keuntunganlah yang didapat oleh kaum muslimin dari perjanjian itu.

Lain hal dgn tempat seperti Jabal Rahmah di Arafah. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan Nabi Adam as dan Siti Hawa setelah lama dipisahkan ketika diturunkan ke dunia. Karenanya banyak orang naik ke atas tugu dan memohon jodoh serta doa kelanggengan, keharmonisan dan sebagainya. Yang memprihatinkan tidak sedikit jamaah yang menaruh foto-foto di dekat puncak tugu dan menulis nama di batu-batu. Tentu saja hal itu mesti merusak keindahan dan membuat kotor. 

Menurut saya, cukup saja berdoa memohon kepada Allah SWT. Tidak perlu menuliskan nama atau menaruh foto-foto, karena seakan meragukan Allah dan seakan tidak yakin bahwa Allah Maha mengetahui. Tenang saja, yakinlah mesti tidak akan tertukar doa, jodoh dan rizekinya dengan teman sebelah.

Kisah-kisah di atas sangat menginspirasi bahkan juga memotivasi. Karenanya , saya imbau jika berziarah ke sana untuk tidak menulis di bebatuan, menaruh foto, atau mengambil tanah dan di batu tempat-tempat tersebut. Hati-hati syirik. Dan bagi yang belum berkesempatan ziarah tidak lupa saya imbau untuk segera membeli buku dan membaca tentang Nabawiyah. Agar supaya ketika ziarah sdh sedikit banyak mengetahui. 

Akhirul kalam, ayo bagi yang sudah ziarah ambil ibrahnya dan segera implementasikan dalam keseharian, dan bagi yang belum terus niat kan yang kuat. Upayakan sungguh-sungguh, tidak perlu ragu ayo mulai saja mempersiapkan diri. Ayo saya juga turut mendoakan karena Allah-lah yang memampukan kita dalam segala hal termasuk untuk umrah dan berhaji. Aamiin InsyaAlloh.

"Tidak ada yang lebih baik dari yang menulis atau pun yang membaca, karena yang lebih baik disisi Alloh adalah yang mengamalkannya"

@erickyusuf
Pendiri yayasan dakwah iHAQi
Penulis buku "99celoteh kang erickyusuf"‎

Komentar

Postingan Populer