Stress Dimulai Di Facebook?

STRESS merupakan respon individu terhadap tuntutan yang dihadapinya. Tuntutan itu dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis, dan tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial.

Hans Selye menambahkan bahwa tidak ada aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stres, tetapi semua itu tergantung dalam suatu akumulasi ancaman keseimbangan (homeostasis) individu. Selye mengambangkan konsep yang dikenal dengan sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome) yang menjelaskan jika seseorang kali pertama mengalami kondisi yang mengancamnya,maka mekanisme pertahanan diri pada tubuh diaktifkan.

Kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah hormon seperti adrenalin, kortisol, dan hormone-hormon lainnya yang berperan dalam proses perubahan produk mental yang terjadi dalam sistem syaraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur -angsur akan melemah sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi dengan kuat. Jika reaksi-reaksi tubuh kurang berfungsi dengan baik, hal ini merupakan awal dari munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit-penyakit tersebut akan termanifestasi dalam keluhan-keluhan seperti gangguan lambung, jantung, tekanan darah, dan keluhan-keluhan psikosomatis lainnya.

Dampak dari stres yang parah adalah individu akan mengalami disorganisasi dan kelelahan secara mental dan fisik. Lalu timbul pertanyaan; apa yang terjadi ketika kita stres?

Menurut seorang peneliti yang bernama Bakker (1987), stres yang dialami seseorang akan mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah sel penghancur musuh alias fighting disease cells. Akibatnya, orang itu cenderung sering dan akan mudah terserang penyakit dimana kondisi sakit yang dialami cenderung lama masa penyembuhannya.

Mengapa? Karena pada hakikatnya tubuh mengalami kekacauan sistem kekebalan tubuh yang ditandai dengan tidak aktifnya sel-sel limfosit (salah satu jenis sel darah putih) dan tidak terbentuknya antibodi spesifik terhadap anti gen mikroba patogen. Ada dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres dengan status kesehatan seseorang. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi, dan menurunkan sistem pengenalan imunnya yang cenderung mendorong terjadinya fenomena autoimun.

Selain itu ditemukan pula bukti bahwa penurunan respons antibodi tubuh pada saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat pada saat mood seseorang kembali positif. Peneliti lain, Dantzer dan Kelley (1989) dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa adanya korelasi antara stres dan status imunitas manusia.

Menurut Dantzer dan Kelley, pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan oleh jenis, lama, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa jika stres yang dialami seseorang sudah berjalan sangat lama, maka akan terjadi kondisi letih health promoting response. Lihatlah apa yang akan kita dapat apabila menjalani kehidupan dengan penuh penyesalan dan mengisinya dengan segudang keluh-kesah; setiap masalah yang datang tidak kita olah untuk menjadi bagian dari ibadah, melainkan justru kita dorong dengan sengaja untuk menjadi tekanan jiwa yang lama-lama tentu akan berbahaya, tentu bila kita menyadari bahwa pribadi yang pandai bersyukur. Lebih parah lagi, malah mengupdate-nya setiap detik di jejaring sosial seperti facebok. Menumpahkan tekanan di media sosial sam sekali tidak sehat secara psikologis. Ada banyak orang yang melihat betapa rapuhnya kita. Jadi bisa jadi stress kita malah berlanjut di facebook. 
 
Oleh: Yudhistira Adi Maulana, Penggagas rumah sehat Bekam Ruqyah Centre Purwakarta yang berasaskan pengobatan Thibbunnabawi.

Komentar

Postingan Populer