Menempuh Perjalanan Hidup Itu Mudah, Tinggal Meniru

BAGI penghuni rumah komplek yang di depannya ada akses jalan, bagi siapa saja yang memiliki rumah di pinggir jalan, keberadaan gundukan aspal di tengah jalan bukan masalah. Gundukan aspal di tengah jalan alias polisi tidur dianggap praktis mencegah kecepatan kendaraan yang lalu lalang. Sehingga anak-anak mereka relatif aman dari tabrakan.

Lain bagi para pengendara, baik pengendara motor maupun mobil. Polisi tidur dianggap penghalang laju kendaraan mereka. Mereka akan merasa kesal, kalau tiba-tiba tanpa disadari kendaraan mereka ‘tersandung’ polisi tidur, padahal mereka sedang terburu-buru.

Mereka yang rutin pergi ke kampus, tiap hari ke sekolah atau ke kantor, tentu hafal benar di bagian mana letaknya polisi tidur. Sehingga peristiwa ‘tersandung’ polisi tidur dapat dihindari semaksimal mungkin.

Akan tetapi jika teman-teman, baru sekali melewati jalan yang ‘nada-nadanya’ banyak polisi tidur, lantaran beberapa kali dihadang polisi tidur, mudah cara mengantisipasinya. Berilah kesempatan motor atau mobil orang lain untuk mendahului kendaraan teman-teman. Lalu ikuti dia, tempel kendaraan yang ada di depan kita. Perhatikan kendaraan itu, jika kendaraannya terangkat karena ada polisi tidur, maka kita dapat bersiap-siap. Trik seperti ini juga bisa diterapkan ketika kita ingin mendaki gunung Merapi. Menurut keterangan orang-orang yang tinggal di daerah gunung Merapi, ada dua jalur jalan untuk mencapai puncak Merapi. Salah satunya, jalur jalan yang dijaga oleh mbah Marijan. Sedangkan jalur jalan yang satunya lagi, katanya nanti akan bertemu pertigaan dan harus benar dalam memilih satu jalur diantara ketiga jalur.

Sesulit apa pun perjalanan menuju puncak Merapi, tetap relatif mudah, bila kita menempuh jalur yang pernah dilalui oleh pendaki terdahulu. Dengan kata lain, kita menempuh jalur yang telah ada.

Sebenarnya begitu pula kita menjalani hidup. Ingin menjadi guru teladan, ikuti guru-guru teladan terdahulu. Ingin menjadi pengusaha sukses ikutilah jalan yang pernah ditempuh para pengusaha sukses. Pelajarilah jatuh bangunnya pengusaha itu.

Ingin sukses dunia dan akhirat? Bahagia dunia akhirat? Ikutilah pengalaman dan perjalanan hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Pelajarilah hadits-hadits yang menceritakan perihal Rasulullah secara rinci.

Ingin menjadi ayah teladan seperti Rasulullah? Mau banget menjadi suami teladan ala Rasulullah? Segudang keteladanan Rasulullah terdapat dalam hadits-haditsnya. Siroh Rasulullah juga banyak membahas tentang perjalanan beliau SAW.

Rasulullah SAW sendiri pun banyak diingatkan oleh Allah dengan sejarah nabi-nabi terdahulu. Dalam salah satu riwayat, turunnya surat Yusuf itu tepat beberapa saat setelah istri Rasulullah SAW, Khadijah ra dan paman beliau SAW, Abu Thalib wafat. Rasulullah saw amat bersedih ketika kehilangan dua orang yang amat dikasihinya itu. Sampai-sampai tahun itu disebut tahun duka cita. Pada saat itulah Allah menurunkan surat Yusuf.

Mengapa? Karena setelah kepergian Khadijah dan Abu Thalib, tekanan, permusuhan dan cobaan dari orang-orang kafir semakin menggila. Yang lebih menyakitkan hati Rasulullah, orang-orang kafir yang memusuhi beliau adalah paman-paman beliau sendiri, Abu Lahab dan Abu Jahal.

Tapi Allah menghibur beliau SAW dengan diturunkannya surat Yusuf. Seolah-olah Allah berbicara dengan kekasih-Nya, “Wahai Muhammad, janganlah engkau bersedih hati. Bukan engkau saja yang dimusuhi oleh orang-orang terdekatmu. Coba tengok, saudaramu Yusuf. Bukankah dia juga dimusuhi saudara-saudaranya?”

“Wahai Muhammad! Janganlah engkau terlalu bersedih hati, karena berpisah dengan istri dan pamanmu. Engkau tidak sendiri, saudaramu Yusuf pun pernah mengalami apa yang engkau alami sekarang. Dia juga berpisah dengan ayah, ibu dan saudara-saudaranya dalam waktu yang cukup lama.”

Begitulah, Rasulullah pun dicoba menengok ke perjalanan para nabi-nabi terdahulu.

Segala sesuatu yang mencontoh pada orang lain merupakan sesuatu yang mudah. Segala hal untuk meniru orang lain merupakan hal yang mudah sekali. Tinggal melihat dan memahaminya. Saking mudahnya, anak kecil pun dapat meniru. Bahkan anak kecil itu terkenal dengan sosok makhluk yang gemar sekali meniru. Akan tetapi, anak-anak kecil hanya meniru tanpa pemahaman.

Menjalani kehidupan sebenarnya relatif mudah, semudah mengikuti kendaraan yang ada di depan kita agar tidak ‘tersandung’ polisi tidur. Menjalani kehidupan pada hakikatnya relatif mudah, semudah mengikuti jejak pendaki terdahulu ketika menuju puncak Merapi.

Komentar

Postingan Populer