Kematian Hati


Bismillahirrahmaanirrahiim, 
Kasus korupsi Alquran beberapa waktu yang lalu membuat semua miris hati.

Belum lagi korupsi bantuan sosial, adalagi kasus pencurian pakaian dalam yang divonis lima tahun penjara, yang lebih lama dari kasus korupsi miliaran yang divonis hanya 4,5 tahun penjara.

Kemarin saya liat di media online ada hakim yang minta penari telanjang, guru yang mencabuli anak didiknya, anak yang membunuh bapaknya, penjualan organ tubuh sampai menjual bayi lewat internet. Inna lillahi wa inna ilaihi ro’jiun. Kemana hati nurani bangsa ini? Kita semua?Al Ustaz Sa’id Hawwa menyebutkan dalam bukunya yang berjudul tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) penyebab langsung kematian hati adalah kehilangannya nilai-nilai spiritual dan keimanan, seperti sabar, syukur, takut kepada Allah yang semua itu merupakan keharusan demi maslahat kehidupan.

Setiap anggota tubuh diciptakan oleh Allah dengan fungsi-fungsi tertentu. Sedangkan yang disebut dengan sakitnya anggota tubuh tersebut bilamana sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.

Artinya fungsinya tidak muncul atau tetap muncul namun disertai ketidakstabilan. Misalkan sakitnya mata ketika tidak bisa melihat, tangan ketika tidak berkemampuan memegang. Begitu pula sakitnya hati, ketika tidak berjalannya fungsi hati sesuai tujuan penciptaannya.

Yaitu menyerap ilmu, hikmah dan ma’rifah. Sebagaimana seharusnya mencintai Allah, beribadah kepadaNya, merasakan kenikmatan mengingatNya dan lebih mengutamakan itu semua daripada keinginan-keinginan lainnya. Serta meminta bantuan kepada seluruh syahwat (keinginan) dan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi tersebut.

Bersihnya hati manusia dari noda dan penyakit merupakan sumber utama kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, tapi jika itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati ibarat benteng dan syetan adalah musuh yang ingin masuk menguasainya. Manusia dapat menjaga pintu-pintunya, sebagai berikut: marah dan syahwat; dengki dan tamak; kenyang dengan makanan; suka berhias dengan pakaian, perabotan dan rumah; tamak terhadap manusia; tergesa-gesa dan tidak berhati-hati dalam berbagai perkara; dirham, dinar dan berbagai kekayaan; bakhil (pelit) dan takut miskin; fanatik terhadap mazhab dan hawa nafsu; mengajak orang awam untuk memikirkan zat dan sifat-sifat Allah; berprasangka buruk terhadap kaum muslimin.

Dan menurut Al ustadz Sa’id Hawwa itu adalah sebagian kecil pintu masuk syetan kedalam hati. Karena sebagaimana hadis, “Sesungguhnya syetan (dapat) mengalir didalam diri anak Adam sebagaimana darah mengalir dalam jasad(nya). (HR. Bukhari dan Muslim).

Dzikir adalah obat tetapi tanpa takwa dzikir kurang dayanya. Dzikir tidak dapat meresap kedalam hati kecuali jika hati itu telah disuburkan dengan ketakwaan dan dibersihkan dari sifat-sifat tercela.

Jika tidak maka dzikir hanya merupakan bisikan jiwa yang tidak memiliki kekuatan didalam hati, sehingga tidak dapat mengusir kekuatan syetan. Sebagaimana ayat ; “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A'raf : 201).

Puncak dzikir dan ibadah adalah shalat, sebagaimana ayat : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-'Ankabuut : 45)

Bagaimana shalat kita, sudahkah kita khusyuk dalam shalat?. Karena setan berdesakan dalam hati ketika kita sedang shalat. Mencoba menyeret kita berkelana kepada urusan-urusan dunia. Shalat merupakan ujian bagi hati, kebaikan dan keburukan hati dapat diketahui melalui shalat.

Utsman pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda: “Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR. Ahmad).

Ibrahim bin Adham ditanya “mengapa doa kita tidak dikabulkan, padahal Allah berfirman, ‘berdoalah kepadaKu niscaya akan Aku perkenankan bagimu? ’”. Ia menjawab, “karena hati kalian sudah mati”. Lalu ditanya lagi, “apa yang mematikannya?”.

Ia menjawab, “delapan hal, yaitu kalian mengetahui hak Allah tetapi tidak melaksanakannya, kalian membaca al Qur’an tetapi tidak mengamalkan hukum-hukumnya, kalian berkata, ‘kami mencintai Rasulullah SAW’, tetapi tidak mengamalkan sunnahnya, kalian berkata ‘kami takut mati’ tapi tidak mempersiapkan untuk menghadapinya, mengetahui firman Allah bahwa ‘sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu (QS. Faathir, 35 :6)

Namun berteman dalam hal kemaksiatan, kalian berkata ‘kami takut neraka’ tetapi mencampakkan tubuh kalian kedalamnya, kalian berkata ‘kami mencintai syurga’ tetapi tidak berusaha untuk meraihnya, dan apabila kalian berdiri dari amparan kalian, maka kalian melemparkan aib-aib kalian dibelakang punggung, lalu menggelar aib-aib orang lain didepan kalian sehingga membuat Allah murka, maka bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan doa kalian?’”. Na’udzubillah

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Ustaz Erick Yusuf: Penggagas iHAQi@erickyusuf

Komentar

Postingan Populer