Jika Tertimpa Masalah, Berkacalah Kepada Nabi Ayub
MASALAH, merupakan salah satu kata yang sering menghinggap di hati manusia. seiring dengan terjalaninya kehidupan didunia ini, maka mau tak mau, seorang akan mendapatkan hadiah berupa masalah tersebut.
Sulitnya mencari pekerjaan, melanjutkan pendidikan, dan menyambung hidup, serta berat dalam menentukan pilihan adalah sebuah contoh yang nyata yang dialami oleh anak adam di dalam kehidupannya.
Ketika mencari solusi suatu problem, terkadang banyak orang yang lupa dengan cara apa dan bagaimana dia mengatasi keadaan susah yang menimpa kepadanya. Kehidupan malam, menenggak minuman keras, menghisap narkoba, meminum baigon, bunuh diri merupakan contoh-contoh yang salah dalam menghadapi masalah yang ada. entah karena memang sudah tidak lagi mendapat jalan keluar, sehingga menganggap dirinya telah terjebak didalam sebuah labirin yang hanya berisi jalan-jalan kebuntuan.
Tetapi, patutkah penyelesaian masalah dengan cara hina tersebut dilakukan oleh seorang muslim?? Yang notabene, merupakan seorang yang selalu mengikrarkan kepada Tuhan setiap kali shalat bahwa “Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Jika memang masih ngotot untuk mengatakan, bahwa hal tersebut adalah patut dalam menyelesaikan berbagai masalah, maka secara tidak langsung, jiwa-jiwa tersebut seakan tidak menganggap lagi tentang adanya Allah Ta’ala yang menjadi tempat bargantung bagi segenap manusia.
Hal ini berbeda dengan muslim yang memahami dan meresapi surah al-fatihah diatas, dimana ketika masalah menghinggapi dirinya dan sukar untuk diselesaikan, maka langkah pertama dan terakhir yang ditempuh adalah, dengan bermunajat dan meminta petunjuk dari Allah sang Maha Kuasa. Manusia tidak tahu takdirnya seperti apa. jodoh, rizki, mati semua itu sudah ditulis 50.000 ribu tahun sebelum penciptaan manusia di lauh mahfudz. yang hanya dilakukan oleh manusia adalah, meyakini bahwa Allah tidak akan memberi cobaan yang melebihi kapasitas kesanggupan hamba-Nya. seperi janji Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 286;
“Allah tidak akan membebani suatu jiwa melainkan dengan batas kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Kalaupun menganggap masalah kita adalah masalah yang sangat berat dan tidak ada jalan keluarnya, maka berkacalah kepada sikap Nabi terdahulu, seperti Nabi Ayub, dimana Allah memberi ujian beliau dengan penyakit kulit yang sangatlah parah sehingga orang-orang menjauhinya,disebabkan bau busuk yang keluar dari lukanya, lalu di tambah dengan wafatnya seluruh anak-anaknya, habisnya harta kekayaan yang dimiliki, serta istri yang harusnya membersamai dia baik suka maupun duka lalai dalam mengemban amanah. Ketika menghadapi permasalahan hebat tiada tara seperti itu, apakah nabi ayub mengatasinya dengan minuman keras agar jiwanya tenang, atau menyayat nadinya agar masalah bisa hilang katika dia wafat? Tentu, bagi orang-orang yang beriman, tidak akan sekali-kali melakukan penyelesaian tak bernurani tersebut.
Ketaqwaan, kesabaran, dan do’a adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi ayub dalam menghadapi ujian dan masalah yang menerpa dirinya. Allah Ta’ala mengisahkan di dalam Al-Qur’an;
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya. ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara semua penyayang. maka Kami (Allah) pun memperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi kami untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al-Anbiya’: 83-84)
Setelah mengetahui tentang keteguhan Nabi Ayub dalam mengatasi masalah berat yang ada padanya, dan senantiasa yakin bahwasa Allah pasti selalu ada untuk hamba-Nya, masihkah jiwa kita terombang-ambing oleh nafsu hina yang ditimbulkan dari syaithan untuk menjerumuskan manusia kepada jalan-jalan yang salah? sudah barang tentu, sebuah nasehat teruntuk saudara seiman. Bahwa yakinlah, ketika masalah besar sedang datang menghinggap, bersabar dan berdo’alah kepada Allah Ta’ala agar kita dapat diberi petunjuk oleh-Nya. jangan terpengaruh oleh ungkapan bahwa sabar hanya mudah diucapkan oleh kata-kata, tapi yakinlah dengan sebenar-benar keyakinan, bahwa dengan sabar, Allah akan memberikan jalan petunjuk kepada hamba-Nya, kalaupun memang sabar dianggap sesutu yang berat, maka dari beratnya itulah Allah akan mengetahui tentang seberapa besar keyakinan dan keimanan yang dimiliki oleh manusia yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat didalam hati, lidah, dan perbuatannya. Tidak ada kata tidak mungkin bagi manusia dalam mengatasi masalah. karena Allah selalu ada untuk kita. ketika kita mengingat Allah, maka Allah pasti akan mengingat kita. tetapi sebaliknya, jika kita melupakan Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Kaya dan Maha Terpuji.
Oleh: Zakhi Hidayatullah, Mahasiswa STID Natsir Jakarta
Eramuslim
Sulitnya mencari pekerjaan, melanjutkan pendidikan, dan menyambung hidup, serta berat dalam menentukan pilihan adalah sebuah contoh yang nyata yang dialami oleh anak adam di dalam kehidupannya.
Ketika mencari solusi suatu problem, terkadang banyak orang yang lupa dengan cara apa dan bagaimana dia mengatasi keadaan susah yang menimpa kepadanya. Kehidupan malam, menenggak minuman keras, menghisap narkoba, meminum baigon, bunuh diri merupakan contoh-contoh yang salah dalam menghadapi masalah yang ada. entah karena memang sudah tidak lagi mendapat jalan keluar, sehingga menganggap dirinya telah terjebak didalam sebuah labirin yang hanya berisi jalan-jalan kebuntuan.
Tetapi, patutkah penyelesaian masalah dengan cara hina tersebut dilakukan oleh seorang muslim?? Yang notabene, merupakan seorang yang selalu mengikrarkan kepada Tuhan setiap kali shalat bahwa “Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Jika memang masih ngotot untuk mengatakan, bahwa hal tersebut adalah patut dalam menyelesaikan berbagai masalah, maka secara tidak langsung, jiwa-jiwa tersebut seakan tidak menganggap lagi tentang adanya Allah Ta’ala yang menjadi tempat bargantung bagi segenap manusia.
Hal ini berbeda dengan muslim yang memahami dan meresapi surah al-fatihah diatas, dimana ketika masalah menghinggapi dirinya dan sukar untuk diselesaikan, maka langkah pertama dan terakhir yang ditempuh adalah, dengan bermunajat dan meminta petunjuk dari Allah sang Maha Kuasa. Manusia tidak tahu takdirnya seperti apa. jodoh, rizki, mati semua itu sudah ditulis 50.000 ribu tahun sebelum penciptaan manusia di lauh mahfudz. yang hanya dilakukan oleh manusia adalah, meyakini bahwa Allah tidak akan memberi cobaan yang melebihi kapasitas kesanggupan hamba-Nya. seperi janji Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 286;
“Allah tidak akan membebani suatu jiwa melainkan dengan batas kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Kalaupun menganggap masalah kita adalah masalah yang sangat berat dan tidak ada jalan keluarnya, maka berkacalah kepada sikap Nabi terdahulu, seperti Nabi Ayub, dimana Allah memberi ujian beliau dengan penyakit kulit yang sangatlah parah sehingga orang-orang menjauhinya,disebabkan bau busuk yang keluar dari lukanya, lalu di tambah dengan wafatnya seluruh anak-anaknya, habisnya harta kekayaan yang dimiliki, serta istri yang harusnya membersamai dia baik suka maupun duka lalai dalam mengemban amanah. Ketika menghadapi permasalahan hebat tiada tara seperti itu, apakah nabi ayub mengatasinya dengan minuman keras agar jiwanya tenang, atau menyayat nadinya agar masalah bisa hilang katika dia wafat? Tentu, bagi orang-orang yang beriman, tidak akan sekali-kali melakukan penyelesaian tak bernurani tersebut.
Ketaqwaan, kesabaran, dan do’a adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi ayub dalam menghadapi ujian dan masalah yang menerpa dirinya. Allah Ta’ala mengisahkan di dalam Al-Qur’an;
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya. ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang diantara semua penyayang. maka Kami (Allah) pun memperkenankan seruannya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi kami untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al-Anbiya’: 83-84)
Setelah mengetahui tentang keteguhan Nabi Ayub dalam mengatasi masalah berat yang ada padanya, dan senantiasa yakin bahwasa Allah pasti selalu ada untuk hamba-Nya, masihkah jiwa kita terombang-ambing oleh nafsu hina yang ditimbulkan dari syaithan untuk menjerumuskan manusia kepada jalan-jalan yang salah? sudah barang tentu, sebuah nasehat teruntuk saudara seiman. Bahwa yakinlah, ketika masalah besar sedang datang menghinggap, bersabar dan berdo’alah kepada Allah Ta’ala agar kita dapat diberi petunjuk oleh-Nya. jangan terpengaruh oleh ungkapan bahwa sabar hanya mudah diucapkan oleh kata-kata, tapi yakinlah dengan sebenar-benar keyakinan, bahwa dengan sabar, Allah akan memberikan jalan petunjuk kepada hamba-Nya, kalaupun memang sabar dianggap sesutu yang berat, maka dari beratnya itulah Allah akan mengetahui tentang seberapa besar keyakinan dan keimanan yang dimiliki oleh manusia yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat didalam hati, lidah, dan perbuatannya. Tidak ada kata tidak mungkin bagi manusia dalam mengatasi masalah. karena Allah selalu ada untuk kita. ketika kita mengingat Allah, maka Allah pasti akan mengingat kita. tetapi sebaliknya, jika kita melupakan Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Kaya dan Maha Terpuji.
Oleh: Zakhi Hidayatullah, Mahasiswa STID Natsir Jakarta
Eramuslim
Komentar
Posting Komentar