The Raid, Lentingkan Indonesia ke Hollywood
Tahun 2012 segera berakhir, mensarikan penggalan-penggalan peristiwa fenomenal yang membangun sejarah. Di tengah geliat perfilman nusantara, kita tentu tak akan lupa dengan kesuksesan film 'The Raid' di jajaran box office dunia.
Cerita bermula ketika 'The Raid' baru sebulan memasuki proses produksi. Kompilasi adegan laga yang menampilkan kehebatan silat Iko Uwais sudah terbang ke Los Angeles. Rekaman gambar selama tujuh menit itu masuk ke meja XYZ Films.
XYZ Films adalah perusahaan yang memiliki koneksi ke pasar film internasional. Berkuasa memamerkan karya-karya terbaik ke sejumlah distributor film di Amerika Serikat. Lewat perusahaan ini, 'The Raid' memiliki kesempatan tebar pesona ke pasar Hollywood.Pesona 'The Raid' terpancar. Film ini memikat distributor bergengsi: Sonny Picture Classics. "Mereka melihat film ini orisinal dan eksotik, unsur silat menjadi daya tarik tersendiri," kata produser film 'The Raid', Ario Sagantoro.
Hak edar segera dibeli. 23 Maret menjadi tanggal bersejarah penayangan perdana di Amerika Serikat. Mulanya hanya diputar di 14 layar bioskop, bertambah menjadi 176 layar di pekan kedua, 875 layar di pekan ketiga, hingga akhirnya menembus 881 layar.
Film garapan Gareth Evans ini hujan pujian. Rotten Tomatoes memberi rating 87 dengan kepuasan penonton mencapai 94 persen. Situs pengamat film lain, IMDb, memberi rating 8.5. Tak banyak film Hollywood yang bisa meraih rating setinggi ini.
IMDb bahkan memasukkan film produksi Merantau Films ini dalam 50 film laga sepanjang masa. Sejajar dengan 'Star Trek', 'The Adventure of Robinhood', 'Avatar', dan 'Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl'.
'The Raid' menjadi satu-satunya film nusantara yang sukses menembus pasar Amerika Serikat. Menembus 20 besar box office. Menyentuh posisi ke-11. Bahkan sempat merebut posisi ke-5 di box office Inggris. Tak heran jika pendapatan 'The Raid' terdongkrak hingga jutaan dollar.
Sukses 'The Raid' semakin kukuh dengan sederet penghargaan yang terus bergulir. Di Toronto International Film Festival, film ini meraih The Cadillac People's Choice Award untuk kategori Midnight Madness. "Menjadi film dengan penjualan distribusi tertinggi selama festival. Ada 50 negara yang sudah membeli hak edar 'The Raid'," kata Ario.
Di Jameson Dublin International Film Festival, 'The Raid' pun menjadi film terbaik pilihan juri sekaligus terbaik pilihan audience. "Selama ini, belum pernah ada film yang dapat dua penghargaan ini sekaligus, apalagi dari Asia," ujarnya.
Lokomotif Film Nasional
'The Raid' tak hanya berjaya di mancanegara. Meski gagal memecah rekor film terlaris sepanjang massa, film bergenre action-thriller ini menjadi terlaris sepanjang 2012 dengan lebih 1,8 juta penonton di seluruh bioskop Tanah Air.
"The Raid bisa menjadi lokomotif yang dapat menggairahkan perfilman nasional," kata pengamat dan pengajar film di Binus International, Ekky Imanjaya. Rekor film dengan jumlah penonton terbanyak masih dipegang Laskar Pelangi (2008) dengan 4,6 juta penonton, disusul Ayat-ayat Cinta (2008) dengan 3,5 juta penonton.
Ekky melihat masyarakat kita telah kehilangan kepercayaan atas film-film lokal bertema pocong dan seks, yang seolah tak memikirkan kualitas. Karenanya, butuh film-film terobosan yang mampu mengembalikan kepercayaan itu.
Geliat sudah terasa. Setelah 'The Raid', muncul 'Modus Anomali' garapan Joko Anwar dan 'The Witness' besutan Muhammad Yusuf. Dua film yang tayang perdana 26 April tersebut juga telah membuktikan kualitasnya dengan sederet apresiasi dari mancanegara.
Di South By Southwest (SXSW), festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, 'Modus Anomali' menuai serangkaian pujian. Film produksi Lifelike Pictures ini bahkan terpilih ditayangkan pada Midnighters, acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik.
Sementara 'The Witness', mendapat kepercayaan tayang sebagai film komersial di Filipina sejak 21 Maret lalu. Cinema Evaluation Board (CEB), badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk film ini.
Masih ada sederet film berkualitas yang memberi angin segar dunia perfilman Tanah Air: 'Langit Biru', 'Lovely Man', dan 'Postcards From The Zoo'. Film-film ini juga menorehkan prestasi di sejumlah festival film bergengsi bertaraf internasional.
Menjelang akhir tahun, sejumlah film potensial box office yang tengah menyelesaikan proses produksi pun menjadi perbincangan. Ada sekuel 'The Raid'. Ada pula 'The Killers', film bergenre serupa yang merupakan hasil kolaborasi sineas Indonesia dan Jepang.
"Semoga semakin banyak produser yang berani membuat terobosan. Tak hanya memperlakukan film nasional sebagai tontonan yang mendatangkan untung, tapi produk budaya," Ekky menambahkan.
Menapaki Hollywood Kejayaan 'The Raid' turut membuka peluang para pemain 'go international'. Tak cuma sang aktor utama, pemeran pendukung film ini juga menerima pinangan berakting di film garapan sutradara Hollywood. Beradu akting dengan aktris dan aktor papan atas dunia.
Ada Iko Uwais yang menerima pinangan Keanu Reeves sebagai lawan main di film: Man of Tai Chi. Tak hanya berkesempatan adu akting dengan bintang utama film fenomenal 'Speed' dan 'The Matrix', pria yang menjalani syuting di Hong Kong bulan Ramadan lalu ini juga terlibat adegan perkelahian dengan aktor laga Tiger Hu Chen.
Man of Tai Chi bercerita tentang perjalanan spiritual seorang ahli beladiri yang harus menghadapi beragam tantangan dalam perjalanannya. Film yang penuh adegan laga ini merupakan debut Keanu sebagai sutradara sekaligus pemain.
Sementara Joe Taslim, pemeran Sersan Jaka di 'The Raid', menerima tawaran peran di sekuel film franchise laris di dunia garapan sutradara Justin Lin: 'Fast and Furious 6'. Tanpa casting. Joe mendapat email langsung dari petinggi Universal Pictures, salah satu studio film raksasa Hollywood.
Lewat email berisi naskah film itu, Joe hanya diminta mengirim rekaman video akting memainkan karakter dalam bahasa Inggris. "Saya merasa sangat beruntung karena casting director langsung suka, juga sutradara dan produser," ujar atlet judo ini.
Bukan sekadar figuran, Joe kebagian peran antagonis sebagai Jah. Seorang pembunuh berdarah dingin yang harus bertarung melawan para jagoan yang diperankan Paul Walker dan Vin Diesel. Joe telah menyelesaikan syuting selama beberapa pekan di London dan Spanyol.
Rampung memenuhi kontrak 'Fast and Furious 6', Joe kembali menerima pinangan sutradara asal Inggris Steven Sheil bermain di film action-horror: 'Dead Mine'. Selain memiliki kesepakatan dengan European Film Market, film ini juga telah terikat distributor resmi yang siap mengedarkan di berbagai negara seperti di Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, dan Afrika Selatan.
Sukses 'The Raid' memang membuat sineas dunia melirik sinema Indonesia. Bukan cuma Iko dan Joe, sejumlah aktor juga kecipratan untung. Tengok saja Ario Bayu, Mike Lewis, dan Bang Tigor, yang ikut terlibat dalam 'Dead Mine'.
Semua itu menjadi prestasi. Mengingat kemunculan aktor atau aktris Indonesia di layar dunia selama ini lantaran faktor lokasi syuting yang membutuhkan dukungan pemain lokal.
Seperti Christine Hakim, yang muncul di film Julia Roberts dengan latar pengambilan gambar di Bali: 'Eat Pray Love'. Atau Cinta Laura yang terlibat dalam film garapan John Huddles dengan latar eksotika alam Indonesia: 'The Philosopher'.
Wajar jika banyak yang menanti 2013 sebagai tahun bersejarah debut kemunculan aktor Tanah Air di layar Hollywood. Selamat!
Cerita bermula ketika 'The Raid' baru sebulan memasuki proses produksi. Kompilasi adegan laga yang menampilkan kehebatan silat Iko Uwais sudah terbang ke Los Angeles. Rekaman gambar selama tujuh menit itu masuk ke meja XYZ Films.
XYZ Films adalah perusahaan yang memiliki koneksi ke pasar film internasional. Berkuasa memamerkan karya-karya terbaik ke sejumlah distributor film di Amerika Serikat. Lewat perusahaan ini, 'The Raid' memiliki kesempatan tebar pesona ke pasar Hollywood.Pesona 'The Raid' terpancar. Film ini memikat distributor bergengsi: Sonny Picture Classics. "Mereka melihat film ini orisinal dan eksotik, unsur silat menjadi daya tarik tersendiri," kata produser film 'The Raid', Ario Sagantoro.
Hak edar segera dibeli. 23 Maret menjadi tanggal bersejarah penayangan perdana di Amerika Serikat. Mulanya hanya diputar di 14 layar bioskop, bertambah menjadi 176 layar di pekan kedua, 875 layar di pekan ketiga, hingga akhirnya menembus 881 layar.
Film garapan Gareth Evans ini hujan pujian. Rotten Tomatoes memberi rating 87 dengan kepuasan penonton mencapai 94 persen. Situs pengamat film lain, IMDb, memberi rating 8.5. Tak banyak film Hollywood yang bisa meraih rating setinggi ini.
IMDb bahkan memasukkan film produksi Merantau Films ini dalam 50 film laga sepanjang masa. Sejajar dengan 'Star Trek', 'The Adventure of Robinhood', 'Avatar', dan 'Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl'.
'The Raid' menjadi satu-satunya film nusantara yang sukses menembus pasar Amerika Serikat. Menembus 20 besar box office. Menyentuh posisi ke-11. Bahkan sempat merebut posisi ke-5 di box office Inggris. Tak heran jika pendapatan 'The Raid' terdongkrak hingga jutaan dollar.
Sukses 'The Raid' semakin kukuh dengan sederet penghargaan yang terus bergulir. Di Toronto International Film Festival, film ini meraih The Cadillac People's Choice Award untuk kategori Midnight Madness. "Menjadi film dengan penjualan distribusi tertinggi selama festival. Ada 50 negara yang sudah membeli hak edar 'The Raid'," kata Ario.
Di Jameson Dublin International Film Festival, 'The Raid' pun menjadi film terbaik pilihan juri sekaligus terbaik pilihan audience. "Selama ini, belum pernah ada film yang dapat dua penghargaan ini sekaligus, apalagi dari Asia," ujarnya.
Lokomotif Film Nasional
'The Raid' tak hanya berjaya di mancanegara. Meski gagal memecah rekor film terlaris sepanjang massa, film bergenre action-thriller ini menjadi terlaris sepanjang 2012 dengan lebih 1,8 juta penonton di seluruh bioskop Tanah Air.
"The Raid bisa menjadi lokomotif yang dapat menggairahkan perfilman nasional," kata pengamat dan pengajar film di Binus International, Ekky Imanjaya. Rekor film dengan jumlah penonton terbanyak masih dipegang Laskar Pelangi (2008) dengan 4,6 juta penonton, disusul Ayat-ayat Cinta (2008) dengan 3,5 juta penonton.
Ekky melihat masyarakat kita telah kehilangan kepercayaan atas film-film lokal bertema pocong dan seks, yang seolah tak memikirkan kualitas. Karenanya, butuh film-film terobosan yang mampu mengembalikan kepercayaan itu.
Geliat sudah terasa. Setelah 'The Raid', muncul 'Modus Anomali' garapan Joko Anwar dan 'The Witness' besutan Muhammad Yusuf. Dua film yang tayang perdana 26 April tersebut juga telah membuktikan kualitasnya dengan sederet apresiasi dari mancanegara.
Di South By Southwest (SXSW), festival film terbesar kedua di Amerika Serikat, 'Modus Anomali' menuai serangkaian pujian. Film produksi Lifelike Pictures ini bahkan terpilih ditayangkan pada Midnighters, acara khusus yang menampilkan film-film terpilih bergenre fantastik.
Sementara 'The Witness', mendapat kepercayaan tayang sebagai film komersial di Filipina sejak 21 Maret lalu. Cinema Evaluation Board (CEB), badan resmi dari Dewan Pengembangan Film Filipina, memberi nilai A untuk film ini.
Masih ada sederet film berkualitas yang memberi angin segar dunia perfilman Tanah Air: 'Langit Biru', 'Lovely Man', dan 'Postcards From The Zoo'. Film-film ini juga menorehkan prestasi di sejumlah festival film bergengsi bertaraf internasional.
Menjelang akhir tahun, sejumlah film potensial box office yang tengah menyelesaikan proses produksi pun menjadi perbincangan. Ada sekuel 'The Raid'. Ada pula 'The Killers', film bergenre serupa yang merupakan hasil kolaborasi sineas Indonesia dan Jepang.
"Semoga semakin banyak produser yang berani membuat terobosan. Tak hanya memperlakukan film nasional sebagai tontonan yang mendatangkan untung, tapi produk budaya," Ekky menambahkan.
Menapaki Hollywood Kejayaan 'The Raid' turut membuka peluang para pemain 'go international'. Tak cuma sang aktor utama, pemeran pendukung film ini juga menerima pinangan berakting di film garapan sutradara Hollywood. Beradu akting dengan aktris dan aktor papan atas dunia.
Ada Iko Uwais yang menerima pinangan Keanu Reeves sebagai lawan main di film: Man of Tai Chi. Tak hanya berkesempatan adu akting dengan bintang utama film fenomenal 'Speed' dan 'The Matrix', pria yang menjalani syuting di Hong Kong bulan Ramadan lalu ini juga terlibat adegan perkelahian dengan aktor laga Tiger Hu Chen.
Man of Tai Chi bercerita tentang perjalanan spiritual seorang ahli beladiri yang harus menghadapi beragam tantangan dalam perjalanannya. Film yang penuh adegan laga ini merupakan debut Keanu sebagai sutradara sekaligus pemain.
Sementara Joe Taslim, pemeran Sersan Jaka di 'The Raid', menerima tawaran peran di sekuel film franchise laris di dunia garapan sutradara Justin Lin: 'Fast and Furious 6'. Tanpa casting. Joe mendapat email langsung dari petinggi Universal Pictures, salah satu studio film raksasa Hollywood.
Lewat email berisi naskah film itu, Joe hanya diminta mengirim rekaman video akting memainkan karakter dalam bahasa Inggris. "Saya merasa sangat beruntung karena casting director langsung suka, juga sutradara dan produser," ujar atlet judo ini.
Bukan sekadar figuran, Joe kebagian peran antagonis sebagai Jah. Seorang pembunuh berdarah dingin yang harus bertarung melawan para jagoan yang diperankan Paul Walker dan Vin Diesel. Joe telah menyelesaikan syuting selama beberapa pekan di London dan Spanyol.
Rampung memenuhi kontrak 'Fast and Furious 6', Joe kembali menerima pinangan sutradara asal Inggris Steven Sheil bermain di film action-horror: 'Dead Mine'. Selain memiliki kesepakatan dengan European Film Market, film ini juga telah terikat distributor resmi yang siap mengedarkan di berbagai negara seperti di Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, dan Afrika Selatan.
Sukses 'The Raid' memang membuat sineas dunia melirik sinema Indonesia. Bukan cuma Iko dan Joe, sejumlah aktor juga kecipratan untung. Tengok saja Ario Bayu, Mike Lewis, dan Bang Tigor, yang ikut terlibat dalam 'Dead Mine'.
Semua itu menjadi prestasi. Mengingat kemunculan aktor atau aktris Indonesia di layar dunia selama ini lantaran faktor lokasi syuting yang membutuhkan dukungan pemain lokal.
Seperti Christine Hakim, yang muncul di film Julia Roberts dengan latar pengambilan gambar di Bali: 'Eat Pray Love'. Atau Cinta Laura yang terlibat dalam film garapan John Huddles dengan latar eksotika alam Indonesia: 'The Philosopher'.
Wajar jika banyak yang menanti 2013 sebagai tahun bersejarah debut kemunculan aktor Tanah Air di layar Hollywood. Selamat!
Komentar
Posting Komentar