Belajar dari Kabinet Nabi

Jika yang dimaksud kabinet ialah tim khusus yang dibentuk untuk bertanggung jawab menjalankan kebijakan kepala pemerintahan, maka kabinet Nabi Muhammad Saw masih sangat sederhana, sesuai dengan tingkat kompleksitas masyarakat ketika itu.

Kabinet Nabi hanya empat orang ditambah satu sekretaris pribadi. Nama-nama kabinet Nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali ditambah Zaid ibn Tsabit sebagai sekretaris pribadi. Kabinet ini dipertahankan terus sampai akhir kehidupan Nabi karena loyalitas, kejujuran, dan ketulusan pengabdian mereka. Tidak satupun di antara mereka yang pernah menghianati Nabi. Nabi pun tidak pernah mengganti kabinet kecilnya itu.

Kekhususan sahabat Abu Bakar diposisikan sebagai sahabat yang membantu Nabi dalam menyelesaikan urusan-urusan yang membutuhkan kematangan berfikir. Misalnya, ia sering diminta dan diutus Nabi menangani kasus antar etnik dan kabilah, sering diminta untuk menganalisis materi perjanjian perdamaian, sampai menjadi pengganti sebagai imam shalat jamaah di mesjid jika Nabi berhalangan.

Karena kepiawaiannya, ia disepakati oleh para pihak di Bani Tsaqifah sebagai pengganti Nabi (khalifah pertama) setelah Nabi wafat, sekaligus disebut sebagai khalifah pertama dalam dunia Islam.

Setelah Abu Bakar wafat, diganti oleh Umar ibn Khathab. Umar memiliki kelebihan berupa kecerdasan, ketegasan, dan keberanian, sehingga Nabi sering menugasinya dalam urusan penegakan hukum dan militer. Begitu kritisnya, ada beberapa ayat secara khusus turun hanya untuk menyelesaikan perbedaan pendapatnya dengan Nabi.

Hebatnya, beberapa di antara ayat tersebut justru memihak kepada pendapat Umar. Ada mahasiswa program pascasarjana meneliti ayat-ayat tersebut dalam sebuah disertasi program doktor di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Nabi sejak awal menampilkan diri sebagai tokoh demokrat, meskipun ia memiliki power yang luar biasa.

Khalifah ketiga ialah Utsman ibn Affan. Kekhususan Utsman ialah mencari dana. Bakatnya sebagai pedagang tertanam sejak kecil sehingga sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan dan penyiaran Islam di masa awal.

Ia pernah ditegur Nabi lantaran menghibahkan seluruh hartanya untuk membiayai pengungsian ke Yatsrib (Madinah), lalu dijawab tidak masalah ya Rasulullah, gampang kita cari lagi. Begitu pindah ke Yatsrib, ia menjadi salah seorang paling kaya di Madina. Pengalaman mencari uang bagi Utsman tak tertandingi oleh sahabat lain.

Khalifah ke empat ialah Ali ibn Abi Thalib terkenal sebagai seorang pemuda yang pintar, disiplin, jujur, dan pemberani. Ia sering membantu dalam urusan strategi perang dan penyelamatan Nabi. Ketika Nabi dipagar betis saat menunggu untuk dieksekusi pihak musuh, saat itu Ali mengatur siasat. Ia tidur di ranjang Nabi dan menggunakan selimutnya untuk mengecoh seakan-akan Nabi masih ada.

Selain keempat tokoh tersebut, Nabi juga didampingi oleh Zaid ibn Tsabit, seorang ahli bahasa asing dan pintar menulis. Ia menguasai enam bahasa dunia ketika itu, yaitu bahsa Persia, Romawi, Hebrew, Suryani, Qibti, tentu saja bahasa Arab.

Ia selalu diminta untuk mengkonsepkan surat-surat Nabi yang akan dikirim ke pihak kawan dan lawan. Surat-surat Nabi ke Raja Muqaukisy, Najasy, Persia, dan Romawi. Ia juga dipercaya sebagai penulis wahyu dan satu-satunya yang diminta Nabi menuliskan hadis, sebagaimana disebutkan dalam Hadis.

Nasaruddin Umar

Komentar

Postingan Populer