Rencana Israel Mempertahankan Kekuasaan Bashar Assad

Assalamualaikum. 
Akhi, tolong jelaskan rencana Israel dalam memperkokoh kekuasaan pemerintah Bashar Assad. Selama ini banyak orang termakan propaganda Syiah tentang Bashar sebagai tokoh perlawanan kepada Israel. Sebab masalahnya, kedua negara tidak pernah terlibat perlawanan sengit. Yang terjadi umat Islam justru dijadikan makanan empuk mereka untuk menghalangi tegaknya kalimat Allah. Syukron.
Agus

Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarakatuh.

Dalam wawancara kami bersama Ketua Mahakamah Syariah Aleppo Selatan, Syekh Musthafa Abdullah Rahal, ada fakta menarik yang beliau suguhkan. Ulama senior Suriah yang kini menjadi Ketua Persatuan Ulama Idlib itu menjelaskan bagaimana kelihaian Hafez Assad dalam mengangkat citranya sebagai Presiden Anti Israel.

Namun semua itu runtuh jika umat Islam mau lebih mendalam mempelajari fakta daripada sekedar retorika. Sebab pada realitasnya, perang yang dilancarkan Hafez Assad tidak lain perang kepura-puraan antara kedua pihak yang sama-sama “haus pencitraan”. Syiah butuh citra sebagai kelompok anti Yahudi. Israel butuh kesan melawan Syiah agar Ahlussunah (Umat Islam) tertipu. “Padahal di antara ‘perang’ tersebut ada sejumlah deal yang disepakati,” ujar Syekh Rahaal.

Dalam perang Arab 1967, misalnya, apa yang dilakukan antara Israel dengan Suriah sangat tidak pantas disebut perang. Karena Hafez yang kala itu menjadi menteri pertahanan Suriah, mengatur secara diam-diam penyerahan datarang tinggi Golan ke negeri Yahudi tersebut. Fakta inipun langsung ditulis mantan Intelijen Suriah, Khalil Musthafa dalam bukunyaSuquthul Jaulan.

Begitu juga dengan Bashar Assad. Kebijakan ayahnya untuk menutupi kerjasama dengan Israel turut ditiru olehnya. Dalam buku Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam saya telah menulis sejumlah ‘perang’ yang justru mereka lakukan untuk memperkuat posisi Israel dan Suriah. Misalkan saja, dalam tembakan yang dilakukan ‘Israel’ ke Suriah pada medio Mei 2013.

Kalangan Syiah menganggap kejadian ini sebagai bukti deklarasi perang Yahudi kepada rezim Basyar Asad. Namun jika kita jeli dan mau mencari data-data, maka kita akan menemukan fakta-fakta yang menarik.

Media Yahudi Yehdiot Ahronot, misalnya, mengatakan bahwa sudah ada pesan-pesan diplomatik dari Netanyahu kepada Asad bahwa serangan udaranya tidak dimaksudkan untuk melemahkan posisinya di hadapan pendukung revolusi dan tidak pula dimaksudkan untuk membantu para “pemberontak”.

Haaretz malah melaporkan, bahkan sebelum penyerangan Israel ke Jamrayah, kabinet Netanyahu sudah menyepakati untuk menenangkan Asad bahwa bukan dia yang ditarget.

Analisa lain lahir dari pemimpin kelompok oposisi Abdul Kader Saleh. Ia menuding Pemerintah Israel bekerjasama dengan Pemerintah Iran, dan kelompok Hizbullah di Libanon untuk menopang rezim Pemerintah Suriah. Saleh menyatakan serangan udara Israel di wilayah Suriah, ditujukan untuk mencegah pasukan oposisi Suriah mengambil alih senjata dari tangan militer Suriah. Kelompok pejuang mengaku memiliki bukti untuk itu.

Dari segala data ini bagaimanakah kita bisa menelisik analisa yang benar terkait tembakan Israel. Syekh Abdurrahman al-Akkari, ulama dari kota Akkad dan anggota Majelis Ulama Merdeka Suriah (Haiah al-Ulama al-Ahrar fi Suriah) memiliki analisa di luar perkiraan kita semua. Syekh Al-Akkari menjelaskan serangan Israel pada 4 Mei 2013 tidak lepas dari operasi kudeta militer yang sangat brilian, di mana sejumlah perwira Merdeka Suriah, yang sebelumnya menjalin koordinasi matang dengan sebagian unsur oposisi revolusioner, melakukan aksi rahasia bersama lebih dari 100 tentara mengadakan kudeta dari kantor-kantor pemerintahan Bashar Asad dan pangkalan-pangkalan militernya.

Syaikh al-Akkari menyebutkan perwira Merdeka Suriah dan puluhan tentara itu menyandera para perwira Nushairiyah dan para perwira Iran sebagai sandera hidup agar tidak dibombardir oleh pesawat tempur rezim Basyar Asad. Para perwira itu juga mengarahkan tank-tank dan rudal-rudal ke target-target tertentu.

Syekh Al-Akkari menyatakan bahwa rezim Basyar Asad berkoordinasi dengan Israel untuk melakukan serangan terhadap kantor-kantor pemerintahan dan markas-markas militer yang dikuasai oleh gerakan kudeta Merdeka Suriah.

Lantas mengapa harus Israel yang menyerang para perwira Merdeka Suriah? Syekh Al-Akkari menjelaskan bahwa koordinasi dengan Israel dilakukan karena dua tujuan.

Pertama, menghancurkan gerakan kudeta sejumlah perwira.

Kedua, menghindari penentangan keras para pendukung Basyar Asad sendiri apabila sebagian keluarga mereka yang menjadi perwira dan terlibat kudeta, justru tewas oleh serangan pesawat tempur rezim Asad.

Syaikh al-Akkari menegaskan bahwa ia sangat yakin dengan penjelasan tersebut karena langsung mendapatkan informasi dari tokoh-tokoh yang terlibat. Menurutnya, waktu akan membuktikan kebenaran ucapannya.

Hal ini juga dibenarkan oleh Abdulkader Saleh. Dia menjelaskan serangan udara Israel punya tujuan untuk mencegah pasukan oposisi mengambil alih militer Suriah. Senjata itu diberikan oleh para tentara Senior Suriah yang membelot dari Asad. Saleh menilai Iran dan Hizbullah telah bekerjasama dengan Israel sebagai timbal balik untuk Asad yang menjaga perbatasan Israel selama 40 tahun.

Klaim Israel melancarkan serangan udara untuk menghambat laju Hizbullah memang patut dipertanyakan. Kelompok Syiah yang diminta ganti nama Wakil PM Turki dengan Hizbusyaithon itu juga tidak melakukan balasan apa-apa ke Israel. Hasan Nasrallah yang biasanya keras tidak melakukan langkah nyata dan enggan melakukan serangan susulan ke negara Yahudi itu. Yang terjadi adalah mereka bersama rezim Asad terus melakukan pembantaian terhadap anak-anak, wanita, dan orangtua.

Aluf Benn, editor in chief di harian ternama Israel Hareetz menjelaskan, selama tiga tahun terakhir Netanyahu menjadi sekutu ‘diam-diam’ bagi Bashar Assad. Benn kemudian membeberkan sejumlah motif logis yang menjadi pemicu Israel untuk kerjasama dengan Syiah.

Salah satu motif Netanyahu mendekati Asad, kata Benn, adalah untuk memberikan pengaruh terhadap Suriah dan Iran sebagai “mitra pengaman” bagi kepentingan Israel dari potensi nuklir Iran.

Di sisi lain, hilangnya aliansi Israel dengan Turki dan Mesir sangat merugikan bagi ‘Israel’. Dengan mengandeng Suriah dan Iran, maka Israel dapat menutupi sekutu yang hilang, karena kita ketahui, rezim Hosni Mubarok adalah kartu penting bagi Israel dalam menjalankan agendanya di Palestina.

Yang menarik adalah, Benn tidak menampik berkembangnya potensi Al Qaeda untuk merubuhkan singgasana kekuatan Zionis Yahudi di wilayah Arab, adalah alasan bagi Israel untuk menggandeng kelompok Syiah. Bagi ‘Israel’, kemenangan kelompok Islam di Suriah akan merubah peta politik dunia Arab yang membuat posisi Israel berada di ujung tanduk. “Kejatuhan rezim Asad akan mengubah Suriah menjadi negara Islam (yang memusuhi Israel),” kata Benn.

Wallahu’alam

Komentar

Postingan Populer