Rezeki Berawal
Rezeki setiap manusia dan besarnya kekayaan yang akan diraih sepanjang kehidupannya telah ditentukan sejak dia masih berada di rahim ibunya. Ketentuan inilah yang pertama kali harus disadari oleh manusia dalam upaya bagaimana mendapatkan dan mengembangkan harta atau menjaganya dari kerusakan atau faktor-faktor lain penyebab kerugian dan kebangkrutan. Maka di saat manusia ini masih sebagai janin dalam rahim ibunya, Allah SWT mengutus seorang malaikat yang ditugaskan untuk mencatat dan menentukan rezekinya.
Rasulullah SAW telah menginformasikan kepada kita melalui sabda beliau:
“Sesungguhnya setiap orang dari kalian melalui proses penciptaan di dalam rahim ibunya selama empat puluh tahun. Kemudia ia menjadi segumpal darah sedemikian rupa, kemudian menjadi segumpal daging sedemikian rupa. Lalu Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk melakukan empat hal: “Tulislah perbuatannya, rezekinya, ajal kematiannya, sengsara dan bahagianya.” Kemudian ditiupkanlah ruh kepadanya.”
Dan firman Allah SWT: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” Ar-Ruum : 40
Allah SWT telah memberikan hujjah atas orang-orang musyrik bahwa sesungguhnya Sang Pencipta lagi Sang Pemberi rezeki yang mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan telanjang, tanpa sehelai benang pun. Lalu Dia SWT memberikannya berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sanggup memiliki harta benda dan melakukan beragam pekerjaan. Maka apakah sesembahan mereka selain Allah itu sanggup melakukan sedikitpun dari hal itu semua? Jawabannya adalah “Tidak!”, tak seorangpun dari mereka yang sanggup melakukan hal terkecil dari itu semua. Akan tetapi, Allah SWT adalah Dzat yang independent dalam penciptaan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan. Maha Suci Dia dari segala bentuk sekutu atau sepadan atau penyerupa, atau anak ataupun bapak. Bahkan Dia Maha Esa lagi Maha Tunggal, tempat bergantung segala sesuatu yang Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Dan rezeki ini sedikitpun tidak akan lebih atau kurang dari kadar yang telah ditentukan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” Al Qamar : 49
Pembatasan dan penentuan kadar ini tidak terlepas dari ilmu Allah tentang perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk dalam kehidupan ini. Oleh sebab itu Allah SWT telah menciptakan berbagai faktor untuk mendapatkan, mengembangkan dan memelihara harta. Sebagaimana Dia SWT juga telah menciptakan berbagai faktor yang dapat menyebabkan kerugian, berkurang dan kerusakan harta. Faktor apapun yang dilakukan oleh manusia dengan niat yang benar dan lurus, maka dia akan mendapatkan hasil sesuai denga apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Firman-Nya: “Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Al ‘Ankabuut : 62
Ini berarti bahwa, Allah SWT akan melapangkan atau menyempitkan rezeki hamba-Nya semasa di dunia yang pada demikian itu mengandung hikmah dan keadilan-Nya.
Dan oleh karena kehidupan dunia merupakan tempat ujian, maka sesungguhnya dilapangkannya rezeki bagi seorang hamba, tidak serta merta menunjukkan kemuliaannya. Sebab terkadang hal itu berlaku pada sebagian orang-orang kafir. Begitupula dengan disempitkannya rezeki atas seorang hamba, tidak serta merta menunjukkan kehinaannya. Sebab terkadang hal tersebut berlaku pada sebagian orang mukmin. Dan seorang manusia tidak akan menemui ajalnya hingga takdir rezekinya terpenuhi.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam memohon. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga rezekinya terpenuhi, sekalipun itu diperlambat. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam memohon. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.”
Hadits ini memberikan pengertian: “Berusahalah untuk santun dalam meminta rezeki kalian, sebab tak seorangpun dari kalian akan menemui ajal hingga rezekinya terpenuhi dengan sempurna sebagaimana yang telah ditentukan Allah SWT baginya.”
Sebagaimana firman-Nya: “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,” Az-Zukhruf : 32
Sekalipun terkadang rezeki manusia itu diperlambat-lantaran hikmah yang hanya Allah yang mengetahuinya-namun ia kelak akan mendapatkannya.
Oleh karena rezeki atau harta itu merupakan perkara yang paling banyak menyita waktu seseorang dan melalaikannya dari ibadah kepada Allah dan shalat, maka Dia SWT menginformasikan hamba-hamba-Nya, bahwa tujuan diciptakannya mereka adalah untuk menyembah hanya kepada-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.
Dia SWT tidak menghendaki rezeki ataupun makanan dari mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang lain. Karena Dia SWT adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” Adz-Dzaariyaat : 56-58
dan firman-Nya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” Thaahaa : 132
Ayat ini memberikan pengertian, “bersabarlah dalam mendirikan shalat dan perintahlah keluargamu untuk mengerjakannya dan Kami tidak membebani kamu untuk memberi rezeki kepada seorangpun dari hamba Kami dan tidak pula memberi rezeki kepada dirimu sendiri. Akan tetapi apabila engkau melaksanakan shalat, maka rezeki akan mendatangimu dari arah yang tidak engkau sangka-sangka.”
Rasulullah SAW telah menginformasikan kepada kita melalui sabda beliau:
“Sesungguhnya setiap orang dari kalian melalui proses penciptaan di dalam rahim ibunya selama empat puluh tahun. Kemudia ia menjadi segumpal darah sedemikian rupa, kemudian menjadi segumpal daging sedemikian rupa. Lalu Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk melakukan empat hal: “Tulislah perbuatannya, rezekinya, ajal kematiannya, sengsara dan bahagianya.” Kemudian ditiupkanlah ruh kepadanya.”
Dan firman Allah SWT: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” Ar-Ruum : 40
Allah SWT telah memberikan hujjah atas orang-orang musyrik bahwa sesungguhnya Sang Pencipta lagi Sang Pemberi rezeki yang mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan telanjang, tanpa sehelai benang pun. Lalu Dia SWT memberikannya berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sanggup memiliki harta benda dan melakukan beragam pekerjaan. Maka apakah sesembahan mereka selain Allah itu sanggup melakukan sedikitpun dari hal itu semua? Jawabannya adalah “Tidak!”, tak seorangpun dari mereka yang sanggup melakukan hal terkecil dari itu semua. Akan tetapi, Allah SWT adalah Dzat yang independent dalam penciptaan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan. Maha Suci Dia dari segala bentuk sekutu atau sepadan atau penyerupa, atau anak ataupun bapak. Bahkan Dia Maha Esa lagi Maha Tunggal, tempat bergantung segala sesuatu yang Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Dan rezeki ini sedikitpun tidak akan lebih atau kurang dari kadar yang telah ditentukan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” Al Qamar : 49
Pembatasan dan penentuan kadar ini tidak terlepas dari ilmu Allah tentang perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk dalam kehidupan ini. Oleh sebab itu Allah SWT telah menciptakan berbagai faktor untuk mendapatkan, mengembangkan dan memelihara harta. Sebagaimana Dia SWT juga telah menciptakan berbagai faktor yang dapat menyebabkan kerugian, berkurang dan kerusakan harta. Faktor apapun yang dilakukan oleh manusia dengan niat yang benar dan lurus, maka dia akan mendapatkan hasil sesuai denga apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Firman-Nya: “Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Al ‘Ankabuut : 62
Ini berarti bahwa, Allah SWT akan melapangkan atau menyempitkan rezeki hamba-Nya semasa di dunia yang pada demikian itu mengandung hikmah dan keadilan-Nya.
Dan oleh karena kehidupan dunia merupakan tempat ujian, maka sesungguhnya dilapangkannya rezeki bagi seorang hamba, tidak serta merta menunjukkan kemuliaannya. Sebab terkadang hal itu berlaku pada sebagian orang-orang kafir. Begitupula dengan disempitkannya rezeki atas seorang hamba, tidak serta merta menunjukkan kehinaannya. Sebab terkadang hal tersebut berlaku pada sebagian orang mukmin. Dan seorang manusia tidak akan menemui ajalnya hingga takdir rezekinya terpenuhi.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam memohon. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga rezekinya terpenuhi, sekalipun itu diperlambat. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam memohon. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.”
Hadits ini memberikan pengertian: “Berusahalah untuk santun dalam meminta rezeki kalian, sebab tak seorangpun dari kalian akan menemui ajal hingga rezekinya terpenuhi dengan sempurna sebagaimana yang telah ditentukan Allah SWT baginya.”
Sebagaimana firman-Nya: “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,” Az-Zukhruf : 32
Sekalipun terkadang rezeki manusia itu diperlambat-lantaran hikmah yang hanya Allah yang mengetahuinya-namun ia kelak akan mendapatkannya.
Oleh karena rezeki atau harta itu merupakan perkara yang paling banyak menyita waktu seseorang dan melalaikannya dari ibadah kepada Allah dan shalat, maka Dia SWT menginformasikan hamba-hamba-Nya, bahwa tujuan diciptakannya mereka adalah untuk menyembah hanya kepada-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.
Dia SWT tidak menghendaki rezeki ataupun makanan dari mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang lain. Karena Dia SWT adalah Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” Adz-Dzaariyaat : 56-58
dan firman-Nya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” Thaahaa : 132
Ayat ini memberikan pengertian, “bersabarlah dalam mendirikan shalat dan perintahlah keluargamu untuk mengerjakannya dan Kami tidak membebani kamu untuk memberi rezeki kepada seorangpun dari hamba Kami dan tidak pula memberi rezeki kepada dirimu sendiri. Akan tetapi apabila engkau melaksanakan shalat, maka rezeki akan mendatangimu dari arah yang tidak engkau sangka-sangka.”
Sumber : Eramuslim
Komentar
Posting Komentar