Azab Pedih Bagi Kaum Gay Sodom
Mereka murka karena sang utusan terang-terangan melawan kebiasaan warga melakukan homoseksual.
Berabad-abad sebelum Masehi, hidup sekelompok manusia yang gemar melakukan perbuatan nista. Para prianya merupakan gay yang selalu melakukan homoseksual. Para wanitanya pun melakukan hal sama, lesbian. Padahal, tak pernah ada sebelumnya umat manusia yang melakukan perbuatan keji tersebut. Mereka merupakan bangsa Sodom, salah satu kaum Arab kuno yang dihancurkan Allah dan tak lagi tertinggal satu pun keturunannya.
Begitu banyak kisah para pengingkar agama yang berakhir dengan azab Allah. Tapi, sebelum azab itu dijatuhkan tentu umat bandel tersebut menjalani kehidupan yang nyaman versi mereka. Tak ada seorang pun yang menyangka esok hari mereka akan binasa. Tentu saja, Allah selalu mengutus nabi kepada orang-orang yang melampaui batas tersebut untuk memberi peringatan bahwa azab Allah sangat dekat bagi setiap pengingkar. Jika mereka menurut, azab akan ditangguhkan.
Seorang putra Haran dari wilayah Ur, Luth (Lot), mengikuti jejak pamannya, Ibrahim (Abraham), ke negeri Kanaan. Setiba di sana, Luth ditugaskan Allah berdakwah ke Kota Sodom dan Gamora (Gomorrah) yang berlokasi di sepanjang timur laut Laut Mati atau saat ini dari Palestina hingga Yordania. Adapun ibu kota Sodom terletak di utara Laut Mati. Kedatangan Luth bukanlah hari spesial bagi Bangsa Sodom.
Tapi, seluruh negeri kemudian dikejutkan dengan pengakuan Luth sebagai utusan Tuhan. :Mengapa kalian tidak bertakwa? Sungguh, aku ini seorang rasul yang diutus kepadamu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan, aku tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu. Upahku hanyalah dari Tuhan seluruh alam,” ujar Luth.
Bangsa Sodom pun kemudian dibuat murka karena sang utusan terang-terangan melawan kebiasaan warga melakukan homoseksual. Menanggapi kedatangan Luth, mereka pun tak acuh. Ucapan Luth bagai angin lalu. Luth dianggap tak waras karena mengusik kehidupan mereka. Meski demikian, Nabiyullah tak putus asa. Ia terus mengajak mereka kembali pada agama Allah.
Apa jawaban kaum Sodom? Tentu saja mereka menolaknya mentah-mentah. Hawa nafsu telah menguasai setiap jiwa mereka. Bukan menerima pelajaran Luth, mereka justru mengancam utusan Allah tersebut. “Hai Luth! Jika kau tidak berhenti, kau akan termasuk orang-orang yang terusir,” ancam warga Sodom. Dengan sabar, Luth hanya menimpali, “Sungguh aku benci pada perbuatan kalian.”
Semakin Luth menyampaikan dakwah, semakin enggan mereka bertaubat dari kemungkaran. Mereka begitu enggan meninggalkan kegiatan homoseksual. Mereka tak mau menghentikan kekerasan perkosaan. Mereka masih akan terus melakukan perampokan dan penganiayaan pada para musafir. Tak ada penghormatan sedikitpun pada Luth. Mereka justru menantang azab yang diancam pada mereka. “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar,” ujar mereka menyombongkan diri.
Suatu hari, Allah mengutus tiga malaikat untuk menyamar menjadi pria yang sangat tampan nan mempesona. Mereka menuju sungai di mana putri Luth tengah mengabil air. “Wahai nona, adakah tempat istirahat di sini?" ujar salah seorang malaikat menyamar sebagai musafir, bertanya pada putri Luth. Melihat wajah yang sangat luar biasa, putri Luth ketakutan mereka akan dilukai warga jika memasuki negeri Sodom.
“Tunggulah di sini sampai aku memberitahu kalian kepada ayahku dan kembali,” ujar putri Luth lantas segera berlari pulang ke rumah meninggalkan bejana air. Setibanya di rumah, ia pun melaporkannya pada sanga ayah dengan menangis.
Berabad-abad sebelum Masehi, hidup sekelompok manusia yang gemar melakukan perbuatan nista. Para prianya merupakan gay yang selalu melakukan homoseksual. Para wanitanya pun melakukan hal sama, lesbian. Padahal, tak pernah ada sebelumnya umat manusia yang melakukan perbuatan keji tersebut. Mereka merupakan bangsa Sodom, salah satu kaum Arab kuno yang dihancurkan Allah dan tak lagi tertinggal satu pun keturunannya.
Begitu banyak kisah para pengingkar agama yang berakhir dengan azab Allah. Tapi, sebelum azab itu dijatuhkan tentu umat bandel tersebut menjalani kehidupan yang nyaman versi mereka. Tak ada seorang pun yang menyangka esok hari mereka akan binasa. Tentu saja, Allah selalu mengutus nabi kepada orang-orang yang melampaui batas tersebut untuk memberi peringatan bahwa azab Allah sangat dekat bagi setiap pengingkar. Jika mereka menurut, azab akan ditangguhkan.
Seorang putra Haran dari wilayah Ur, Luth (Lot), mengikuti jejak pamannya, Ibrahim (Abraham), ke negeri Kanaan. Setiba di sana, Luth ditugaskan Allah berdakwah ke Kota Sodom dan Gamora (Gomorrah) yang berlokasi di sepanjang timur laut Laut Mati atau saat ini dari Palestina hingga Yordania. Adapun ibu kota Sodom terletak di utara Laut Mati. Kedatangan Luth bukanlah hari spesial bagi Bangsa Sodom.
Tapi, seluruh negeri kemudian dikejutkan dengan pengakuan Luth sebagai utusan Tuhan. :Mengapa kalian tidak bertakwa? Sungguh, aku ini seorang rasul yang diutus kepadamu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan, aku tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu. Upahku hanyalah dari Tuhan seluruh alam,” ujar Luth.
Bangsa Sodom pun kemudian dibuat murka karena sang utusan terang-terangan melawan kebiasaan warga melakukan homoseksual. Menanggapi kedatangan Luth, mereka pun tak acuh. Ucapan Luth bagai angin lalu. Luth dianggap tak waras karena mengusik kehidupan mereka. Meski demikian, Nabiyullah tak putus asa. Ia terus mengajak mereka kembali pada agama Allah.
Apa jawaban kaum Sodom? Tentu saja mereka menolaknya mentah-mentah. Hawa nafsu telah menguasai setiap jiwa mereka. Bukan menerima pelajaran Luth, mereka justru mengancam utusan Allah tersebut. “Hai Luth! Jika kau tidak berhenti, kau akan termasuk orang-orang yang terusir,” ancam warga Sodom. Dengan sabar, Luth hanya menimpali, “Sungguh aku benci pada perbuatan kalian.”
Semakin Luth menyampaikan dakwah, semakin enggan mereka bertaubat dari kemungkaran. Mereka begitu enggan meninggalkan kegiatan homoseksual. Mereka tak mau menghentikan kekerasan perkosaan. Mereka masih akan terus melakukan perampokan dan penganiayaan pada para musafir. Tak ada penghormatan sedikitpun pada Luth. Mereka justru menantang azab yang diancam pada mereka. “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar,” ujar mereka menyombongkan diri.
Suatu hari, Allah mengutus tiga malaikat untuk menyamar menjadi pria yang sangat tampan nan mempesona. Mereka menuju sungai di mana putri Luth tengah mengabil air. “Wahai nona, adakah tempat istirahat di sini?" ujar salah seorang malaikat menyamar sebagai musafir, bertanya pada putri Luth. Melihat wajah yang sangat luar biasa, putri Luth ketakutan mereka akan dilukai warga jika memasuki negeri Sodom.
“Tunggulah di sini sampai aku memberitahu kalian kepada ayahku dan kembali,” ujar putri Luth lantas segera berlari pulang ke rumah meninggalkan bejana air. Setibanya di rumah, ia pun melaporkannya pada sanga ayah dengan menangis.
Mereka pun menjadi tamu misterius di tempat tinggal Luth. Melihat ketampanan tamunya, Luth pun merasa ketakutan jikalau warganya mengetahui maka akan terjadi hal buruk pada tamu tersebut. Ia sangat gelisah karena merasa tak akan mampu melindungi tamunya.
“Janganlah kamu takut, jangan pula susah. Sesungguhnya, kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu kecuali isterimu. Dia adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan,” ujar utusan tersebut. Mendengarnya, tahulah Luth bahwa tamunya merupakan jelmaan dari malaikat Allah.
Dengan diam-diam, istri Luth mengabarkan tamu misterius tersebut kepada warga Sodom. Padahal, Luth telah berpesan pada istri dan dua putrinya untuk merahasiakan kehadiran tamu tersebut. Tapi, istri dari nabi bukan jaminan bagi seorang wanita menjadi beriman dan bertakwa. Maka berkumpullah para gay di negeri tersebut di rumah Luth. Mereka ingin menyaksikan dan menikmati ketampanan tamu tersebut.
“Sesungguhnya, mereka adalah tamuku. Jangan kalian membuatku malu, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina,” seru Luth melihat warga mengepung rumahnya.
“Dan bukankah kami telah melarangmu dari melindungi manusia?” ujar salah seorang dari mereka.
“Inilah putri-putriku, kawinlah dengan mereka, jika kamu hendak berbuat secara halal,” kata Luth.
Tapi, warga tetap keras kepala, mereka menerobos masuk rumah Luth karena hawa nafsu. Tapi, dengan kekuasaan Allah, mereka tak mampu melihat para malaikat berwujud manusia tampan tersebut. Tiba-tiba saja mereka tak mampu melihat. Luth pun tak peduli lagi pada warga terlaknat tersebut.
Ia segera bergegas meninggalkan negeri Sodom bersama keluarganya. Malaikat berpesan, “Pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu menoleh kebelakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang di perintahkan kepadamu,” kata malaikat utusan tersebut terakhir kali sebelum pergi.
Maka, keluarlah Luth dari negeri Sodom bersama istri dan dua putrinya di tengah malam. Mereka bergegas dan tak menoleh sedikit pun ke negeri yang dimurkai Allah tersebut. Tapi, diperjalanan, sang istri berjalan lambat dan terus saja menoleh karena penasaran benarkah adzab akan menimpa negeri Sodom. Saat menjelang matahari terbit, Luth dan dua putrinya sampai di sebuah bukit jauh dari Sodom.
Saat itulah terdengar suara bumi dan langit sekan melampiaskan kemarahan. Suara keras mengguntur dari langit dan menurunkan hujan batu. Bumi pun bergoncang dan membalikkan Kota Sodom. Adzab Allah begitu mengerikan hingga membinasakan seluruh warga Sodom, tak terkecuali istri Luth yang membangkang. Hancur sudah kota para pelaku maksiat dengan kekuasaan Allah yang Agung.
Kisah tentang bangsa Sodom tersebut sangat terkenal tak hanya dikalangan Muslim, tapi juga Kristini dan Yahudi. Di dalam Alquran, kisah tersebut banyak disebut dalam dibeberapa surah, yakni al-Ankabuut ayat 28-35, Asy-Syuara ayat 160-168, al-A'raaf ayat 80-82, serta al-Hijr ayat 59-77. Kisah secara rinci juga terdapat dalam banyak tafsir Alquran.
Oleh: Afriza Hanifa
Komentar
Posting Komentar