Bisakah Manusia Hidup Jauh dari Matahari?
Para peneliti dari Pennsylvania State University di Amerika Serikat baru-baru ini mengusulkan batas-batas baru dari zona layak huni pada planet-planet selain Bumi.
Berdasarkan hasil koreksi dari koefisien penyerapan molekul air dan karbondioksida, mereka menarik kesimpulan bahwa zona layak huni bisa berada jauh dari matahari.
Penelitian ini sangat penting untuk merencanakan proyek-proyek masa depan, yang mana mencari planet ekstrasurya atau planet-planet lain di luar tata surya.
Zona layak huni memiliki kriteria, seperti adanya ruang antara bintang dan Bumi yang mirip atmosfer. Ruang itu harus memiliki komposisi nitrogen, air, dan karbondioksida. Sifat atmosfer inilah yang mempengaruhi batas-batas dari zona layak huni.Karya terbaru dari kelompok peneliti dari Pennsylvania State University, NASA, Universitas Washington dan University of Bordeaux, sekaligus mematahkan studi sebelumnya yang dikembangkan oleh George Casting pada tahun 1993.
Model sebelumnya menyatakan, bahwa batas-batas internal dan eksternal matahari dan zona layak huni adalah 0,95 dan 1,67 unit astronomi (dalam satuan astronomi jarak dari matahari ke bumi 1,5 juta kilometer).
Namun, perlu dicatat, bahwa itu adalah model sederhana dari planet, tanpa mengukur adanya ruang atmosfer. Artinya, jika letak Bumi berada di pinggir tata surya, masih tetap cocok untuk kehidupan.
Menurut Ravi Kumar Kopparapu, penulis penelitian, model yang dibuat Casting sudah usang. Koefisien penyerapan radiasi matahari oleh molekul air dan karbon dioksida tidak tepat. "Padahal, radiasi dari matahari sangat mempengaruhi ruang atsmosfer dan suhu dari air," kata Kopparapu, dilansir Spacedaily, 18 Februari 2013.
Sementara para peneliti lain juga beranggapan bahwa model penelitian terdahulu tidak akurat, karena tidak memperhatikan fungsi ruang di atsmosfer.
"Sebenarnya ruang atsmosfer itu memiliki fungsi ketika terjadi radiasi Bumi, bisa untuk mencegah panas di planet dan juga bisa menjadi 'selimut' untuk menjaga kehangatan di lingkungan planet agar tidak hilang ke luar angkasa," jelas Kopparapu.
Studi yang sudah diterbitkan di Astrophysical Journal ini mencatat data dari penyerapan radiasi matahari di Bumi dan mengklarifikasi mekanisme fisik dari radiasi di ruang atsmosfer.
100 Planet Baru Selain teks, para penulis juga telah mengembangkan kalkulator zona layak huni, yaitu program online, yang membantu untuk menghitung batas-batas zona layak huni.
Gunanya adalah untuk menemukan zona layak huni baru untuk menggantikan Bumi yang sudah mulai sesak di masa yang akan datang.
Sebelumnya teleskop luar angkasa NASA, Keppler, menemukan lebih dari 2.300 planet potensial ditinggali sejak Maret 2009. Namun, hanya sekitar 100 yang bisa dikonfirmasi hingga sekarang. Para ilmuwan masih meneliti planet-planet tersebut dan menentukan mana yang paling mungkin menjadi habitat baru bagi makhluk hidup di Bumi.
Berdasarkan hasil koreksi dari koefisien penyerapan molekul air dan karbondioksida, mereka menarik kesimpulan bahwa zona layak huni bisa berada jauh dari matahari.
Penelitian ini sangat penting untuk merencanakan proyek-proyek masa depan, yang mana mencari planet ekstrasurya atau planet-planet lain di luar tata surya.
Zona layak huni memiliki kriteria, seperti adanya ruang antara bintang dan Bumi yang mirip atmosfer. Ruang itu harus memiliki komposisi nitrogen, air, dan karbondioksida. Sifat atmosfer inilah yang mempengaruhi batas-batas dari zona layak huni.Karya terbaru dari kelompok peneliti dari Pennsylvania State University, NASA, Universitas Washington dan University of Bordeaux, sekaligus mematahkan studi sebelumnya yang dikembangkan oleh George Casting pada tahun 1993.
Model sebelumnya menyatakan, bahwa batas-batas internal dan eksternal matahari dan zona layak huni adalah 0,95 dan 1,67 unit astronomi (dalam satuan astronomi jarak dari matahari ke bumi 1,5 juta kilometer).
Namun, perlu dicatat, bahwa itu adalah model sederhana dari planet, tanpa mengukur adanya ruang atmosfer. Artinya, jika letak Bumi berada di pinggir tata surya, masih tetap cocok untuk kehidupan.
Menurut Ravi Kumar Kopparapu, penulis penelitian, model yang dibuat Casting sudah usang. Koefisien penyerapan radiasi matahari oleh molekul air dan karbon dioksida tidak tepat. "Padahal, radiasi dari matahari sangat mempengaruhi ruang atsmosfer dan suhu dari air," kata Kopparapu, dilansir Spacedaily, 18 Februari 2013.
Sementara para peneliti lain juga beranggapan bahwa model penelitian terdahulu tidak akurat, karena tidak memperhatikan fungsi ruang di atsmosfer.
"Sebenarnya ruang atsmosfer itu memiliki fungsi ketika terjadi radiasi Bumi, bisa untuk mencegah panas di planet dan juga bisa menjadi 'selimut' untuk menjaga kehangatan di lingkungan planet agar tidak hilang ke luar angkasa," jelas Kopparapu.
Studi yang sudah diterbitkan di Astrophysical Journal ini mencatat data dari penyerapan radiasi matahari di Bumi dan mengklarifikasi mekanisme fisik dari radiasi di ruang atsmosfer.
100 Planet Baru Selain teks, para penulis juga telah mengembangkan kalkulator zona layak huni, yaitu program online, yang membantu untuk menghitung batas-batas zona layak huni.
Gunanya adalah untuk menemukan zona layak huni baru untuk menggantikan Bumi yang sudah mulai sesak di masa yang akan datang.
Sebelumnya teleskop luar angkasa NASA, Keppler, menemukan lebih dari 2.300 planet potensial ditinggali sejak Maret 2009. Namun, hanya sekitar 100 yang bisa dikonfirmasi hingga sekarang. Para ilmuwan masih meneliti planet-planet tersebut dan menentukan mana yang paling mungkin menjadi habitat baru bagi makhluk hidup di Bumi.
Komentar
Posting Komentar