Bagaimana Cara Membedakan Bayi Menangis Karena Marah, Takut atau Kesakitan?
Bayi berkomunikasi dengan orang dewasa dengan cara menangis, karena hanya itu yang dia bisa. Membedakan tangisan karena marah, takut atau kesakitan tidaklah mudah atau malah hampir mustahil. Untungnya, sebuah penelitian berupaya mencari petunjuknya.
“Menangis adalah sarana utama bayi untuk dapat mengkomunikasikan emosi negatif dan dalam sebagian besar kasus adalah satu-satunya cara untuk bisa mengungkapkannya,” kata Mariano Choliz, peneliti dari University of Valencia seperti dilansir Medical Xpress, Kamis (21/2/2013).Bersama rekan-rekannya, Choliz mencoba mengamati perbedaan pola tangisan 20 bayi berusia 3 – 18 bulan akibat tiga emosi utama, yaitu takut, marah dan sakit. Peneliti juga mengamati kemampuan orang dewasa untuk mengenali emosi penyebab bayi menangis.
Dalam laporan yang dimuat Spanish Journal of Psychology, peneliti menemukan bahwa cara membedakannya ada pada gerakan mata dan intensitas teriakan bayi. Sayangnya, kebanyakan orang dewasa kesulitan mengenali tangisan akibat marah dan takut.
“Meskipun tidak dapat mengenali penyebabnya dengan benar, bayi yang menangis karena sakit akan menimbulkan reaksi afektif yang lebih intens daripada ketika menangis karena marah atau takut,” papar Choliz. Menurut peneliti, rasa sakit paling mudah dikenali disebabkan karena menangis merupakan peringatan adanya ancaman bagi kesehatan atau kelangsungan hidup. Oleh karena itu, tangisan karena sakit membutuhkan respons yang segera dari pengasuh atau orang dewasa.
Ketika bayi menangis, terjadi banyak ketegangan di otot dahi, alis dan bibir sehingga membuat mulut terbuka dan pipi terangkat. Adapun perbedaan pola yang ditampilkan bayi saat menangis karena 3 emosi negatif antara lain:
1. Menangis karena marah
Ketika marah, kebanyakan bayi akan membuat matanya setengah tertutup, bisa sambil mencari-cari ke arah tertentu atau melakukan gerakan-gerakan tertentu. Mulutnya terbuka atau setengah terbuka dan intensitas teriakannya semakin kencang.
2. Menangis karena takut
Ketika ketakutan, mata bayi terbuka hampir sepanjang waktu. Selain itu, terkadang bayi menampakkan tatapan yang tajam dan menggerakkan kepalanya ke belakang. Teriakannya semakin membahana jika ketakutannya semakin meningkat.
3. Menangis karena sakit
Ketika merasa sakit atau nyeri, mata bayi terus ditutup. Matanya terbuka hanya untuk beberapa saat dan menatap jarak jauh. Bayi juga menampakkan sedikit ketegangan di daerah mata dan mengerutkan kening. Tangisan langsung dimulai dalam intensitas maksimum segera setelah terkena penyebab nyeri atau sakit.
(pah/vta/Detik)
“Menangis adalah sarana utama bayi untuk dapat mengkomunikasikan emosi negatif dan dalam sebagian besar kasus adalah satu-satunya cara untuk bisa mengungkapkannya,” kata Mariano Choliz, peneliti dari University of Valencia seperti dilansir Medical Xpress, Kamis (21/2/2013).Bersama rekan-rekannya, Choliz mencoba mengamati perbedaan pola tangisan 20 bayi berusia 3 – 18 bulan akibat tiga emosi utama, yaitu takut, marah dan sakit. Peneliti juga mengamati kemampuan orang dewasa untuk mengenali emosi penyebab bayi menangis.
Dalam laporan yang dimuat Spanish Journal of Psychology, peneliti menemukan bahwa cara membedakannya ada pada gerakan mata dan intensitas teriakan bayi. Sayangnya, kebanyakan orang dewasa kesulitan mengenali tangisan akibat marah dan takut.
“Meskipun tidak dapat mengenali penyebabnya dengan benar, bayi yang menangis karena sakit akan menimbulkan reaksi afektif yang lebih intens daripada ketika menangis karena marah atau takut,” papar Choliz. Menurut peneliti, rasa sakit paling mudah dikenali disebabkan karena menangis merupakan peringatan adanya ancaman bagi kesehatan atau kelangsungan hidup. Oleh karena itu, tangisan karena sakit membutuhkan respons yang segera dari pengasuh atau orang dewasa.
Ketika bayi menangis, terjadi banyak ketegangan di otot dahi, alis dan bibir sehingga membuat mulut terbuka dan pipi terangkat. Adapun perbedaan pola yang ditampilkan bayi saat menangis karena 3 emosi negatif antara lain:
1. Menangis karena marah
Ketika marah, kebanyakan bayi akan membuat matanya setengah tertutup, bisa sambil mencari-cari ke arah tertentu atau melakukan gerakan-gerakan tertentu. Mulutnya terbuka atau setengah terbuka dan intensitas teriakannya semakin kencang.
2. Menangis karena takut
Ketika ketakutan, mata bayi terbuka hampir sepanjang waktu. Selain itu, terkadang bayi menampakkan tatapan yang tajam dan menggerakkan kepalanya ke belakang. Teriakannya semakin membahana jika ketakutannya semakin meningkat.
3. Menangis karena sakit
Ketika merasa sakit atau nyeri, mata bayi terus ditutup. Matanya terbuka hanya untuk beberapa saat dan menatap jarak jauh. Bayi juga menampakkan sedikit ketegangan di daerah mata dan mengerutkan kening. Tangisan langsung dimulai dalam intensitas maksimum segera setelah terkena penyebab nyeri atau sakit.
(pah/vta/Detik)
Komentar
Posting Komentar