Jose Mujica, Presiden Termiskin di Dunia

Sebagian besar politisi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, biasanya memiliki gaya hidup yang berbeda 180 derajat dengan rakyat pemilihnya. Tinggal di rumah mewah, pakaian mahal, mobil mewah, dan gaji besar. Namun, semua hal itu tidak berlaku bagi Presiden Uruguay, Jose Mujica. Sejak dilantik menjadi presiden pada 2010 lalu, politisi berusia 77 tahun ini layak mendapat gelar presiden termiskin di dunia.
bbc
Bagaimana tidak, pria bernama lengkap José Alberto Mujica Cordano ini mendonasikan 90 persen gajinya setiap bulan, yaitu 12.000 dollar AS atau hampir Rp 120 juta, untuk berbagai kegiatan amal. Tak hanya itu, pria yang oleh kawan-kawannya dipanggil Pepe ini juga menolak tinggal di kediaman resmi kepresidenan di ibu kota, Montevideo. Mujica lebih memilih tinggal di tanah pertanian di luar ibu kota. Bahkan, jalan menuju kediaman Mujica belum dilapisi aspal.
Tak ada penjagaan ketat pasukan elite kepresidenan. Hanya dua polisi dan anjingnya yang hanya memiliki tiga kaki, Manuela, yang terlihat mengawasi di pintu masuk pertaniannya. Di pertaniannya, Mujica dan istrinya bahkan menanam sendiri bunga-bunga yang menjadi pemasukan baginya. Apa alasan Mujica memilih hidup sederhana meski jabatannya adalah seorang presiden?


Saya disebut presiden termiskin di dunia, tetapi saya tak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk menjaga gaya hidup mewahnya dan selalu menginginkan lebih.
Jose Mujica



"Hampir seluruh hidup saya habiskan dengan cara seperti ini. Saya bisa hidup baik dengan apa yang saya miliki saat ini," kata Mujica sambil duduk di sebuah kursi tua di kebunnya.

Dengan mendonasikan sebagian besar gajinya sebagai presiden untuk rakyat miskin dan pengusaha kecil, maka setiap bulan Mujica hanya menerima kurang dari Rp 800.000.

Pada 2010, ketika kekayaan pribadinya diumumkan—yang merupakan kewajiban pejabat publik Uruguay, saat itu total kekayaan Mujica hanya 1.000 dollar AS atau kurang dari Rp 10 juta. Uang sebanyak itu hanya bisa digunakan untuk membeli sebuah mobil VW Beetle keluaran 1987.

Setelah dua tahun menjadi presiden, kekayaan Mujica memang bertambah. Itu pun setelah dia menambahkan aset milik istrinya berupa tanah, beberapa traktor, dan sebuah rumah. Kekayaannya mencapai 215.000 dollar AS atau sekitar Rp 2 miliar, masih terbilang miskin untuk seorang kepala negara. Bahkan, kekayaan Wapres Daniel Astori dua pertiga kali lebih besar ketimbang orang nomor satu di negeri juara dunia sepak bola pertama kali itu.

Bekas pemberontak

Apa penyebab Mujica begitu miskin? Ternyata, selama 1960-an sampai 1970-an, dia adalah anggota pemberontak Tupamaros, kelompok bersenjata berhaluan kiri yang terinspirasi revolusi Kuba. Dia pernah enam kali tertembak dan mendekam 14 tahun di penjara. Sebagian besar masa penahanannya dilalui dalam kondisi yang sangat buruk dan dalam sel isolasi. Namun, masa-masa dia dalam penjara itulah yang menurut Mujica membentuk kepribadian dan pandangan hidupnya.

"Saya disebut presiden termiskin di dunia, tetapi saya tak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk menjaga gaya hidup mewahnya dan selalu menginginkan lebih," ujarnya berfilosofi.

"Ini adalah masalah kebebasan. Jika Anda tak memiliki banyak barang maka Anda tak perlu bekerja keras untuk mempertahankannya dan bekerja seumur hidup layaknya budak. Dengan cara seperti ini, Anda memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri," tambah dia.

"Banyak yang mengatakan saya orang tua gila atau eksentrik, tapi ini adalah masalah pilihan," lanjut dia.

Meski banyak mengundang pujian, tetap saja banyak yang mengkritik. Kelompok oposisi mengatakan, pemerintahan Mujica tak bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperbaiki pelayanan publik, khususnya kesehatan dan pendidikan. Akibatnya, popularitas Mujica menurun hingga 50 persen saat ini.

Namun, Mujica tak perlu khawatir soal popularitas. Undang-undang Uruguay membatasi masa jabatan presiden hanya satu kali. Itu berarti, pada 2014 mendatang Mujica akan pensiun dan menghabiskan waktunya menanam bunga ditemani istrinya dan Manuela, si anjing berkaki tiga.

Sumber :
BBC /Kompas

Jika ada yang bisa menjadi teladan dalam hal kesederhanaan, dia adalah José Mujica, pesiden Uruguay yang memilih meninggalkan istana kepresidenan dan tinggal di rumah pertanian, mendonasikan sebagian besar gajinya untuk proyek-proyek sosial, terbang di kelas ekonomi, dan menyetir sendiri mobil Volkswagen Beetle tua.
Presiden Uruguay Jose Mujica (kiri) hidup sangat sederhana dan mengundang kekaguman di seluruh dunia, termasuk dari group musik rock Aerosmith.
Namun mantan gerilyawan ini sangat tidak suka dijuluki sebagai “presiden termiskin di dunia” dan, di umurnya yang menginjak 78 tahun, ia sudah cukup lama terjun di politik untuk tahu betapa bodohnya menjadikan diri sendiri sebagai contoh bagi yang lain.

"Jika aku meminta orang lain untuk hidup seperti caraku, mereka akan membunuhku," kata Mujica dalam sebuah wawancara dengan media Inggris, The Guardian.

Presiden adalah mantan gerilyawan Tupamaros, yang terkenal di awal 1970an karena sering merampok bank, menculik orang dan membagikan makanan curian untuk warga miskin. Dia pernah ditembak polisi enam kali dan menghabiskan 14 tahun di penjara militer, dan cukup lama disekap di ruang bawah tanah.

Namun sejak menjadi pemimpin Uruguay pada 2010, dia telah mendapat pujian sekaligus kontroversi di seluruh dunia karena hidup dengan caranya sendiri, menolak pengeluaran yang berlebihan dan mendukung kebijakan perkawinan sesama jenis, aborsi dan legalisasi ganja, yang membuat Uruguay menjadi negara paling liberal kehidupan sosialnya di Amerika Latin.

Pujian datang dari semua spektrum politik. Mujica mungkin satu-satunya pemimpin sayap kiri di dunia yang dipuji tabloid Inggris Daily Mail, yang memujanya sebagai pemimpin yang bisa dipercaya dan karismatik, dalam artikel berjudul: “Akhirnya, ada Politisi yang tidak Bohong tentang Pengeluarannya.”

Namun pria dengan nama panggilan Pepe ini mengatakan mereka yang menganggapnya miskin tidak paham arti kekayaan.

"Aku bukan presiden paling miskin. Orang paling miskin adalah mereka yang butuh banyak hal untuk bisa hidup," ujarnya.

"Gaya hidupku adalah akibat dari derita yang kualami. Aku putra dari sejarahku sendiri. Ada tahun-tahun di mana aku sudah cukup senang punya kasur saja."

Dia hidup dengan istrinya, Lucía Topolansky, seorang anggota Kongres terkemuka yang juga bertindak sebagai pejabat pelaksana presiden.

Di rumahnya, hanya ada dua penjaga di mulut gang, dan anjing miliknya yang berkaki tiga, Manuela.

Mujica bangga dengan negaranya – salah satu yang paling aman dan paling rendah tingkat korupsinya di kawasan itu– dan dia menggambarkan Uruguay sebagai “pulau pengungsian di dunia yang penuh orang gila ".

Negara itu juga bangga dengan tradisi sosialnya. Pemerintah menentukan harga-harga komoditas penting seperti susu, dan menyediakan komputer dan sekolah gratis untuk semua anak.

Legalisasi Ganja

Industri energi penting dan telekomunikasi dinasionalisasi. Para pendahulu Mujica menjadikan Uruguay salah satu yang terdepan dalam hal pembatasan konsumsi tembakau. Namun awal pekan ini, Uruguay mengesahkan undang-undang yang memberi kekuasaan negara untuk memproduksi, mendistribusikan dan menjual ganja.

Meski demikian, Mujica enggan menyebut Uruguay sebagai negara liberal, sama enggannya dia disebut sebagai presiden termiskin.

"Negaraku tidak sepenuhnya terbuka. Cara-cara kami ini logis saja," ujarnya.

"Soal ganja, ini tidak ada kaitannya dengan liberal. Kami ingin menjauhkan pengguna dari pengedar gelap. Tapi kami juga membatasi hak mereka untuk mengisap (ganja) jika melampaui takaran konsumsi yang dibenarkan. Ini seperti alkohol. Jika anda meminum sebotol wiski sehari, maka anda harus dirawat sebagai orang sakit."


Pilihan Uruguay untukmemperbaki kehidupan sosialnya juga terhalang oleh kekuatan kapital global, ujarnya.

"Saya muak dengan hal ini. Kita hidup di jaman di mana kita tidak bisa hidup tanpa menerima logika pasar," kata presiden.

"Politik kontemporer (masa kini) cuma soal pragmatisme jangka pendek. Kita telah meninggalkan agama dan filsafat. Yang kita punya sekarang adalah secara otomatis melakukan apa yang disuruh oleh pasar."

Benci Kaitan Pertumbuhan dan Konsumsi
Presiden hidup dengan caranya dan mendorong penggunaan energi terbarukan serta daur ulang dalam kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam Konferensi PBB Rio+20 tentang pembangunan berkelanjutan tahun lalu, dia menentang “obsesi buta” bahwa pertumbuhan ekonomi bisa didorong dengan peningkatan konsumsi.

Namun, dengan perekonomian Uruguay yang tumbuh di atas 3%, Mujica dengan agak menggerutu juga mengakui dia harus mewujudkan ekspansi material.

"Aku adalah presiden. Aku berjuang menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan investasi karena rakyat meminta lebih banyak. Aku mencoba meningkatkan konsumsi namun juga mengerem konsumsi tak perlu. Aku menentang pemborosan energi, sumber daya dan waktu. Kita perlu membangun hal-hal yang tahan lama. Itu idealnya, namun mungkin tidak realistis karena kita hidup dalam era akumulasi.”

Ditanya soal solusi yang dia punya tentang kotradiksi ini, presiden mengaku tidak punya jawabannya. Namun mantan penganut Marxisme ini mengatakan cara mencari solusi harus lewat jalan politik.

"Kita bisa mendaur ulang nyaris semuanya sekarang ini. Jika kita hidup dengan cara kita sendiri – dengan hati-hati – tujuh miliar populasi dunia akan bisa mencukupi kebutuhan mereka. Politik global harus mengarah ke sana," katanya. "Namun kita perlu berpikir sebagai rakyat dan negara, bukan spesies."

Mujica dan istrinya juga bercerita dengan hangat soal pertemuan mereka dengan Che Guevara, dan presiden menduga dia mungkin pemimpin terakhir yang bertemu Mao Zedong. Namun perasaannya campur aduk soal konflik danaksi protes yang merebak di Brasil, Turki, Mesir dan negara-negara lain.

"Dunia selalu butuh revolusi, namun itu bukan berarti aksi tembak dan kekerasan. Revolusi adalah ketika anda mengubah cara berpikir anda. Kong Hu Chu dan Kristen juga revolusioner," kata dia.

Namun dia sangat sinis menilai aksi demonstrasi yang digalang jejaring sosial yang dengan cepat raib sebelum mampu menciptakan sesuatu yang tahan lama.

"Para demonstran itu mungkin kemudian bekerja di perusahaan multinasional, lalu meninggal karena penyakit modern. Semoga saya keliru."

Riwayat penting Mujica
1969 Aktif di kelompok revolusi Tupamaros, yang dijuluki sebagai “gerilyawan Robin Hood" karena merampok truk-truk barang dan membagikan makanan serta uang ke warga miskin.

1970 Pertama kali ditangkap, dari total empat kali penangkapan yang dialaminya. Mujica kabur dari penjara Punta Carretas, lalu tertembak dan terluka beberapa kali dalam pertikaian dengan aparat keamanan.

1972 Dipenjara lagi. Selama lebih dari satu dekade dia dipenjara, termasuk dua tahun diisolasi di dasar sebuah sumur di mana dia bicara dengan katak dan serangga untuk menjaga pikirannya agar tetap waras.

1985 Demokrasi dihidupkan lagi di Uruguay dan Mujica dibebaskan di bawah undang-undang amnesti.

1994 Terpilih sebagai wakil ketua parlemen dan tiba di gedung parlemen naik Vespa. Seorang petugas parkir yang kaget bertanya: "Anda akan lama di sini?” Mujica menjawab: "Memang itu yang kuharapkan."

2009 Memenangi pemilihan presiden. Satu-satunya perkataan dia ke media: "Terlepas dari kata-kata pemanis ini, dunia tidak akan berubah." Dia lalu memperkenalkan gaya pemerintahan tengah-kiri seperti Lula di Brasil dan Bachelet in Chili, bukan pemerintahan kiri seperti Hugo Chávez di Venezuela.

2012 Disambut meriah usai berpidato di Konferensi PBB Rio+20 tentang pembangunan berkelanjutan di mana dia menyerukan perlawanan atas konsumsi gila-gilaan yang menghancurkan lingkungan. "Penyebabnya adalah model peradaban yang kita ciptakan. Dan hal yang perlu kita tinjau ulang adalah cara hidup kita."

2012 Mengumumkan bahwa istana kepresidenan termasuk salah satu lokasi penampungan para gelandangan milik negara. Sembari melakukan itu, Mujica tetap tinggal di rumah pedesaan kecilnya di luar Montevideo.

2013 Pemerintahan Mujica mengajukan legalisasi ganja ke Kongres. "Iini tidak ada kaitannya dengan liberal. Kami ingin menjauhkan pengguna dari pengedar gelap."

Sumber:The Guardian / Beritasatu

Komentar

Postingan Populer