Islam di Eropa, Justru Bermula di Prancis?

Prancis sebagai kiblat mode dunia memang menjanjikan berbagai kemewahan. Pesona alam yang indah seolah tak berhenti memberi inspirasi untuk menghasilkan karya. Tak heran kalau di Prancis banyak dikenal seniman kelas dunia yang mampu melahirkan karya-karya besar. Tapi siapa sangka bahwa kemajuan mode yang dicapai Prancis saat ini dipengaruhi oleh budaya Islam sejak lama. Hal ini bisa dibuktikan dengan ditemukannya beberapa artefak di beberapa lokasi yang dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi bernuansa Arab.
muslim prancis 490x326 Islam di Eropa, Justru Bermula di Prancis? (1)
Berdasarkan temuan-temuan artefak itu diketahui bahwa sejak abad 18, Prancis sudah dipengaruhi oleh budaya-budaya Islam. Pada abad itu banyak perajin bentuk Prancis menggunakan ornamen-ornamen Timur-Tengah dalam karya mereka dalam bentuk yang sukar dan unik, seperti pada figura dan hiasan-hiasan di tiang istana.
Sebenarnya bukan hanya penemuan benda-benda bersejarah itu saja yang membuktikan keberadaan pengaruh Islam pada peradaban Prancis. Saat ini Islam menjadi agama kedua yang paling banyak dianut masyarakat Prancis dengan pemeluk lebih dari lima juta orang. Sementara agama-agama lain yang lebih dulu berkembang, seperti Kristen Protestan, Budha, dan Yahudi, hanya menempati urutan setelahnya.

Memang sebagian besar dari penduduk muslim itu berasal dari Afrika bagian utara, seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, Mauritania, dan Senegal. Selain itu ada juga yang berasal dari Asia, seperti Turki, Libanon, Irak dan Iran. Tapi belakangan jumlah penduduk beragama muslim terus bertambah karena banyak dari warga asli Prancis yang masuk Islam secara sukarela.

Umumnya mereka masuk Islam karena tertarik melihat komitmen umat Islam terhadap agamanya. Misalnya, ketika melihat para muslimah yang komitmen menggunakan jilbab di tempat umum. Sementara lingkungan di sekitarnya banyak wanita yang berlomba memamerkan anggota tubuhnya. Maklum, Prancis terlanjur dikenal sebagai pusat perubahan mode sedunia. Sehingga hampir semua model busana yang aneh-aneh bisa dilihat dengan mudah.

Begitu juga dengan pria muslim Prancis. Umumnya mereka menjadi daya tarik karena kehidupannya relatif lebih teratur dibanding pengikut agama lainnya. Zinedine Zidane merupakan salah satu figur muslim yang dikagumi banyak orang di Prancis. Kenyataan itulah yang tidak didapat dari agama ibu mereka. Meskipun mayoritas penduduk Prancis beragama Kristen Katolik, sekitar 67% pada tahun 1994, namun pengaruh agama tersebut tidak begitu terasa pada diri pemeluknya.

Bagi mereka agama cuma sebatas tradisi yang tidak perlu diikuti sepenuhnya. Pemahaman mereka tanpa agama sekalipun masyarakat bisa mencapai kedamaian asalkan mau mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh negara. Itu sebabnya banyak gereja-gereja di beberapa kota Prancis sepi “pengunjung”. Bahkan banyak di antaranya berubah fungsi menjadi tempat-tempat wisata.

Hari Minggu yang seharusnya menjadi hari ibadah buat mereka justru sepi. Masyarakat lebih banyak memilih tinggal di rumah, berkumpul bersama keluarga, daripada menuju gereja-gereja untuk beribadah. Komitmen mereka, di hari libur semacam ini harus dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan keluarga, setelah beberapa hari menghabiskan waktu di tempat kerja.
muslim prancis1 490x326 Islam di Eropa, Justru Bermula di Prancis? (2 Habis)
Sebenarnya pihak pemerintah sudah berusaha meningkatkan minat masyarakat untuk beribadah ke gereja. Setiap perayaan hari besar agama, pemerintah menetapkannya sebagai hari libur. Begitu juga dengan tayangan televisi untuk program agama, dibuat sedemikian rupa agar orang yang menyaksikannya bisa tertarik mendalami agamanya. Tapi upaya itu belum menunjukan hasil yang menggembirakan, menurut mereka.

Beda dengan kegiatan keislaman yang dilangsungkan di beberapa masjid, semakin hari semakin banyak pengikutnya. Salah seorang aktivis Masjid An-Nour di kota Herouville, Propinsi Basse Normandie menyebutkan jumlah peserta kegiatan keislaman cenderung bertambah. Beberapa di antara mereka ada juga yang datang dari luar kota.

Sayang, besarnya animo masyarakat pada kegiatan keislaman tidak dimbangi dengan ketersedian tempat ibadah yang memadai. Secara kuantitas, jumlah masjid yang berada di Prancis sangat minim. Itupun luas bangunannya tidak terlampau besar. Sehingga banyaknya jemaah yang datang tidak bisa ditampung dalam satu ruangan yang nyaman.

Di kota Angers, letaknya sebelah Barat antara Paris dan Nantes, terdapat masjid mungil yang padat kegiatan. Bentuk masjidnya sangat sederhana tapi di tempat itu beragam kegiatan bisa ditemukan. Setiap Jumat, masjid ini dipenuhi kaum muslimin dari berbagai kota yang hendak melakukan salat Jumat berjamaah. Karena latar belakang jamaah yang bervariasi maka khutbah Jumat disampaikan dalam dua bahasa; Arab dan Prancis.

Beberapa tahun lalu sangat sulit menemukan masjid di kota-kota besar di Prancis. Masyarakat masih banyak yang menolak upaya pendirian masjid dengan berbagai argumen. Begitupun dengan pihak pemerintah setempat. Kejadian ini pernah terjadi di Caen. Meskipun kaum muslimin sudah mempunyai tanah sendiri untuk dibangun masjid namun pemerintah tidak mengizinkan dengan alasan luas tanah tidak memadai. Sehingga dikhawatirkan kalau pembangunan masjid jadi dilaksanakan akan mengganggu ketertiban warga di sekitarnya. Tapi sekarang di Caen sudah ada tiga masjid yang layak untuk beribadah.

Keberhasilan dakwah di beberapa kota di Prancis tidak bisa dipisahkan dari kegiatan jaulah yang biasa dilakukan oleh orang-orang pendatang. Dari kegiatan ini masyarakat bisa melihat langsung upaya yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap saudaranya seiman. Dengan pendekatan semacam ini banyak orang yang tertarik menekuni kegiatan-kegiatan di masjid. Ditambah lagi banyak mahasiswa-mahasiswa muslim dari luar Prancis yang gencar mengadakan beragam kegiatan dan melibatkan warga setempat. Terbentuknya perkumpulan pelajar muslim dari berbagai negara menjadi faktor lain keberhasilan dakwah di Prancis.

Komentar

Postingan Populer