Kisah Raja Zalim Pembuat Parit

"Galilah parit-parit besar dan nyalakan api didalamnya! Siapa saja yang enggan keluar dari keyakinannya menyembah Allah, bakarlah hidup-hidup di dalam parit itu!" ujar sang raja geram. Ia merupakan raja pemimpin Bani Israil.
 Gurun pasir di Mesir
Namun kala itu Bani Israil bukan lagi para hamba Allah seperti di masa nabi Musa. Mereka diliputi kekafiran dan kemaksiatan, serta melakukan perbuatan keji yang dimurkai Allah. Lupa sudah ajaran nabiyullah Musa dan peringatan Taurat.

Hingga kemudian hiduplah seorang raja yang memimpin mereka, seorang raja yang kafir nan kejam. Raja itu menganggap dirinya sebagai Tuhan dan geram jika warganya menyembah selainnya.

Kisah bermula ketika sang raja mengutus seorang pemuda untuk mempelajari sihir. Kala itu tukang sihir kerajaan telah berusia sepuh. Dialah yang meminta raja merekrut sang pemuda untuk menggantikan dirinya bertugas menjadi "penasihat" kerajaan. "Sungguh saya telah tua, maka carilah seorang pemuda yang akan saya ajarkan sihir," pinta si tukang sihir pada raja. Raja pun menyanggupi dan segera menugaskan pemuda belia untuk belajar sihir pada tukang sihir tersebut.

Maka berangkatlah si pemuda menuju kediaman tukang sihir untuk segera mendapatkan ilmu-ilmu hitam darinya. Namun ditengah jalan, ia justru bertemu seorang Rahib Yahudi yang beriman dan bertakwa pada Allah. Sang rahib tengah memberikan pelajaran agama dalam sebuah perkumpulan kecil.

Di tengah kacau balaunya agama bani Israil, masih hidup rahib yang terus mengagungkan asma Allah. Si pemuda pun tertarik padanya. Bukan melanjutkan perjalanan, ia justru memilih duduk dalam majelis si rahib.

Setelah pelajaran sang rahib usai, barulah si pemuda melanjutkan perjalanannya. Begitu tiba di tempat si tukang sihir, tentu si pemuda mendapat murka penyihir. Apalagi setelah mengatakan hal yang membuatnya terlambat yakni majelis sang rahib.

Mendengarnya, si tukang sihir langsung memukul si pemuda. Sekembalinya dari rumah penyihir, pemuda itu pun mengadu hal yang menimpa dirinya pada sang rahib. Lalu sang rahib pun menasihatinya untuk tak lagi menemui tukang sihir.

"Jika kau takut pada tukang sihir, maka katakanlah padanya bahwa kau tak bisa pergi menemuinya karena ditahan oleh keluargamu. Jika kau takut pada keluargamu, maka katakan pada mereka bahwa kau ditahan oleh tukang sihir itu," nasihat si rahib. Kebimbangan pun kemudian melanda si pemuda.

Ia bukanlah seorang yang shalih namun bukan pula seorang pelaku maksiat. Ia tak bisa memutuskan apakah harus menuruti kata rahib ataukah mematuhi tukang sihir. Sementara ia merupakan utusan kepercayaan raja sang penguasa negeri. Meski ia lebih percaya pada rahib, namun keputusan tersebut tentu bukanlah perkara mudah.

Dalam kondisi kebimbangan tersebut, sang pemuda yang tengah merenung didatangi seekor binatang raksasa. Binatang tersebut kemudian mengganggu sekumpulan orang yang tengah melakukan safar. Melihatnya, sang pemuda merasa harus menyelamatkan mereka.

Ia pun kemudian berkata, "Hari ini saya akan tahu, siapakah yang lebih utama, si tukang sihir ataukah sang rahib," ujarnya seraya memungut sebongkah batu. Dengan keimanannya pada Allah, tuhan semesta alam, ia pun memohon bantuanNya.

"Ya Allah, jikalau ajaran si rahib itu lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini agar manusia bisa berlalu," doa si pemuda. Ia pun kemudian melempar batu itu ke arah hewan raksasa itu.

Matilah hewan buas itu. Para musafir selamat dan melanjutkan perjalanannya. Namun yang terpenting, si pemuda mendapati kepastian bahwa jalan si rahib lah yang benar dan ridhai Allah.

Pemuda itu pun bersegera menemui sang rahib untuk berguru. Ia mengisahkan pengalamannya melawan hewan raksasa. Si rahib pun melihatnya sebagai keutamaan si pemuda atas anugerah Allah.

"Wahai anakku, hari ini kau lebih utama dariku. Kedudukanmu sudah sampai pada tahap jauh yang kulihat sekarang ini. Sungguh kau pasti akan menerima cobaan, maka apabila cobaan itu menimpamu, janganlah kau menujuk diriku," pesan sang rahib.

Nyata, Allah telah memberikan keutamaan pada si pemuda. Tak lama, pemuda tersebut mejadi seorang shalih yang muia. Ia memiliki beragam kemampuan atas rahmat Allah. Ia mampu mengobati orang yang buta, sopak dan penyakit lain. Tak sedikit warga yang disembuhkan oleh pemuda. Namanya pun sontak terkenal di seluruh penjuru negeri.

Kabar kemampuan luar biasa pemuda itu pun sampai ke istana. Seorang teman raja yang menderita buta kemudian menemui sang pemuda. Ia membawa banyak hadiah bagi si pemuda agar dapat menyembuhkan buta matanya. "Semua hadiah yang saya bawa ini untumu, jika kau dapat menyembuhkan saya dari buta," ujarnya.

Sang pemuda pun menimpali ringan, "Sesungguhhnya saya tidak dapat menyembuhkan apapun. Namun yang menyembuhkan itu adalah Allah. Jika kau beriman kepada Allah, maka aku doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu".

Teman raja itu pun kemudian beriman kepada Allah. Penyakitnya lalu diangkat oleh Allah atas rahmat dan kekuasaanNya. Dengan mata yang dapat melihat kembali, ia pun begitu bergembira kemudian menemui sang raja. "Siapa yang telah mengembalikan penglihatanmu?" tanya sanga raja terkejut melihat temannya yang buta tiba-tiba dapat melihat normal.

"Tuhanku," jawab teman raja. Geramlah sang raja mendengsr jawaban temannya, "Apa kau punya tuhan selain aku?!" seru raja. "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah," jawab temannya beriman. Namun sang raja dengan keangkuhannya kemudian menyeret temannya ke penjara. Ia disiksa karena beriman kepada Allah.

Tak sebatas itu, sang raja masih menelusuri siapakah gerangan yang menyembuhkan temannya, siapakah gerangan yang menyembah Allah. Kemampuan sang pemuda pun sampai ke telinga raja. Ia pun memanggilnya dan tersentak karena si pemuda itu ternyata bukan lain adalah calon tukang sihir kerajaan yang pernah ia utus.

Awalnya sang raja pun girang karena menyangka kemampuan si pemuda merupakan hasil pembelajaran sihir. "Wahai pemuda, telah sampai padaku kabar kehebatan sihirmu yang dapat menyembuhkan buta dan cacat. Kamu juga melakukan ini dan itu," kata sang raja girang.

Namun kegembiraan sang raja dalam waktu singkat berubah menjadi angkara murka ketika mendapati si pemuda merupakaan hamba Allah yang taat. Sang pemuda dianggap berkhianat dan menentang sang raja.

"Sungguh saya tidak dapat menyembuhkan apapun. Yang menyembuhkan itu semua adalah Allah Ta'ala," ujar si pemuda. Maka raja pun segera menyuruh pengawal untuk menangkap si pemuda dan menyiksanya.

Hingga kemudian raja mendapati kabar sang rahib yang menjadi guru si pemuda. Maka sang rahib pun ditangkap dan dibawa kehadapan raja. "Keluarlah dari agamamu!" titah raja geram. Tentu sang rahib enggan menurutinya. Raja pun kemudian mengeluarkan perintah untuk menggergaji tubuh si rahib. Maka terbelahlah tubuh si rahib menjadi dua.

Setelah menghukum sang rahib, giliran si pemuda yang mendapati hukuman mati. Sama seperti si rahib, si pemuda pun diminta meninggalkan keimanannya pada Allah. Namun si pemuda menolak. Sang raja pun segera memberikan perintah kepada prajuritnya, "Bawalah pemuda ini ke gunung, bawalah ke puncaknya. Jika ia melepas keyakinannya maka bawa ia pulang. Jika ia tetap enggan, maka lemparkan ia dari puncak gunung," kata Raja.

Hukuman pun dijalankan. Si pemuda hanya dapat menerima cobaan keimanannya dengan berserah diri pada Allah. Ia pun terus berdoa kepada Allah agar menyelamatkannya. Mengejutkan, saat prajurit raja membawanya ke puncak, Allah menggetarkan gunung hingga terpelantinglah pasukan sang raja. Adapun si pemuda itu selamat kemudian berjalan pulang menemui raja.

"Apa yang kau lakukan pada prajuritku?!" seru raja terkejut melihat si pemuda masih hidup. "Allah menyelamatkanku dari mereka," jawab si pemuda.

Makin geramlah amarah raja. Ia kemudian meminta prajuritnya yang lain untuk menenggelamkan si pemuda di tengah laut. Namun hal serupa pun terjadi sama seperti hukuman sebelumnya. Allah menyelamatkan si pemuda, ia pun kembali menghadap raja menunjukkan kekusaan Allah. Sang raja keji itu pun tak habis pikir dengan keajaiban si pemuda, namun ia tetap angkuh dan enggan mengimaninya.

"Sungguh kau tak akan dapat membunuhku sampai kau melakukan apa yang kuperintahkan," kata si pemuda. "Apa itu?" tanya raja yang sudah kehilangan cara untuk membunuh si pemuda.

"Kumpulkanlah seluruh manusia di sebuah tempat, saliblah aku di sebatang pohon, kemudian ambil sebusur panah dari kantong panahku. Ucpkanlah "Bismillah Rabbil Ghulam, Dengan nama Allah, Rabb si pemuda" sebelum kau menembakku dengan busur itu. Jika kau melakukannya, niscaya kau dapat embunuhku," ujar si pemuda tenang.

Sang raja pun melakukan apa yang dikatakan si pemuda. Ia pun mengucapkan "Bismillah Rabbil Ghulam" disaksikan seluruh rakyatnya. Si pemuda mati syahid setelah busur panah mengenai pelipisnya. Sang raja girang. Namun ia tak tahu, bahwa setelah peristiwa eksekusi si pemuda, rakyatnya kemudian berbondong-bondong mengimani tuhan si pemuda, Allah Ta'ala.

Raja keji itu tak menyadari keimanan rakyatnya. Hingga kemudian beberapa pengikutnya mengabarkan hal tersebut. "Apa Tuanku telah melihat, yang telah dikhawatirkan selama ini telah terjadi, demi tuhan telah terjadi, banyak orang telah berian kepada Allah," ujarnya. Sontak, memuncaklah amarah sang raja.

Ia pun segera memerintahkan hukuman bagi siapa saja rakyatnya yang beriman kepada Allah. "Galilah parit-parit besar dan nyalakan api didalamnya! Siapa saja yang enggan keluar dari keyakinannya menyembah Allah, bakarlah hidup-hidup di dalam parit itu!" ujar sang raja geram.

Maka diseretlah semua penduduk Muslimin di negeri itu. Tanpa gentar, mereka menghadapi ujian Allah. Tak ada dari mereka yang melepaskan keimanan mereka hanya karena ancaman sang raja. Maka dibakarlah seluruh muslimin yang jumlahnya tak sedikit di dalam parit itu. Salah satu warga yang dihukum raja ialah seorang waita yang menggendong bayinya. Saat melihat api menyambar dari dalam parit, si wanita sempat merasa takut dan terus mundur.

Namun jkemudian si bayi berkata pada ibunya, "Wahai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya engkau diatas kebenaran," ujar si bayi menunjukkan kekuasaan Allah. Maka si ibu bersama bayinya pun meraih syahid menuju rahmat Allah yang luas. Demikian pula seluruh muslimin di negeri kuasa sang raja yang zalim.

Kisah diatas terdapat dalam Alquran surah Al Buruj ayat 1 hingga 10. Allah mengisahkannya dalam firmanNya sebagai pelajaran bagi umat manusia. Kisah ini juga pernah dikabarkan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan imam Muslim. Kisah lengkap sebagaimana dalam hadits Rasul terdapat dalam Kitab Az-Zuhd war Raqa'iq dalam Bab Qisah Ashabil Ukhdud. Silahkan merujuk kembali.

Tentu setiap kisah mengandung banyak hikmah yang menjadi pelajaran bagi umat sesudahnya. Dalam kisah ini, didapati bagaimana menghadapi ujian dan cobaan dengan kesabaran. Setiap muslimin tentu tak lepas dari ujian dan cobaan hidup. Menghadapinya, muslimin hanya perlu bersabar dan istiqomah dalam beriman kepadaNya.

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 214, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
 
Oleh Afriza Hanifa

Komentar

Postingan Populer