Hidup yang Singkat

Tidaklah dunia ini seluruhnya dari awal hingga akhirnya kecuali ibarat seseorang yang tertidur sejenak, kemudian bermimpi melihat sesuatu yang disenanginya, kemudian terbangun,” (Syeikh Hasan Al-Bashri).

Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, berapa tahun telah kita lalui? Berapa windu? Berapa dasawarsa? Ketika kita melalui kehidupan kita apakah kita merasa lama? Atau hanya sejenakkah? Seberapa tua kita saat ini, seberapa tua orang tua kita saat ini? Sejenak semua terlalui, secepat matahari terbit dan tenggelam.

Tapi kita masih di sini berdiri dan berjalan melintasi sisa waktu. Berusaha mendapatkan hal-hal yang disukai. Bermain dengan mainanan yang disukai. Menikmati apa yang tersedia di dunia. Barang-barang baru, gadget keren, liburan dan bertamasya.

Membesarkan anak yang tumbuh dengan lucunya. Mengumpulkan harta seakan selalu kurang dan kurang, karena keinginan yang tidak ada habisnya.

Dan kita juga tak pernah berhenti membuat kalkulasi; mudah-mudahan anak-anak kita jadi anak sholeh. Mudah-mudahan harta kita terpakai untuk kebaikan. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang selalu bertaubat meski kita berulang-ulang melakukan kesalahan.

Di zaman putih abu-abu hitam seperti sekarang ini, kita sering berapologi, hiduplah memang seperti itu. Padahal, kita tak pernah paham dari mana mati menjumpai kita. Kematian tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tapi kitalah yang menunggu kematian dengan bertaubat. [islampos]

rosadi alibasa 490x136 Hidup yang Singkat

Komentar

Postingan Populer