Gempa Ciptakan Sentuhan Midas

Ilmuwan menyebutkan gempa bumi bagai memiliki sentuhan Midas. Ia adalah raja dalam mitologi Yunani yang sentuhannya mengubah segala sesuatu menjadi emas. Dalam studi terbaru, para ilmuwan menyimpulkan bahwa gempa mampu mengubah air menjadi emas. Maksudnya, air yang mengalir ketika terjadi bencana alam itu mengandung deposit emas.
Gempa di Filipina
Kesimpulan tersebut diperoleh dari model yang mereka buat dan dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience tanggal 17 Maret 2013. Model mengungkapkan hubungan antara gempa bumi dan munculnya emas. Hal ini diungkapkan Dion Weatherley, pakar geofisika dari Universitas Queensland, Australia, yang memimpin penelitian.

Saat gempa terjadi, tanah bergerak kemudian membentuk celah. Air mengaliri celah-celah tersebut hingga kedalaman 10 km di bawah permukaan tanah. Akibat tekanan dan suhu yang luar biasa tinggi, air menghadirkan elemen, seperti karbon dioksida, silika, dan elemen lain yang secara ekonomi sangat menarik seperti emas.

Weatherley menuturkan, gempa secara tiba-tiba membuat celah lebar. Ini seperti menarik penutup alat pemasak nasi. Air yang ada di dalamnya secara instan menguap. Peristiwa tersebut melahirkan uap dan mendorong silika, yang kemudian membentuk mineral kuarsa dan emas. “Emas keluar dari cairan dan naik ke permukaan di dekatnya,” kata peneliti lainya, Richard Henley, dari Universitas Nasional Australia.

Menurut Weatherley, emas tertinggal dalam jumlah banyak mewujud setelah gempa kecil. Ia beralasan, cairan di bawah tanah hanya membawa satu persejuta elemen emas. Zona gempa, seperti Selandia Baru, dapat menghasilkan deposit semacam itu dalam kurun 100 ribu tahun. Gempa dengan kekuatan lebih kecil dari empat skala Richter (SR), sudah mampu memicu penguapan yang melahirkan deposit emas.

Lapisan Tanah

Gempa besar bakal menghasilkan tekanan besar, namun pembentukan emas sedikit. Gempa semacam ini juga biasanya menyebabkan kerusakan parah. Penelitian bagaimana emas terbentuk bisa membantu perusahaan pertambangan membuka tambang-tambang baru. “Pengetahuan ini mempermudah upaya eksplorasi emas pada masa-masa mendatang,” ujar Weatherley seperti dikutip LiveScience.

Berdasarkan data World Council Gold, sebanyak 188 ribu ton atau 171 ribu metrik ton emas telah diangkat dari dalam bumi. Sementara, ahli geokimia dari Imperal College, London, Inggris, Jamie Wilkinson, mengungkapkan para ilmuwan menduga turunnya tekanan secara tiba-tiba berkaitan dengan deposit emas dan celah kuno.

Studi di atas menempatkan ide ini ke dalam posisi yang ekstrem. “Bagi saya ini masuk akal. Banyak orang mungkin akan mengkaji lebih lanjut apakah studi itu benar-benar bekerja,” kata Wilkinson. Meski demikian, gempa bumi bukan hanya satu-satunya sumber terciptanya emas. Gunung berapi pun bisa melakukannya.

Dengan keyakinan seperti itu, baik Weatherley maupun Henley, menyatakan bahwa proses yang sama dapat berlangsung di bawah gunung berapi. Namun, Wilkinson yang mempelajari kaitan gunung berapi dan emas menegaskan itu lain persoalan. Di bawah gunung, deposit emas tak mengendap di celah seperti saat gempa mengguncang bumi. “Mekanismenya sangat berbeda,” kata Wilkinson.

Dari dalam negeri, pakar mineralisasi batuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Z membantah emas dapat terbentuk akibat gempa bumi. Ia menjelaskan ada dua jenis emas, yakni emas primer dan sekunder. Emas primer terbentuk karena aktivitas magma dan mengalami vaksinasi yang dipengaruhi air tanah sehingga menghasilkan endapan emas. Proses ini disebut hidrotermal.
Lapisan tanah yang mengandung banyak kandungan mineral
Pada pembentukan emas primer, faktor yang paling berperan adalah magma dan air tanah. Kedua elemen tersebut berinteraksi dalam proses yang kompleks. Komponen logam, termasuk emas terdifusi dengan air panas (hidrotermal). Proses tersebut menghasilkan fluida, yakni bentuk antara cair, gas, dan padat yang mengandung logam (emas). Fluida ini bergerak ketika ada retakan.

Endapan emas tersebut ada dua bentuk. Pertama, biji emas, seperti yang bisa dijumpai di tambang di Freeport dan emas yang tersebar di urat (batuan yang terbentuk ketika batuan induk retak atau merekah). Namun, emas primer ini tidak bisa dilihat secara kasat mata. Ukurannya sangat halus atau menggunakan satuan mikron.

Emas sekunder berupa pengayaan dari endapan emas primer. Iskandar mengatakan di dalam urat terdapat proses pelapukan sehingga emas terkumpul dan bisa dilihat secara kasat mata. Emas ini bisa saja terurai atau terdekomposisi dari batuan dan terbawa air ke sungai. Emas tersebut terdapat di sungai dan didulang para pendulang emas.

Dengan demikian, emas yang terlihat secara kasat mata adalah emas sekunder. “Terkait gempa yang bisa mengubah air menjadi emas, kita lihat dari sifatnya. Gempa itu bersifat merusak atau destruktif. Dari situ tidak mungkin bisa menghasilkan emas,” ujar Iskandar.

Ia menuturkan yang mungkin terjadi adalah akibat gempa bumi endapan emas sekunder yang tertimbun menjadi tersingkap sehingga bisa dilihat mata manusia. Endapan tersebut sebelumnya sudah mengandung emas. “ Tidak ada hubungannya emas dengan gempa,” katanya

Komentar

Postingan Populer