Si Belang, Si Botak, dan Si Buta
Ribuan abad silam di era Bani Israil, hidup tiga orang yang fisiknya tak sempurna. Masyarakat menjauhi mereka karena penyakit yang mereka derita. Seorang menderita penyakit sopak hingga kulitnya belang-belang.
Seorang lain menderita penyakit kulit kepala hingga kepalanya botak, sementara seorang lagi mengidap kebutaan hingga tak mampu melihat apapun. Belum lagi kemiskinan yang menjerat ketiganya hingga kondisi mereka sangat menyedihkan. Mereka dihina, diasingkan, dan hidup dalam kesendirian.
Allah kemudian bermaksud memberikan ujian kepada mereka bertiga. Diutuslah seorang malaikat untuk melihat kadar keimanan mereka kepada Allah Ta'ala. Pertama kali, malaikat mendatangi si belang seraya berkata, "Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?" tanya malaikat.
Tentu saja si belang ingin penyakitnya sembuh. "Saya ingin warna kulit yang bagus, yang indah. Ingin agar penyakitku sembuh, penyakit yang orang-orang jijik melihatnya," ujar si belang. Sang malaikat pun kemudian mengusap tubuh si belang.
Penyakitnya pun sembuh seketika, kulitnya mulus nan indah. Si Belang girang bukan kepalang. Malaikat pun bertanya kembali, "Harta apa yang ingin kau miliki?". Si belang menjawan, "Unta".
Maka diberikanlah ia seekor unta yang tengah bunting. "Semoga Allah memberkahinya untukmu," ujar malaikat sebelum pergi.
Sang malaikat pun kemudian bertandang menemui si botak. Pertanyaan serupa yang ia ajukan, "Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?" ujar malaikat. Si botak pun mengajukan keinginan, "Saya ingin memiliki rambut yang indah, Ingin agar penyakitku sembuh, penyakit yang orang-orang jijik melihatnya," ujar si botak.
Maka diusaplah kepala si botak oleh sang malaikat. Tetiba penyakitnya sembuh dan rambut tumbuh indah di kepalanya. Tentu saja si botak girang bukan kepalang. Pertanyaan malaikat selanjutnya pun sama seperti kepada si belang, "Harta apa yang ingin kau miliki?"
Si botak menjawab, "Sapi". Maka diberikanlah seekor sapi bunting untuknya. Lagi, malaikat berkata hal sama, "Semoga Allah memberkahinya untukmu".
Giliran si buta yang didatangi malaikat. Pertanyaan malaikat sama persis seperti yang ia ajukan untuk si belang dan si botak. "Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?" tanya malaikat.
Tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya, ia pun ingin penglihatannya pulih. "Saya berkeinginan agar Allah mengembalikan penglihatan saya sehingga saya dapat melihat manusia," jawabnya.
Penglihatannya pun kembali normal setelah malaikat mengusap tangannya pada mata si buta. Si buta pun amat senang dan bersyukur. Pertanyaan malaikat berikutnya, , "Harta apa yang ingin kau miliki?" Si buta menjawab, "kambing". Diberilah ia seekor kambing yang bunting.
Setelah peristiwa besar itu, ketiganya memulai usaha ternak mereka. Atas rahmat Allah, hewan peliharaan mereka terus beranak-pinak hingga jumlahnya masing-masing memenuhi satu lembah. Si belang memiliki unta satu lembah, si botak dengan sapi satu lembah, pun si buta memiliki kambing yang memenuhi satu lembah.
Ketiganya hidup makmur. Masyarakat tak lagi merasa jijik pada mereka. Mereka hidup bahagia.
Namun ujian Allah belumlah berakhir. Allah ingin melihat siapakah hambaNya yang benar-benar bersyukur. Malaikat yang dahulu diutus pada mereka bertiga pun turun kembali ke bumi. Namun kali ini, sang malaikat mengubah wujudnya sebagaimana rupa ketiganya di masa lalu.
Didatangilah si belang di sebuah lembahnya yang dipenuhi unta-unta nan gemuk. Sang malaikat mengubah wujudnya menjadi seorang yang terkena sopak, hingga kulitnya belang-belang menjijikan, rupa yang sama yang diderita si belang sebelum Allah menyembuhkannya.
Sang malaikat berpura-pura menjadi musafir yang kehabisan biaya kemudian meminta bantuan si belang barang seekor unta untuk meneruskan perjalanannya.
"Saya hanyalah pengembara miskin yang kehabisan segala bekal perjalananku. Hari ini tak ada harapan untuk pertolongan kecuali kepada Allah, dan perantaramu. Demi Allah, kau telah dianugerahi warna kulit yang bagus nan indah, serta harta benda yang melimpah. Saya hanya membutuhkan seekor unta untuk membantuku dalam melanjutkan perjalanan," ujar sang malaikat.
Namun apa yang terjadi? Si belang lupa atas rahmat Allah kepadanya. Dengan sombong ia berkata, "Masih banyak hak-hak yang harus aku penuhi," ujarnya. Ia enggan memberikan bantuan meski secuil. Sang malaikat pun kemudian mengingatkannya, "Saya seperti mengenal Anda. Bukankah kau pun dahulu mengidap penyakit belang hingga manusia merasa jijik melihatnya. kau juga dulu hanya orang miskin yang kemudian diberi harta oleh Allah?" kata sang malaikat.
Namun si belang masih dalam kesombongannya. "Tidak, aku mendapat harta ini karena warisan nenek moyangku," ujarnya. Melihat kesombongan si belang, malaikat pun berseru, "jika kau berdusta. Semoga Allah mengembalikanmu pada konsisi yang dulu," kata malaikat.
Kemudian datanglah sang malaikat ke lembah penuh sapi milik si botak. Kali ini, ia pun mengubah wujudnya menjadi seorang pria botak yang menyedihkan dan membutuhkan pertolongan. Kondisinya sama persis seperti si botak sebelum dianugerahi rahmat Allah berupa kesembuhan dan kekayaan.
"Saya hanyalah pengembara miskin yang kehabisan segala bekal perjalananku. Hari ini tak ada harapan untuk pertolongan kecuali kepada Allah, dan perantaramu. Demi Allah, kau telah dianugerahi rambut yang bagus nan indah, serta harta benda yang melimpah. Saya hanya membutuhkan seekor sapi untuk membantuku dalam melanjutkan perjalanan," ujar sang malaikat sama persis seperti yang ia ucapkan pada si belang.
Tak berbeda jauh dengan si belang, si botak pun menolak menerima bantuan. Ia bersikap angkuh dan melupakan segala rahmat Allah atasnya. Namun seperti halnya kepada si belang, malaikat pun mengingatkan kondisi si botak beberapa waktu silam.
Tak berubah pikiran, si botak tetap dalam kesombongannya dan engan memberikan bantuan. "jika kau berdusta. Semoga Allah mengembalikanmu pada konsisi yang dulu," seru malaikat.
Tibalah giliran si buta. Malaikat mendatanginya dengan wujud pengembara buta nan miskin. Kondisinya menyedihkan, sama persis seperti kondisi si buta beberapa waktu lalu sebelum Allah memberikan rahmat kepadanya.
Pertanyaan serupa, malaikat lontarkan pula pada si buta, "Saya hanyalah pengembara miskin yang kehabisan segala bekal perjalananku. Hari ini tak ada harapan untuk pertolongan kecuali kepada Allah, dan perantaramu. Demi Allah yang telah memulihkan penglihatanmu, saya hanya membutuhkan seekor kambing untuk membantuku dalam melanjutkan perjalanan," ujar sang malaikat sama persis seperti yang ia ucapkan pada si belang.
Lalu apa jawaban si buta? Dia lah hamba Allah yang lulus ujian-Nya. Si buta tak memiliki kesombongan sedikitpun. Ia selalu bersyukur atas segala rahmat Allah yang diberikan padanya. Ia berkata kepada sang malaikat yang berubah wujud itu, "Dahulu aku pun buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang kau butuhkan dan tinggalkan apa yang tidak kau inginkan. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu untuk mengembalikan sesuatu yang kau ambil karena Allah maha agung dan mulia," ujar si buta rendah hati.
Malaikat pun takjub dengan sikap si buta. Ia pun membongkar penyamarannya dan mengungkap misinya. "Peliharalah kekayaanmu ini, karena sebenarnya kau tengah diuji. Kau telah diridhai Tuhan, sementara kedua temanmu (si belang dan si botak) telah dimurkai Allah," ujar malaikat.
Tak jelas siapakah nama ketiga manusia yang diuji Allah tersebut. Namun kisah Si Belang, Si Botak dan Si Buta diatas termaktub dalam sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah melalui riwayat Abu Hurairah. Hadits tersebut terdapat dalam shahih Muslim dan Bukhari. Imam An-Nawawi juga menyebutkan hadits kisah tersebut dalam kitab beliau yang masyhur "Riyadush Shalihin".
Seorang lain menderita penyakit kulit kepala hingga kepalanya botak, sementara seorang lagi mengidap kebutaan hingga tak mampu melihat apapun. Belum lagi kemiskinan yang menjerat ketiganya hingga kondisi mereka sangat menyedihkan. Mereka dihina, diasingkan, dan hidup dalam kesendirian.
Allah kemudian bermaksud memberikan ujian kepada mereka bertiga. Diutuslah seorang malaikat untuk melihat kadar keimanan mereka kepada Allah Ta'ala. Pertama kali, malaikat mendatangi si belang seraya berkata, "Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?" tanya malaikat.
Tentu saja si belang ingin penyakitnya sembuh. "Saya ingin warna kulit yang bagus, yang indah. Ingin agar penyakitku sembuh, penyakit yang orang-orang jijik melihatnya," ujar si belang. Sang malaikat pun kemudian mengusap tubuh si belang.
Penyakitnya pun sembuh seketika, kulitnya mulus nan indah. Si Belang girang bukan kepalang. Malaikat pun bertanya kembali, "Harta apa yang ingin kau miliki?". Si belang menjawan, "Unta".
Maka diberikanlah ia seekor unta yang tengah bunting. "Semoga Allah memberkahinya untukmu," ujar malaikat sebelum pergi.
Sang malaikat pun kemudian bertandang menemui si botak. Pertanyaan serupa yang ia ajukan, "Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?" ujar malaikat. Si botak pun mengajukan keinginan, "Saya ingin memiliki rambut yang indah, Ingin agar penyakitku sembuh, penyakit yang orang-orang jijik melihatnya," ujar si botak.
Maka diusaplah kepala si botak oleh sang malaikat. Tetiba penyakitnya sembuh dan rambut tumbuh indah di kepalanya. Tentu saja si botak girang bukan kepalang. Pertanyaan malaikat selanjutnya pun sama seperti kepada si belang, "Harta apa yang ingin kau miliki?"
Si botak menjawab, "Sapi". Maka diberikanlah seekor sapi bunting untuknya. Lagi, malaikat berkata hal sama, "Semoga Allah memberkahinya untukmu".
Giliran si buta yang didatangi malaikat. Pertanyaan malaikat sama persis seperti yang ia ajukan untuk si belang dan si botak. "Apa gerangan yang kau inginkan dan sukai?" tanya malaikat.
Tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya, ia pun ingin penglihatannya pulih. "Saya berkeinginan agar Allah mengembalikan penglihatan saya sehingga saya dapat melihat manusia," jawabnya.
Penglihatannya pun kembali normal setelah malaikat mengusap tangannya pada mata si buta. Si buta pun amat senang dan bersyukur. Pertanyaan malaikat berikutnya, , "Harta apa yang ingin kau miliki?" Si buta menjawab, "kambing". Diberilah ia seekor kambing yang bunting.
Setelah peristiwa besar itu, ketiganya memulai usaha ternak mereka. Atas rahmat Allah, hewan peliharaan mereka terus beranak-pinak hingga jumlahnya masing-masing memenuhi satu lembah. Si belang memiliki unta satu lembah, si botak dengan sapi satu lembah, pun si buta memiliki kambing yang memenuhi satu lembah.
Ketiganya hidup makmur. Masyarakat tak lagi merasa jijik pada mereka. Mereka hidup bahagia.
Namun ujian Allah belumlah berakhir. Allah ingin melihat siapakah hambaNya yang benar-benar bersyukur. Malaikat yang dahulu diutus pada mereka bertiga pun turun kembali ke bumi. Namun kali ini, sang malaikat mengubah wujudnya sebagaimana rupa ketiganya di masa lalu.
Didatangilah si belang di sebuah lembahnya yang dipenuhi unta-unta nan gemuk. Sang malaikat mengubah wujudnya menjadi seorang yang terkena sopak, hingga kulitnya belang-belang menjijikan, rupa yang sama yang diderita si belang sebelum Allah menyembuhkannya.
Sang malaikat berpura-pura menjadi musafir yang kehabisan biaya kemudian meminta bantuan si belang barang seekor unta untuk meneruskan perjalanannya.
"Saya hanyalah pengembara miskin yang kehabisan segala bekal perjalananku. Hari ini tak ada harapan untuk pertolongan kecuali kepada Allah, dan perantaramu. Demi Allah, kau telah dianugerahi warna kulit yang bagus nan indah, serta harta benda yang melimpah. Saya hanya membutuhkan seekor unta untuk membantuku dalam melanjutkan perjalanan," ujar sang malaikat.
Namun apa yang terjadi? Si belang lupa atas rahmat Allah kepadanya. Dengan sombong ia berkata, "Masih banyak hak-hak yang harus aku penuhi," ujarnya. Ia enggan memberikan bantuan meski secuil. Sang malaikat pun kemudian mengingatkannya, "Saya seperti mengenal Anda. Bukankah kau pun dahulu mengidap penyakit belang hingga manusia merasa jijik melihatnya. kau juga dulu hanya orang miskin yang kemudian diberi harta oleh Allah?" kata sang malaikat.
Namun si belang masih dalam kesombongannya. "Tidak, aku mendapat harta ini karena warisan nenek moyangku," ujarnya. Melihat kesombongan si belang, malaikat pun berseru, "jika kau berdusta. Semoga Allah mengembalikanmu pada konsisi yang dulu," kata malaikat.
Kemudian datanglah sang malaikat ke lembah penuh sapi milik si botak. Kali ini, ia pun mengubah wujudnya menjadi seorang pria botak yang menyedihkan dan membutuhkan pertolongan. Kondisinya sama persis seperti si botak sebelum dianugerahi rahmat Allah berupa kesembuhan dan kekayaan.
"Saya hanyalah pengembara miskin yang kehabisan segala bekal perjalananku. Hari ini tak ada harapan untuk pertolongan kecuali kepada Allah, dan perantaramu. Demi Allah, kau telah dianugerahi rambut yang bagus nan indah, serta harta benda yang melimpah. Saya hanya membutuhkan seekor sapi untuk membantuku dalam melanjutkan perjalanan," ujar sang malaikat sama persis seperti yang ia ucapkan pada si belang.
Tak berbeda jauh dengan si belang, si botak pun menolak menerima bantuan. Ia bersikap angkuh dan melupakan segala rahmat Allah atasnya. Namun seperti halnya kepada si belang, malaikat pun mengingatkan kondisi si botak beberapa waktu silam.
Tak berubah pikiran, si botak tetap dalam kesombongannya dan engan memberikan bantuan. "jika kau berdusta. Semoga Allah mengembalikanmu pada konsisi yang dulu," seru malaikat.
Tibalah giliran si buta. Malaikat mendatanginya dengan wujud pengembara buta nan miskin. Kondisinya menyedihkan, sama persis seperti kondisi si buta beberapa waktu lalu sebelum Allah memberikan rahmat kepadanya.
Pertanyaan serupa, malaikat lontarkan pula pada si buta, "Saya hanyalah pengembara miskin yang kehabisan segala bekal perjalananku. Hari ini tak ada harapan untuk pertolongan kecuali kepada Allah, dan perantaramu. Demi Allah yang telah memulihkan penglihatanmu, saya hanya membutuhkan seekor kambing untuk membantuku dalam melanjutkan perjalanan," ujar sang malaikat sama persis seperti yang ia ucapkan pada si belang.
Lalu apa jawaban si buta? Dia lah hamba Allah yang lulus ujian-Nya. Si buta tak memiliki kesombongan sedikitpun. Ia selalu bersyukur atas segala rahmat Allah yang diberikan padanya. Ia berkata kepada sang malaikat yang berubah wujud itu, "Dahulu aku pun buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang kau butuhkan dan tinggalkan apa yang tidak kau inginkan. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu untuk mengembalikan sesuatu yang kau ambil karena Allah maha agung dan mulia," ujar si buta rendah hati.
Malaikat pun takjub dengan sikap si buta. Ia pun membongkar penyamarannya dan mengungkap misinya. "Peliharalah kekayaanmu ini, karena sebenarnya kau tengah diuji. Kau telah diridhai Tuhan, sementara kedua temanmu (si belang dan si botak) telah dimurkai Allah," ujar malaikat.
Tak jelas siapakah nama ketiga manusia yang diuji Allah tersebut. Namun kisah Si Belang, Si Botak dan Si Buta diatas termaktub dalam sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah melalui riwayat Abu Hurairah. Hadits tersebut terdapat dalam shahih Muslim dan Bukhari. Imam An-Nawawi juga menyebutkan hadits kisah tersebut dalam kitab beliau yang masyhur "Riyadush Shalihin".
Begitu banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah Si Belang, Si Botak dan Si Buta. Salah satunya yakni syukur nikmat. Betapa banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita namun seringkali kita melupakannya.
Nikmat iman, nikmat sehat, tubuhnya yang tak cacat, hidup berkecukupan, termasuk nikmat udara yang kita hirup, kebahagiaan yang kita rasakan, dan nikmat-nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur atas nikmat Allah yang begitu berlimpah.
Begitu banyak firman Allah dalam Alquran yang menyebutkan tentang syukur nikmat.
Allah berfirman, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih," surah Ibrahim ayat 7.
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," surah An-Nahl ayat 18.
Rasulullah pun seringkali mengingatkan umatnya untuk bersyukur segala nikmat Allah. Dari An Nu’man bin Basyir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak," hadis riwayat Imam Ahmad. Serta dalil-dalil lain baik dari Alquran maupun As-Sunnah yang banyak mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur.
Nikmat iman, nikmat sehat, tubuhnya yang tak cacat, hidup berkecukupan, termasuk nikmat udara yang kita hirup, kebahagiaan yang kita rasakan, dan nikmat-nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur atas nikmat Allah yang begitu berlimpah.
Begitu banyak firman Allah dalam Alquran yang menyebutkan tentang syukur nikmat.
Allah berfirman, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih," surah Ibrahim ayat 7.
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," surah An-Nahl ayat 18.
Rasulullah pun seringkali mengingatkan umatnya untuk bersyukur segala nikmat Allah. Dari An Nu’man bin Basyir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak," hadis riwayat Imam Ahmad. Serta dalil-dalil lain baik dari Alquran maupun As-Sunnah yang banyak mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur.
Komentar
Posting Komentar