Gunung Berapi, Penyelamat Bumi dari Global Warming
Sebuah tim yang dipimpin oleh University of Colorado Boulder mencari petunjuk tentang mengapa kehangatan Bumi tidak sesuai ramalan para ilmuwan antara tahun 2000 dan 2010. Nyatanya, temperatur di permukaan Bumi lebih dingin dari perkiraan. Bagaimana bisa?
Usut punya usut, puluhan gunung berapi yang memuntahkan belerang atau sulfur dioksida menjadi salah satu faktor yang memperlamban isu pemanasan global.
Di satu sisi, hasil studi ini seolah "membebaskan" dua negara Asia, India dan China, yang dikenal sebagai dua negara penghasil emisi industri terbesar di dunia, hingga 60 persen, dalam kurun tahun 2000 hingga 2010.
Ryan Neely, kepala studi mengatakan, dua negara berpopulasi terbesar di dunia itu tercatat sebagai penghasil emisi industri yang mengkhawatirkan, yang berasal dari pembakaran batubara.
Namun, asap vulkanik dari gunung berapi seakan menjadi penyelamat. Bagaimana cara kerjanya?
Sejumlah kecil emisi sulfur dioksida yang dimuntahkan 12 hingga 20 mil ke langit masuk ke dalam lapisan stratosfer aerosol, yakni tempat di mana reaksi kimia menciptakan asam sulfat dan partikel air yang memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa, sehingga Bumi menjadi lebih dingin.
"Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa emisi tingkat kecil sampai moderat (sedang) dari gunung berapi telah memperlamban pemanasan planet ini," kata Neely, seorang peneliti Cooperative Institute for Research in Environmental Sciences.
"Implikasi terbesar di sini, para ilmuwan perlu lebih memperhatikan letusan gunung berapi kecil dan moderat jika ingin mencoba memahami perubahan iklim Bumi," kata profesor Brian Toon, dari Atmospheric and Oceanic Department di CU-Boulder.
"Tapi, secara keseluruhan, erupsi gunung berapi yang mencapai stratosfer aerosol tidak akan merusak efek rumah kaca. Emisi gas vulkanik naik dan turun, membantu menjaga iklim planet ini, menjadi panas dan dingin," jelas Toon, dilansir Geology.com.
"Sebaliknya, emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia terus bertambah," pungkasnya.
Studi ini telah diterbitkan secara online di Geophysical Research Letters, yakni sebuah publikasi milik American Geophysical Union.
Usut punya usut, puluhan gunung berapi yang memuntahkan belerang atau sulfur dioksida menjadi salah satu faktor yang memperlamban isu pemanasan global.
Di satu sisi, hasil studi ini seolah "membebaskan" dua negara Asia, India dan China, yang dikenal sebagai dua negara penghasil emisi industri terbesar di dunia, hingga 60 persen, dalam kurun tahun 2000 hingga 2010.
Ryan Neely, kepala studi mengatakan, dua negara berpopulasi terbesar di dunia itu tercatat sebagai penghasil emisi industri yang mengkhawatirkan, yang berasal dari pembakaran batubara.
Namun, asap vulkanik dari gunung berapi seakan menjadi penyelamat. Bagaimana cara kerjanya?
Sejumlah kecil emisi sulfur dioksida yang dimuntahkan 12 hingga 20 mil ke langit masuk ke dalam lapisan stratosfer aerosol, yakni tempat di mana reaksi kimia menciptakan asam sulfat dan partikel air yang memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa, sehingga Bumi menjadi lebih dingin.
"Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa emisi tingkat kecil sampai moderat (sedang) dari gunung berapi telah memperlamban pemanasan planet ini," kata Neely, seorang peneliti Cooperative Institute for Research in Environmental Sciences.
"Implikasi terbesar di sini, para ilmuwan perlu lebih memperhatikan letusan gunung berapi kecil dan moderat jika ingin mencoba memahami perubahan iklim Bumi," kata profesor Brian Toon, dari Atmospheric and Oceanic Department di CU-Boulder.
"Tapi, secara keseluruhan, erupsi gunung berapi yang mencapai stratosfer aerosol tidak akan merusak efek rumah kaca. Emisi gas vulkanik naik dan turun, membantu menjaga iklim planet ini, menjadi panas dan dingin," jelas Toon, dilansir Geology.com.
"Sebaliknya, emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia terus bertambah," pungkasnya.
Studi ini telah diterbitkan secara online di Geophysical Research Letters, yakni sebuah publikasi milik American Geophysical Union.
Komentar
Posting Komentar