Sikap Amanah
Amanah adalah bersikap adil, menempatkan sesuatu sesuai dengan kedudukannya dan tidak mengurangi sedikit pun hak-haknya. Amanah merupakan persaksian kepada Allah, nasihat kepada orang-orang Muslim, dan menjelaskan kebenaran.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS al-Ahzab [33]: 72).
Ibrahim bin Adham pernah menjadi penjaga kebun milik orang kaya. Dia menjaga kebun tersebut sambil terus memperbanyak shalat. Suatu hari, pemilik kebun meminta dipetikkan buah delima. Ibrahim mengambil dan memberinya. Tapi, pemilik kebun malah memarahinya. Ia tersinggung karena diberikan buah delima yang asam rasanya.“Apa kau tak bisa membedakan buah delima yang manis dan asam?” Ibrahim menjawab bahwa dia belum pernah merasakannya. Pemilik kebun menuduh Ibrahim berdusta.
Ibrahim lantas shalat di kebun itu. Pemilik kebun menuduhnya berbuat riya dengan shalatnya. “Aku belum pernah melihat orang yang lebih riya dibanding engkau.” Ibrahim menjawab, ”Betul tuanku, ini baru dosaku yang terlihat. Yang tidak, jauh lebih banyak lagi.”
Di hari lain, majikannya kembali meminta buah delima. Kali ini Ibrahim memberi yang terbaik menurut pengetahuannya. Tapi lagi-lagi pemilik kebun kecewa karena buah yang dia terima asam rasanya. Dia pun memecatnya.
Ibrahim kemudian pergi. Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria yang sekarat karena kelaparan. Ibrahim memberinya buah delima yang tadi ditolak majikannya.
Ibrahim lantas berjumpa lagi dengan pemilik kebun yang berniat membayar upahnya. Ibrahim berkata agar dipotong dengan buah delima yang ia berikan kepada orang sekarat yang ia jumpai.
“Apa engkau tak mencuri selain itu,” tanya pemilik kebun. “Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu.” Setelah upahnya dibayar Ibrahim pun pergi.
Setahun kemudian, pemilik kebun mendapat tukang kebun yang baru. Dia kembali meminta buah delima. Tukang kebun barunya itu memberinya yang paling harum dan manis.
Pemilik kebun itu bercerita bahwa ia pernah memiliki tukang kebun yang paling dusta. Karena mengaku tak pernah mencicipi buah delima dan memberi buah delima kepada orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan kepada orang kelaparan itu.
“Dia juga selalu shalat. Betapa dustanya dia,” kata pemilik kebun. Tukang kebun yang baru lantas berujar. ”Demi Allah, wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau ceritakan itu dulunya seorang raja yang meninggalkan singgasananya karena zuhud.”
Pemilik kebun lantas mengambil debu dan menaburnya di atas kepalanya sembari menyesali. “Celaka, aku telah menyia-nyiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.”
Itulah kisah Ibrahim bin Adham yang terkenal karena amanah dan kezuhudannya, dia telah melaksanakan hak orang lain, memenuhi hajat orang miskin, dan membantu orang yang membutuhkan. Ia juga melaksanakan amanah dengan baik. Semoga kita bisa meneladaninya. Wallahu a'lam.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS al-Ahzab [33]: 72).
Ibrahim bin Adham pernah menjadi penjaga kebun milik orang kaya. Dia menjaga kebun tersebut sambil terus memperbanyak shalat. Suatu hari, pemilik kebun meminta dipetikkan buah delima. Ibrahim mengambil dan memberinya. Tapi, pemilik kebun malah memarahinya. Ia tersinggung karena diberikan buah delima yang asam rasanya.“Apa kau tak bisa membedakan buah delima yang manis dan asam?” Ibrahim menjawab bahwa dia belum pernah merasakannya. Pemilik kebun menuduh Ibrahim berdusta.
Ibrahim lantas shalat di kebun itu. Pemilik kebun menuduhnya berbuat riya dengan shalatnya. “Aku belum pernah melihat orang yang lebih riya dibanding engkau.” Ibrahim menjawab, ”Betul tuanku, ini baru dosaku yang terlihat. Yang tidak, jauh lebih banyak lagi.”
Di hari lain, majikannya kembali meminta buah delima. Kali ini Ibrahim memberi yang terbaik menurut pengetahuannya. Tapi lagi-lagi pemilik kebun kecewa karena buah yang dia terima asam rasanya. Dia pun memecatnya.
Ibrahim kemudian pergi. Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria yang sekarat karena kelaparan. Ibrahim memberinya buah delima yang tadi ditolak majikannya.
Ibrahim lantas berjumpa lagi dengan pemilik kebun yang berniat membayar upahnya. Ibrahim berkata agar dipotong dengan buah delima yang ia berikan kepada orang sekarat yang ia jumpai.
“Apa engkau tak mencuri selain itu,” tanya pemilik kebun. “Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu.” Setelah upahnya dibayar Ibrahim pun pergi.
Setahun kemudian, pemilik kebun mendapat tukang kebun yang baru. Dia kembali meminta buah delima. Tukang kebun barunya itu memberinya yang paling harum dan manis.
Pemilik kebun itu bercerita bahwa ia pernah memiliki tukang kebun yang paling dusta. Karena mengaku tak pernah mencicipi buah delima dan memberi buah delima kepada orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan kepada orang kelaparan itu.
“Dia juga selalu shalat. Betapa dustanya dia,” kata pemilik kebun. Tukang kebun yang baru lantas berujar. ”Demi Allah, wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau ceritakan itu dulunya seorang raja yang meninggalkan singgasananya karena zuhud.”
Pemilik kebun lantas mengambil debu dan menaburnya di atas kepalanya sembari menyesali. “Celaka, aku telah menyia-nyiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.”
Itulah kisah Ibrahim bin Adham yang terkenal karena amanah dan kezuhudannya, dia telah melaksanakan hak orang lain, memenuhi hajat orang miskin, dan membantu orang yang membutuhkan. Ia juga melaksanakan amanah dengan baik. Semoga kita bisa meneladaninya. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar