Bayi Sering Gumoh, Mengapa Ya?

Lelehan susu yang keluar dari mulut mungil bayi kerap membuat orang tua khawatir. Gumoh atau regurgitasi bahkan juga menjadi salah satu penyebab kunjungan ayah bunda ke dokter anak. Fenomena ini terjadi di berbagai belahan dunia.

Gumoh sebetulnya merupakan pengalaman yang normal bagi bayi. Ini merupakan gejala fisiologis karena klep pada lambung belum mampu menutup sempurna dan kondisi ini hampir diderita seluruh bayi di dunia. Riset di beberapa negara, termasuk di Indonesia, menunjukkan 77 persen bayi di bawah usia tiga bulan pernah gumoh. “Gumoh tak bisa dicegah,” jelas Profesor Yvan Vendenplas, dokter spesialis pencernaan anak dari University Brussel, Belgia.

Kendati tak bisa dihindari, happy vomiting bisa dikurangi frekuensinya. Cara paling mujarab ternyata sederhana saja. Berikan ASI eksklusif untuk bayi. “Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terbukti berkurang frekuensi gumohnya,” ucap Vandenplas. Tak ada patokan mengenai frekuensi normal gumoh. Gumoh sebanyak empat sampai lima kali pun bisa dianggap wajar selama gumoh terjadi seusai menyusu, masih tampak ceria, dan tidak menangis. “Indikator lain yang penting diperhatikan ialah berat badan harus terus naik sesuai kurva normal,” imbuh dr Badriul Hegar SpA(K).

Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo pada 2004, bayi yang gumoh lebih dari empat kali dalam sehari, mengalami kenaikan berat badan yang lebih rendah di empat bulan pertama usia bayi. Kondisi itu terjadi lantaran bayi enggan menyusu. “Itu wajar karena tenggorokannya sedang teriritasi akibat keluarnya asam lambung ke tenggorokan,” urai dokter spesialis pencernaan anak ini.

Agar bayi tak melulu gumoh setelah menyusu, bantu ia bersendawa. lalu, saat meletakkannya di kasur, pastikan posisi tubuh bayi membentuk sudut 60 derajat. “Sering ditafsirkan kepala anak harus lebih tinggi, padahal yang patut diperhatikan ialah tubuh anak keseluruhan karena berpe ngaruh pada lambung,’’ tutur hegar. Gumoh tak perlu diatasi dengan obat. Pun, tak perlu mengurangi jumlah asupan si kecil. Tidak ada jaminan bahwa mengurangi asupan berpengaruh pada hilangnya gumoh pada bayi. “Sedangkan pemberian obat justru membahayakan karena obat antiasam bisa mengurangi jumlah asam lambung, padahal asam diperlukan untuk membunuh bakteri,” ungkap Hegar yang juga ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Komentar

Postingan Populer