Sulitnya Keluar dari Jebakan Lubang Biawak
Ketika umat Islam telah mengekor kepada kebiasaan kaum yahudi dan nasrani (baca: the western civilization) maka perlahan tetapi pasti mereka bakal terjerumus ke dalam jebakan “lubang biawak” alias kebinasaan sebagaimana kaum yahudi dan nasrani terlebih dahulu telah terjebak ke dalamnya.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum yahudi dan nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Musim – Shahih)
Tidak sedikit orang yang mengaku beriman dewasa ini berpendapat bahwa untuk meraih kejayaan kita mesti menerima bahkan meyakini serta menerapkan segala cara hidup yang ditawarkan oleh peradaban “maju” dunia barat. Sedemikian yakinnya mereka sehingga apa-apa yang datang dari barat seolah merupakan petunjuk hidup yang pasti benarnya. Mereka lupa bahwa sumber petunjuk hidup yang sebenarnya ialah apa-apa yang datang dari Allah subhaanahu wa ta’aala melalui Rasul-Nya yang terakhir yaitu Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam.
Allah subhaanahu wa ta’aala melalui Kitab-Nya menyingkap karakter asli kaum yahudi dan nasrani. Bahwa mereka merupakan kumpulan manusia yang tidak akan rela, tidak akan senang, kepada umat Islam sebelum umat Islam dengan sukarela mengikuti “millah” mereka. Di dalam berbagai terjemahan Al-Qur’an kata “millah” sering diartikan sebagai “agama”. Namun Imam Asy-Syaukani di dalam kitab beliau Fathul Qadiir menulis sebagai berikut:
والملة : اسم لما شرعه الله لعباده في كتبه على ألسن أنبيائه ، وهكذا الشريعة
Millah: nama untuk apa-apa yang disyari’atkan/diundangkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya di dalam kitab-kitab-Nya melalui lisan para Nabi-Nya, dan itulah Asy-Syari’ah (cara hidup / perundang-undangan).
Kaum yahudi dan nasrani tidak terlalu mempersoalkan bila umat Islam rajin solat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, bolak-balik melaksanakan haji atau umroh ke Mekkah misalnya. Tetapi mereka sangat gusar bila mendapati umat Islam bersikeras hendak menerapkan sistem ekonomi berdasarkan petunjuk / wahyu Allah subhaanahu wa ta’aala yang meharamkan riba dan menumbuh-suburkan tijaroh (jual-beli/perdagangan) yang adil. Mereka sangat kesal bila umat Islam berpolitik dengan berpandukan Al-Qur’an serta As-Sunnah An-Nabawiyyah dimana Kedaulatan Allah ditinggikan sedangkan kedaulatan manusia/rakyat direndahkan. Mereka murka bila umat Islam menerapkan hukum Allah subhaanahu wa ta’aala dan mengabaikan berbagai “man-made laws” (perangkat hukum produk manusia). Mereka kesal bila sistem budaya umat Islam menyebabkan manusia menjadi rajin dzikrullah (mengingat Allah) bukan melampiaskan kebebasan mempertuhan syahwat. Mereka benci bilamana umat Islam memiliki ideologi Tauhid Laa ilaaha illa Allah dan meninggalkan ideologi sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
Sebab intinya mereka ingin menikmati kepatuhan umat Islam kepada millah mereka kaum yahudi-nasrani (baca: the western civilization) dan tidak rela melihat kepatuhan umat Islam kepada Allah subhaanahu wa ta’aala Rabb langit dan bumi yang sebenarnya.
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (cara hidup / syari’ah) mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah 120)
Senanglah kaum yahudi-nasrani bila umat Islam mengikuti millah mereka. Padahal Allah tegaskan bahwa petunjuk Allah subhaanahu wa ta’aala itulah petunjuk yang benar yang semestinya diikuti umat Islam, bukan petunjuk kaum yahudi-nasrani. Menegakkan cara hidup atau syari’ah Allah itulah yang benar, bukan mengikuti / mengekor kepada syari’ah kaum yahudi-nasrani. Membangun sistem berekonomi, berpolitik, berbudaya, berhukum, berideologi berlandaskan petunjuk / wahyu Allah itulah yang benar, bukan berlandaskan taqlid buta kepada petunjuk kaum yahudi-nasrani.
Dan Allah subhaanahu wa ta’aala dengan tegas mengancam bahwa bila umat Islam tetap mengikuti kemauan mereka kaum yahudi-nasrani sesudah ilmu dan pengetahuan datang kepada umat Islam, maka Allah subhaanahu wa ta’aala tidak lagi berperan sebagai Pelindung dan Penolong bagi umat Islam. Masih perlukah kita heran mengapa kebanyakan negeri-negeri Islam dewasa ini sepertinya tidak memperoleh pertolongan dan perlindungan dari Allah subhaanahu wa ta’aala…? Jawabannya terletak pada seberapa jauh umat Islam menyadari bahwa mereka sudah masuk jebakan lubang biawak kemudian memiliki tekad untuk keluar dari jebakan tersebut. [bjksd]
Komentar
Posting Komentar