Khalid yang Tertuduh

Amirul mukminin, Umar bin Khattab, seorang yang memiliki disiplin tinggi ala militer, hampir sebagian besar waktunya dia habiskan untuk mengurus umat, kaum miskin dan dhu’afa lebih dia cintai daripada keluarganya sendiri. Tidak heran rakyat begitu mencintai Umar. Dengan karakternya yang seperti itu Umar akan sangat cermat dan ketat dalam melakukan pengawasan terhadap para pejabatnya. 
pasarislam1
Semuanya akan mendapat perlakuan yang sama oleh Umar, tak terkecuali seorang jenius militer, Jenderal besar Islam, saifullah, Khalid bin Walid, seorang jenderal kebanggaan Islam yang telah begitu banyak jasanya dalam membebaskan Irak dan Syam, yang menundukkan Persia dan Rumawi. Dalam hati kaum muslimin, Khalid mendapat tempat khusus atas sebab-sebab tadi. Namun, kecenderungannya pada ketergesa-gesaan dan tindakan-tindakan yang menurut Umar indisipliner membawanya kepada tindakan pemecatan. Pertama-tama, sebelum perang Yarmuk berkecamuk, jabatan Khalid sudah diturunkan dan posisinya digantikan oleh Abu Ubaidah.
Berangnya Khalifah Umar terhadap Khalid terlihat dengan kata-kata: “Sungguh aku tidak beriman kepada Allah kalau aku pernah menyarankan kepada Abu Bakar tetapi perintah itu tidak kulaksanakan. Demi Allah, aku tidak akan mengangkatnya lagi untuk suatu jabatan apa pun.” Sesudah itu Umar menulis surat kepada Abu Ubaidah yang kala itu telah menjabat sebagai panglima supaya memanggil Khalid dan mengikatnya dengan serbannya serta melepaskan topi (qalansuwah) kebesarannya sampai terungkap pemberiannya kepada Asy’as bin Qais: dari hartanya sendiri atau dari harta rampasan perang. Kalau itu ternyata harta rampasan perang maka Khalid telah mengakui pengkhianatan. Kalau itu dari hartanya sendiri, Khalid telah melakukan pemborosan. Bagaimanapun juga, Abu Ubaidah mendapat perintah memecat Khalid dan tugasnya diembankan kepadanya.

Khalid pun datang memenuhi panggilan utusan/kurir Umar, yakni Bilal sang muazin. Pasukannya dikumpulkan dan Khalid pun menaiki mimbar. Kemudian utusan tadi bertanya kepada Khalid: Dari hartamu sendirikah Anda memberikan hadiah sepuluh ribu itu ataukah dari harta rampasan perang? Mendengar pertanyaan itu Khalid terkejut dan tidak menjawab. Abu Ubaidah sendiri duduk di mimbar dan tidak berkata apa-apa. Utusan tadi mengulangi pertanyaannya, Khalid kembali diam. Bilal kemudian maju dan berkata: Amirulmukminin memerintahkan agar Anda diikat serban Anda dan melepaskan topi Anda sampai dapat menjawab pertanyaan tadi. Khalid semakin tercengang dan dia tetap terdiam. Bilal kemudian mengikatnya dengan serban Khalid seraya berucap: “Bagaimana? Dari harta Anda atau dari rampasan perang?”

Khalid tak habis heran dengan peristiwa ini. Tetapi ia membisu dan tak mampu menjawab. Situasi itu akan membuat setiap orang tidak akan sabar lagi. Bukankah itu sudah merupakan tuduhan terang-terangan mengkhianati suatu amanat? Jika orang tiba-tiba diberondong secara terus terang di depan orang banyak pula, ia akan muak, terkejut dan akan bingung sekali. 
 
Gerangan apa tujuan melemparkan tuduhan itu? Bukankah cukup memanggil saja Khalid ke Madinah mengingat ia sudah dipecat dari tugasnya? Hanya karena sepuluh ribu dirham tangannya diikat dan topi kehormatannya dicopot? Apa artinya sepuluh ribu dirham sampai dia menghadapi penghinaan yang begitu berat? Adakah uang itu untuk diri seorang Khalid pribadi?? Tidak! Malah diberikannya uang itu kepada Asy’as bin Qais, seorang Amir-seorang pemimpin Kindah dan orang yang telah mendapat cobaan berat dalam membebaskan Irak dan Syam. Berapa seringnya Asy’as dan orang semacam dia, orang terpandang yang telah terjun dalam beberapa peristiwa dan berjuang mati-matian menghadapi bahaya.

Dari mimbar Abu Ubaidah melihat seluruh hadirin yang ada. Jelas tampak pada wajah mereka keheranan yang luar biasa dan rasa tidak setuju. Alangkah seringnya pedang Khalid memenggal kepala orang-orang yang angkuh, dialah jenderal perkasa yang telah menundukkan kerajaan-kerajaan besar. Kita lihat dia sekarang diikat dengan serbannya—orang yang sudah mengikat ribuan tawanan perang dengan rantai! Dan sekarang kita lihat dia dituduh mengkhianati harta kaum muslimin padahal melalui tangannya Allah mengangkat martabat Islam dan kaum muslimin! Ironis! 
 
Tetapi bagaimana seorang Khalid bisa keluar dari situasi seperti ini? Akan teruskah ia diam dan pemandangan hina seperti ini akan berlangsung lama? Atau ia akan mencabik ikatan itu dengan tangannya dan meletakkan topi kehormatan di kepalanya dan menatap semua yang hadir dengan tatapan mematikan, yang sudah tidak asing bagi kawan maupun lawan serta mengatakan: Saya tidak akan menjawab, terserah Umar apa yang akan diperbuatnya! Tapi Khalid adalah prajurit yang sejati! Dia salah seorang prajurit dari pasukan mukminin dan Umar adalah Amirulmukminin.

Memberontakkah Khalid terhadap Umar? Tidak! Iman seorang Khalid kepada Allah lebih besar daripada keinginannya untuk memberontak! Ketika Bilal kemudian berulang-ulang mengajukan pertanyaan: “Dari harta Andakah yang Anda berikan atau dari harta rampasan perang?” Khalid menjawab: “Dari harta saya pribadi! Setelah mendengar kata-kata Khalid, Bilal pun melepas ikatannya dan topi kehormatan Khalid diletakkan kembali pada kepalanya.” Khalid berkata: “Kita taat dan patuh kepada pemimpin-pemimpin kita, kita menghormati dan mengabdi kepada semua rakyat kita.” 
 
[Iman Adipurnama/islampos]

Komentar

Postingan Populer