CIA Gempur Al Qaeda Dibantu 54 Negara

Badan Intelijen Pusat AS, CIA, melakukan operasi membasmi gerakan Al Qaeda di banyak negara dibantu bahkan oleh musuh bebuyutannya, Iran.

Menurut laporan Open Society Justice Initiative (OSJI) yang berbasis di New York, tak kurang dari 54 negara yang membantu CIA melakukan penangkapan, interogasi, penyiksaan, penculikan, pembunuhan, mengekstradisi dan bahkan mengurung tahanannya di “penjara gelap” atau yang paling mengerikan ditahan dan diadili di Guantanamo Bay, Kuba.
Headline
Ini mengingatkan penangkapan Riduan Isamuddin alias Hambali, orang Cianjur yang menjadi tokoh sentral yang mendanai serangkaian pemboman oleh Jemaah Islamiyah dan terkait dengan Al Qaeda Asia Tenggara.Hambali ditangkap di Thailand, kemudian entah bagaimana caranya sampailah dia ditahan sementara di Yordania, sebelum dipenjara di Guantanamo Bay yang juga dijuluki GTMO alias Gitmo, pada 2003. Hambali-lah yang menjadi otak bom Bali 2002.

Laporan setebal 213 halaman yang dirilis OSJI itu menyebutkan Suriah, Iran, Swedia, Eslandia, serta Inggris menawarkan bantuan terselubung untuk penahanan, pemindahan, interogasi bagi mereka yang ditengarai CIA mendukung gerakan Al Qaedah setelah terjadi pemboman gedung World Trade Center, New York , pada 11 September 2001.

Laporan yang bertajuk “Globalizing Tortue” itu menungkap detail bantuan apa saja yang diberikan kepada CIA. Negara-negara itu menyediakan penjara rahasia yang juga dikenal sebagai “situs-situs hitam”. Mereka membolehkan CIA menggunakan bandar udara internasionalnya untuk mengisi bahan bakar selagi menerbangkan para teroris ke penjara-penjara AS.

Operasi CIA banyak dibantu oleh negara-negara Timur Tengah dan Eropa. Bahkan Suriah dan Iran ternyata juga terlibat dalam menangkap dan mentransfer para teroris ke negara lain atau AS, dan sebaliknya. CIA ternyata bisa menggunakan fasilitas penahanan yang biasa dipakai menyiksa tahanan.

Iran membantu CIA menyerahkan 15 orang ke Kabul, setelah invasi AS ke Afghanistan. Penjara rahasia yang digunakan CIA juga tersebar di Mesir, Pakistan, Libya, Yordania, Malawi dan Maroko.

Laporan ini menjelaskan Mesir sebagai negara yang paling banyak menangkap dan menyerahkan para tersangka teroris ke AS. Sebagian besar dari mereka juga disiksa selama di-“indekos”-kan di penjara-penjara Mesir.

Pakistan juga sudah menangkap dan menahan 672 orang anggota Al Qaeda, dan mengirim sebanyak 369 orang tersangka teroris ke Afghanistan atau Teluk Guantanamo milik AS di Kuba. Contoh lain adalah seorang tersangka teroris bernama Binyam Mohamed yang ditangkap CIA dan diserahkan kepada pemerintah Maroko pada Juli 2002.

“Sang interogator sampai tega mematahkan tulang Mohamed, dan memotong alat kelaminnya lalu diguyur minuman beralkohol serta mengancam akan diperkosa dan dibunuhm,” tulis laporan yang diungkap dalam tulisan di RT Online, Rusia, Rabu (6/2/13).

Negara-negara seperti Spanyol, Portugal, Irlandia, Eslandia, Finlandia, Denmark, Belgia, Austria, Yunani dan Siprus juga masuk dalam daftar OSJI. Kanada diidentifikasi sebagai negara yang memberikan informasi kepada CIA mengenai keterlibatan warga negaranya dalam aksi terorisme yang membuat orang itu ditangkap dan diserahkan ke Suriah. Sedangkan Prancis, Belanda, Hungaria dan Rusia tidak masuk dalam daftar negara yang membantu CIA menangkap para teroris.

Tujuan OSJI sebenarnya sederhana saja. OSJI mendesak AS menyudahi program penyerahan tersangka teroris, serta menghapus sisa-sisa penjara rahasia dan tak lagi menyiksa tahanan secara keji dan melanggar HAM. Penjara di pangkalan Angkatan Laut AS di Guantanamo memang sudah dinyatakan ditutup oleh Presiden Barack Obama pada 2009. Namun hingga kini GTMO itu ya masih menahan para teroris itu.
 
[Inilah/Dari berbagai Sumber]

Komentar

Postingan Populer